NIKI-NIKI, www.sinodegmit.or.id, Sejarah Kekristenan di Pulau Timor belum lengkap tanpa nama Pieter Middelkoop. Pendeta asal Belanda ini melayani di Kapan pada 1922 hingga 1957 dan menjadi satu-satunya misionaris Eropa yang menerjemahkan Alkitab dan buku nyanyian rohani dalam bahasa Timor yang masih dipakai sampai hari ini.
Tatkala menyampaikan sambutan pada kebaktian peluncuran kitab Injil Markus dalam bahasa Timor Amanuban di Jemaat GMIT Sonhalan Niki-Niki, Jumat, (14/6), Pendeta Prof. Dr. Charles Grimes, menyampaikan rasa takjubnya tentang pekerjaan Tuhan yang telah dimulai Middelkoop sekitar satu abad lalu.
“Satu kali saya bertemu Profesor James Fox di Universitas Nasional Australia. Profesor Fox terkenal dengan penelitiannya di Pulau Rote. Beliau ambil beberapa buku di rak dan kasi ke saya. Saya tanya ini buku apa? Profesor Fox bilang, waktu saya jadi dosen di Belanda, saya sempat kenal tuan Middelkoop yang bekerja di Kapan-Timor pada tahun 1922. Waktu itu dia sudah tua sekali dan dia undang saya ke rumahnya dan titip buku-buku ini kepada saya,” ujar Prof. Charles menirukan kata-kata Fox sembari menunjukan tiga buah buku bercover kusam kepada jemaat.

Menerima buku peninggalan Middelkoop tersebut, Fox menyampaikan pesan kepada Prof. Charles demikian, “Sekarang saya mau meneruskan buku-buku tuan Middelkoop ini kepada Pak Charles karena saya yakin Tuhan sudah atur supaya saya jaga baik-baik buku-buku tuan Middelkoop ini untuk saya serahkan kepada Pak Charles yang satu bidang dengan tuan Middelkoop dalam terjemahan Alkitab.”
Kata Prof. Charles, buku-buku yang berisi konsep-konsep Alkitab Perjanjian Lama yang diketik sendiri oleh Middelkoop itu adalah bukti bahwa pekerjaan Tuhan telah dan terus berlangsung sepanjang sejarah.
“Ini adalah bukti bahwa Tuhan sudah bekerja jauh sebelum kami datang ke Timor, bahkan sebelum UBB GMIT hadir, Tuhan sudah berkerja,” ujar Prof. Charles disambut tepuk tangan jemaat.
Terkait kualitas terjemahan Injil Markus dalam bahasa Amanuban ini, Prof. Charles selaku Konsultan Penerjemahan mengatakan terjemahan ini berstandar internasional.
Dua anggota tim penerjemah, Yan Timo (76) dan Yusuf Boimau (77), menilai terjemahan Alkitab oleh Middelkoop selain menggunakan bahasa Mollo tapi juga bahasanya ‘tinggi’ sehingga terkadang sulit dipahami generasi sekarang, sementara terjemahan yang mereka kerjakan ini memakai bahasa yang lebih sederhana.
Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada UBB GMIT yang telah meneruskan visi Pendeta Middelkoop agar orang Timor mendengar Injil dalam bahasa mereka sendiri.
“Kita bersyukur visi Pak Middelkoop diteruskan oleh UBB sebagai badan pelayanan GMIT. Dalam dalam salah satu surat yang ditulis oleh Middelkoop pada tahun 30an, dia katakan…bahwa semua bangsa harus dengar firman Tuhan dalam bahasanya sendiri…Pertama kali Middelkoop berkhotbah dalam bahasa Timor, orang-orang di Kapan bertepuk tangan dan bilang, selama ini kami dengar firman Tuhan dengan telinga, tetapi hari ini kami dengar firman Tuhan dengan kami punya hati.”
Mengingat pentingnya bahasa daerah, maka di tengah upaya pemerintah NTT menggalakkan hari Rabu sebagai hari wajib berbahasa Inggris, kata Pdt. Mery, bahasa daerah sebagai identitas mesti mendapat tempat yang sama. Kepada para orang tua dan semua presbiter di Amanuban ia meminta Injil Markus dibacakan dalam ibadah-ibadah mulai dari pasal pertama sampai terakhir.
“Gereja yang merayakan Pentakosta adalah Gereja yang mesti peduli dengan bahasa-bahasa daerah. Kami minta orang-orang tua untuk membaca Injil Markus dalam bahasa Amanuban ini di setiap ibadah mulai dari pasal satu sampai pasal terakhir,” pesan Pdt. Mery.
Mewakili gubernur NTT, Asisten II Provinsi NTT menyampaikan terima kasih dan rasa bangga atas upaya pelestarian bahasa yang telah dilakukan oleh UBB GMIT. Menurut Semuel Rebo, pemerintah provinsi juga telah mengambil peran pelestarian budaya itu melalui penggunaan busana tenun ikat sebanyak tiga kali seminggu bagi ASN. Ia berharap peraturan itu ikut mendongkrak penghasilan ibu-ibu penenun di desa-desa.
Bupati TTS, Epy Tahun bersama sejumlah Forkompimda, ketua klasis Amanuban Tengah Utara, Pdt. Be’a Tahun serta Ketua Klasis Amanuban Timur Pdt. Saneb Blegur serta para pendeta dari sejumlah klasis di Amanuban juga hadir dalam kebaktian ini.
Pada kebaktian yang sama, Jemaat GMIT Sonhalan Niki-Niki mengadakan syukur panen dengan menggelar pameran sekaligus lomba menghias stand dengan menggunakan produk pertanian dan kerajinan jemaat yang diikuti 26 rayon. Pdt. Arthasasta Nifu, Wakil Ketua Majelis Jemaat setempat mengatakan rata-rata setiap tahun hasil penjualan perpuluhan hulu hasil ini berkisar tiga puluhan juta rupiah.
Penampilan tarian bonet dan paduan suara yang indah oleh anak-anak PAR pada kebaktian yang dipimpin Pdt. Sepri Adonis dari Jemaat GMIT Nekamese ini mengundang rasa kagum dari beberapa tamu UBB GMIT asal Amerika. ***