KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Pdt. Dr. Joas Adiprasetya membantah pemahaman umum di kalangan umat Kristen bahwa Yesus akan datang kedua kali. Menurut doktor teologi lulusan School of Theology dari Universitas Boston, Amerika Serikat ini, hal itu tidak ada rujukannya dalam Alkitab.
“Anda cari di dalam Alkitab, Yesus datang kedua kali, tidak ada. Nggak ada. Yang dikatakan Alkitab adalah kedatangan kembali bukan kedatangan kedua kali. Seolah-olah peristiwa natal itu kedatangan pertama kemudian Yesus mati disalib, bangkit dan naik ke sorga lalu nunggu lama di atas, dan kelak akan datang kedua kali,” ujar Pdt. Joas pada saat menyampaikan kuliah umumnya di Fakultas Teologi-UKAW, Rabu, (24/4).
Konsep Yesus datang kedua kali menurut dosen mata kuliah teologi sistematika di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Jakarta ini, sebenarnya baru muncul pada abad 19. Sebelum itu Gereja hanya bicara tentang kedatangan kembali Yesus dan bukan kedatangan Yesus kedua kali.
Contoh cara pandang teologi ini menjadi pengantar kuliah Pdt. Joas guna mengajak para mahasiswa teologi untuk memahami dan mendalami apa itu teologi konsktruktif. Menurutnya, tidak ada teologi yang tidak konstruktif. Ia memberi contoh Zakheus. Tokoh ini dicitrakan sebagai bertubuh pendek. Padahal, menurut Pdt. Joas, teks asli bahasa Yunani tidak cukup jelas, siapa yang dimaksud sebagai bertubuh pendek: Zakheus ataukah Yesus?
“Tahu dari mana bahwa Zakheus badannya pendek? Guru sekolah minggu ‘kan? Kalau anda memahami bahasa Yunani, ada dua subjek yakni Yesus dan Zakheus disebut dalam satu kalimat di Lukas 19:3, namun kata ganti “nya” pada kalimat “sebab badannya pendek” tidak jelas, apakah menunjuk kepada Yesus atau Zakheus?
“Saya hanya mau mengatakan bahwa Zakheus badannya pendek, itu adalah konstruksi. Dan konstruksi itu sudah terus menerus ditradisikan sehingga kita bilang Zakheus itu badannya pendek. Tidak boleh kita bilang Yesus badannya pendek.”
Dalam sejarahnya, kata Pdt. Joas, teologi konstruktif muncul pada tahun 1975 di Amerika sebagai sebuah mazhab teologi yangs mengkritik teologi sistematika yang dicitrakan universal, kekal dan esensial. Pada prinsipnya teologi konstruktif mengawinkan teologi sistematika, teologi kontekstual dan kekayaan tradisi teologi lainnya. Perbedaannya dapat dilihat dalam bagan berikut ini. ***