Wafatnya Ibu Ani dan Bersatunya Bangsa Kita

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Saya tetap optimis dengan bangsa kita. Betapapun “panas”nya persaingan di dalam Pilpres dan Pileg, saya optimis kita tidak akan terpecah-belah. Bangsa kita mempunyai modal kerukunan yang tertanam jauh di dalam hati sanubarinya. Kadang-kadang memang kita panas bahkan terkesan mau berkelahi satu sama lain, tetapi sesungguhnya tidak ada maksud untuk saling berpisah satu sama lain.

Kemarin Ibu Ani Yudhoyono wafat di Singapura sekitar jam 11.50 waktu setempat setelah berperang selama 4 bulan melawan kanker darah yang ganas. Ibu Ani wafat 1 Juni 2019. Itulah hari Lahirnya Pancasila. Sebagian besar rakyat kita sedang merayakannya kemarin ketika Ibu Ani wafat. Apakah ini sebuah kebetulan? Boleh jadi. Tetapi saya yakin tidak. Inilah sebuah isyarat mahal guna mengingatkan bangsa kita bahwa “perkelahian” betapapun panasnya harus diakhiri. Kita tidak boleh tercatat sebagai bangsa yang mengkhianati perjuangan para pendahulu kita yang mendambakan persatuan. Inti dari Pancasila sebagaimana ditegaskan oleh Bung Karno adalah GOTONG ROYONG. Itulah sifat, itulah marwah, itulah hakekat, itulah identitas bangsa kita. Dan Ibu Ani wafat persis pada tanggal tersebut.

Lihatlah dan renungkanlah secara mendalam bagaimana respons bangsa kita terhadap peristiwa menyedihkan itu. Semua orang larut dalam kedukaan yang dalam. Tidak ada lagi batas-batas suku, etnis, agama, bahkan aliran politik. Semuanya cair. Lihatlah siapa yang melayat, baik di Singapura maupun di Halim dan Cikeas. Semua pemimpin dari partai politik manapun ada di sana. Semuanya menyimak dengan penuh perhatian sambutan Pak SBY tentang bagaimana perjuangan Ibu Ani berjuang menghadapi penyakitnya. Juga kesaksian Pak SBY tentang kehidupan Ibu Ani yang tidak membeda-bedakan suku, etnis, agama, dan kecenderungan politik.

Maka, sekali lagi saya yakin bangsa kita tidak mungkin terbelah. “Panas-panasan” bisa saja. Tetapi kita akan segera pulih. Marilah kita optimis tentang kemampuan bangsa kita itu. Namun, janganlah menunggu sampai ada seorang besar wafat, baru kita mau bersatu. Tuhan menolong bangsa kita. Merdeka! ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *