Filosofi Pendidikan Kristen
Pendidikan Kristen merupakan pendidikan yang berbeda dari pendidikan lainnya. Pendidikan Kristen tentunya harus mempunyai warna dan nilai-nilai kekristenan. Dengan kata lain pendidikan Kristen harus memiliki filosofi Kristen yang berdasar kepada Alkitab. Filosofi inilah yang menjadi dasar bagi jalannya suatu pendidikan Kristen.
Saat ini saya akan mencoba memberikan beberapa contoh filosofi Kristen yang akan mempengaruhi praktek pendidikan Kristen di sekolah. Sebenarnya ada banyak filosofi Kristen tapi saya akan membahas lima filosofi Kristen, yaitu: kepercayaan tentang Allah, manusia, alam, kebenaran, dan etika.
1. Kepercayaan tentang Alah
Bagi saya Allah yang diberitakan dalam Alkitab adalah Allah Pencipta segala sesuatu dan Allah yang sangat luar biasa. Oleh sebab itu sangatlah tepat jika kita menggunakan kata “Maha” kepada Allah. Dia adalah Allah yang Maha Kuasa, Maha Kasih, Maha Adil, Maha Benar, Maha Tahu, Maha hadir, Maha Kekal, Maha Sempurna, Maha Kudus, dan Maha-Maha lainnya. Allah adalah Pribadi yang luar biasa. Manusia dapat mengenal Allah di dalam diri Yesus Kristus -Pribadi yang tak terpisahkan dari Allah Tritunggal- Tuhan yang menjadi manusia. Di dalam dan melalui Yesus Kristus manusia beroleh pendamaian dan keselamatan dari Allah serta mengalami kelahiran baru oleh Roh Kudus.
2. Kepercayaan tentang manusia
a. Ciptaan yang unik dan istimewa
Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang unik dan istimewa. Manusia satu-satunya ciptaan yang mendapat hak istimewa dari Allah untuk dapat menikmati hubungan yang intim denganNya. Bahkan pada awal penciptaan bila diadakan tingkatan (ordo/posisi), manusia berada pada satu tingkat/posisi di bawah Allah.
Manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Manusia merupakan cerminan dan pantulan dari Allah. Hanya manusia yang Allah berikan kemampuan/kapasitas untuk dapat –atas anugerah Allah- mengenal Allah, berpikir, merasa, berkreatifitas, dan lain-lain.
Setiap manusia juga Allah ciptakan dengan unik. Tidak ada manusia yang persis tepat sama satu dengan yang lainnya. Allah menciptakan manusia dengan kemampuan-kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang telah Allah tetapkan sebelumnya. Meskipun demikian tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah, Sang Pencipta manusia.
b. Ciptaan yang berdosa
Ketika manusia pertama kali diciptakan, manusia memiliki hubungan yang sangat baik dengan Allah. Manusia juga mendapat kebebasan untuk dapat berbuat dosa dan tidak dapat berbuat dosa. Suatu saat hubungan yang sangat baik dengan Allah tersebut menjadi rusak karena manusia lebih memilih untuk berbuat dosa, melawan, dan memberontak kepada Allah. Sejak saat itu manusia memiliki natur yang menjadi sifat manusia, yaitu: kecenderungan untuk tidak dapat tidak berbuat dosa. Semua manusia terpolusi oleh dosa. Semua hubungan yang terbina dengan baik menjadi rusak. Manusia menjadi berdosa, bahkan jika digambarkan secara tingkatan/posisi manusia telah jatuh ke tingkat/posisi yang paling bawah. Manusia berada di bawah malaikat, iblis, bahkan alam. Manusia menjadi kehilangan kemuliaan Allah. Manusia menjadi egois, materialistis, hedonis, dan jauh -dalam arti hubungan- dengan Allah.
c. Ciptaan yang ditebus
Sungguh malang kehidupan manusia yang telah berdosa, tapi syukur kepada Allah dalam Yesus Kristus. Allah sangat mengasihi manusia sehingga Dia tidak membiarkan milikNya yang paling berharga terus hidup dalam kegelapan dosa. Allah yang penuh kasih, kerelaan, dan pengorbanan telah memberikan AnakNya yang tunggal Yesus Kristus untuk menebus, mendamaikan, dan menyelematkan manusia. Allah telah mengembalikan tingkatan/posisi (reposisi) manusia ke posisi semula. Barangsiapa percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan juru selamat maka ia akan mengalami kelahiran baru. Meskipun demikian manusia yang telah ditebus tetap hidup/tinggal di dalam dunia yang penuh dosa, oleh sebab itu ia harus tetap berjuang melawan dosa dan tetap bergantung penuh kepada kuasa, kasih, dan anugerah Allah.
3. Kepercayaan tentang alam
Alam merupakan ciptaan Allah. Allah menciptakan alam dengan teratur dan seimbang sesuai dengan hukum-hukum alam yang telah Allah ciptakan. Alam diciptakan untuk kelangsungan hidup manusia walaupun demikian manusia harus tetap menjaga dan memelihara alam ciptaan Allah. Apalagi ketika manusia berdosa, alampun ikut terpolusi oleh dosa. Hubungan antara manusia dan alampun menjadi rusak. Puji Tuhan, sampai sekarang Allah tetap memelihara kelanjutan ciptaan. Allah tidak menciptakan alam lalu meninggalkannya begitu saja tapi Allah masih dan tetap berperan dalam alam.
4. Kepercayaan tentang kebenaran
Semua kebenaran yang benar-benar benar adalah kebenaran Allah karena Allahlah Sang Pemberi kebenaran yang sejati. Sumber dari kebenaran Allah adalah Firman Allah yang tercantum dalam Alkitab. Seluruh kebenaran dunia harus diuji oleh kebenaran Allah. Manusia sangatlah sulit memahami kebenaran yang benar-benar benar kecuali ia mau bersunguh-sungguh berjuang memahaminya dan meminta Allah untuk mengaruniakan pemahaman kepada manusia. Kebenaran yang benar-benar benar dapat digunakan untuk memuliakan nama Allah dan peningkatan kualitas hidup manusia.
5. Kepercayaan tentang etika
Bagi seorang Kristen standar etika yang digunakan adalah Firman Allah. Nilai-nilai etika yang benar untuk setiap tindakan harus berdasarkan kepada Firman Allah dan karakter Yesus Kristus. Dalam etika Kristen dikembangkan norma-norma yang bertujuan untuk mengoptimalkan karakter Yesus dalam hidup seorang Kristen. Etika Kristen juga mengembangkan sikap “dalam hal-hal prinsip/pokok biarlah ada kesatuan, dalam hal-hal yang tidak prinsip/pokok biarlah ada kebebasan, dan dalam segala hal/perkara biarlah ada kasih.
Berdasarkan lima filosofi yang telah dibahas di atas, saya akan mecoba menghubungkannya dengan praktek pendidikan Kristen di sekolah Kristen.
1. Sifat dasar siswa
Siswa adalah manusia berdosa yang butuh penebusan dan pendamaian dari Allah. Oleh sebab itu siswa harus terlebih dahulu dibimbing untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan kelahiran baru. Dengan kelahiran baru siswa akan lebih mudah –walaupun tetap dengan perjuangan dan anugerah Tuhan- mengetahui, memahami, dan menerapkan kebenaran yang benar-benar benar (kebenaran Allah).
Siswa juga Tuhan ciptakan dengan sangat unik dan istimewa sehingga setiap siswa berbeda dengan siswa lainnya. Setiap siswa memiliki kemampuan, kecerdasan, bakat, minat, dan gaya belajar yang berbeda dengan yang lainnnya.
2. Peran Guru
Guru adalah manusia berdosa juga, oleh sebab itu guru harus terlebih dahulu mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan kelahiran baru. Setelah itu barulah dia dapat melakukan peran sebagai guru Kristen. Adapun peran sebagai guru Kristen antara lain adalah:
a. Pembimbing
Seorang guru Kristen harus membimbing siswa untuk dapat membawa siswa mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan kelahiran baru. Guru Kristen harus membimbing siswa untuk mengenal Allah dalam setiap kegiatan pembelajaran dan memuliakan Allah. Guru Kristen juga harus dapat membimbing siswa untuk memahami kebenaran yang benar-benar benar serta membimbing kepada tujuan utama mengapa siswa hidup di dunia ini dan menjadikan Alkitab sebagai pedoman dalam hidupnya.
b. Pelatih
Seorang guru Kristen harus dapat berperan sebagai pelatih. Ia harus dapat melatih siswa untuk terus bergantung penuh kepada Allah dalam kehidupan yang penuh dengan dosa. Guru Kristen harus melatih siswa untuk menemukan dan memahami kebenaran yang benar-benar benar serta bersaksi tentang kebenaran tersebut. Selain itu, guru Kristen harus melatih siswa bagaimana ia dapat berjuang untuk tetap hidup di dalam Yesus Kristus di tengah dunia yang penuh dengan dosa. c. Arsitek dan Ahli bangunan
Seorang guru Kristen harus dapat berperan sebagai arsitek dan orang yang membangunnya. Guru Kristen harus merencanakan kurikulum dengan baik dan terarah. Guru Kristen harus membuat perencanaan yang baik dalam pembelajaran. Setelah merencanakan, guru Kristen juga harus dapat melakukan perencanaan itu.
d. Teladan
Seorang guru Kristen harus menjadi teladan yang baik bagi para siswanya. Seorang siswa terutama yang masih kecil adalah seorang yang mudah percaya tetapi sekaligus mudah disesatkan oleh sebuah ajaran dan teladan. Siswa akan nudah menyerap contoh atau teladan yang dilihatnya. Oleh sebab itu guru Kristen harus dapat berperan sebagai teladan (role model) bagi para siswanya dalam segala hal (perkataan, pikiran, perbuatan, iman, dan lian-lain).
e. Mitra kerja Allah
Seorang guru Kristen juga harus menyadari bahwa dirinya adalah mitra kerja Allah dalam mengajar dan mendidik para siswa. Guru Kristen harus menyadari hak mengajar dan mendidik diberikan oleh Allah sehingga dia harus bertanggung jawab kepada Allah. Guru Kristen harus berusaha dengan sungguh-sungguh mengajar dan mendidik para siswanya tapi dia juga harus menyadari bahwa Allahlah yang memberikan pertumbuhan. Oleh sebab itu dia juga harus berdoa, bekerja sungguh-sungguh, dan bermitra kerja dengan Allah.
3. Penekanan Kurikulum
Kurikulum sebagai desain atau blue print dari proses pembelajaran/pendidikan harus dibuat sedemikian rupa agar dapat diwarnai oleh nilai-nilai Kristen. Kurikulum juga harus dapat melakukan integrasi antara Firman Allah –yang adalah kebenaran yang benar-benar benar- dengan ilmu dan pengetahuan yang diajarkan.
a. Mandat penyembahan
Segala sesuatu termasuk manusia Allah ciptakan untuk dapat memuliakan Allah. Oleh sebab itu segala bentuk pembelajaran/pendidikan tujuan akhirnya harus dapat membawa siswa memuliakan Allah pencipta segala sesuatu serta berpusat kepada Kristus.
b. Mandat penciptaan
Allah menciptakan segala sesuatu dengan baik dan memelihara kelanjutan ciptaanNYa. Allah juga memberi tanggung jawab kepada manusia untuk memelihara ciptaanNya. Oleh sebab itu proses pembelajaran/pendidikan harus mencantumkan tanggung jawab manusia untuk memelihara ciptaan Allah.
c. Mandat Kasih
Sebelum manusia berdosa hubungan antara Allah dengan manusia dan hubungan manusia dengan manusia terjalin dengan sangat baik. Oleh sebab itu proses pembelajaran/pendidikan harus mengembangkan sikap mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia.
d. Mandat Kesaksian
Ketika seorang Kristen ditebus, didamaikan, dan diselamatkan, ia mengalami pengalaman yang menakjubkan. Ketika dia menjalani kehidupan sebagai seorang Kristen, ia juga mengalami tuntunan dan penyertaan Allah dalam menjalani kehidupan yang penuh dosa. Seorang Kristen –atas anugerah Allah- juga lebih dapat memahami kebenaran yang benar-benar benar. Oleh sebab itu proses pembelajaran/pendidikan harus dapat memberikan kesaksian kepada dunia yang penuh dengan dosa tentang kebenaran yang benar-benar benar.
4. Metodologi Pembelajaran
Siswa sebagai manusia terdiri dari berbagai aspek dan kemampuan. Oleh sebab itu metodologi pembelajaran yang digunakan harus dapat mencakup aspek kognitif, sikap, dan keterampilan siswa (kepala, hati, dan tangan). Metodologi pembelajaran digunakan tidak hanya untuk mencapai segi kognitif saja, tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi juga mengajarkan dan mengoptimalkan aspek sikap dan keterampilan siswa. Hal ini akan membuat siswa tidak hanya memiliki pengetahuan tapi juga memiliki keterampilan-keterampilan dalam menjalani kehidupan di dunia. Selain itu metodologi pembelajaran juga harus dapat membawa siswa memuliakan Allah.
5. Fungsi Sosial Sekolah
Sekolah Kristen harus dapat menjadi dan membentuk komunitas alternatif bagi masyarakat di sekelilingnya. Sekolah Kristen harus menjadi terang dan garam bagi sekelilingnya. Di sekolah Kristen harus ditanamkan dan dikembangkan nilai-nilai Kristen sehingga masyarakat sekitar melihat perbedaan yang ada dan mereka menjadi tertarik dan percaya kepada Yesus. Individu-individu dari sekolah Kristen harus dapat membentuk dan memengaruhi masyarakat bukan sebaliknya. Sekolah Kristen harus membentuk dan memengaruhi masyarakat dengan tindakan-tindakan yang nyata. Tindakan-tindakan yang nyata ini dapat berupa kegiatan sosial kepada masyarakat sekelilingnya maupun dengan teladan yang diberikan oleh individu-individu sekolah Kristen ketika mereka bermasyarakat.
Demikianlah pembahasan saya tentang filosofi dan praktek pendidikan Kristen di sekolah. Mendidik dapat diumpamakan seperti menabur benih. Pendidikan Kristen tentunya harus menabur benih-benih yang sesuai dengan nilai-nilai Kristen. Menjadi seorang penabur butuh kerja keras, perencanaan yang matang, proses yang panjang, dan kesabaran. Hasil yang diperoleh dari pendidikan tidaklah secepat kilat, tapi puji Tuhan -karena kita bermitra dengan Allah- maka Allah turut berperan dalam pertumbuhan benih yang ditaburkan. Selamat menabur, Tuhan memberkati.