
Pengantar
Keluarga masa kini sering menghadapi berbagai tantangan, mulai dari konflik internal, kesulitan ekonomi, hingga perbedaan pandangan yang dapat memecah belah. Tidak sedikit keluarga Kristen mengalami kekaburan identitas spiritual berupa aktivitas rohani bersama: jarang berdoa bersama, tidak lagi membaca firman Tuhan secara rutin, dan ibadah menjadi sekadar rutinitas tanpa makna. Longgarnya hubungan dengan Tuhan menyebabkan keluarga Kristen kehilangan visi sejati, hidup bagi kemuliaan Tuhan. Perayaan paskah menyaksikan keyakinan dan harapan kita tentang kemenangan iman, bahwa kebangkitan Yesus dari kematian memberi harapan baru, sukacita yang sejati, dan damai sejahtera.
Kiranya renungan firman saat ini menyadarkan kita bahwa Kristus ingin agar keluarga kita menjadi tempat di mana kasih, pengampunan, dan damai sejahtera-Nya dirasakan oleh setiap anggota keluarga dan berdampak bagi kehidupan bersama di sekitar kita.
Pejelasan Teks
Pada pagi-pagi buta di hari pertama minggu itu, Maria Magdalena datang ke kubur Yesus dan menemukan bahwa batu yang menutup kubur telah terguling. Ia segera berlari menemui Simon Petrus dan murid yang lain untuk memberi tahu bahwa tubuh Yesus telah hilang. Kejadian ini membuat para murid bingung, cemas, dan takut. Mereka belum memahami bahwa Yesus telah bangkit sesuai dengan yang telah la nubuatkan sebelumnya.
Ketakutan ini juga dialami oleh murid-murid lainnya yang bersembunyi karena khawatir akan penganiayaan dari para pemimpin Yahudi. Yohanes 20:19 mengatakan, bahwa Yesus menampakkan diri kepada mereka yang sedang dalam ketakutan dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”
Kehadiran Yesus yang hidup mengubah hati mereka yang gelisah menjadi penuh sukacita dan keberanian. Murid-murid yang sebelumnya takut kini bersukacita karena menyadari bahwa Yesus benar-benar telah bangkit.
Salah satu murid Yesus, Tomas, tidak bersama murid-murid lainnya ketika Yesus menampakkan diri pertama kali. Pada saat ia diberitahu oleh para murid lainnya bahwa Yesus telah bangkit, Tomas ragu dan berkata, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu serta mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yohanes 20:25).
Delapan hari kemudian, Yesus menampakkan diri kembali. Kali ini, Tomas hadir. Dengan penuh kasih, Yesus menunjukkan luka-luka-Nya kepada Tomas. Seketika itu juga, Tomas percaya dan mengakui, “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28). Pengalaman ini memperlihatkan bahwa iman kita sering diuji oleh keraguan, tetapi kasih dan kesabaran Tuhan menolong kita untuk berbalik kepada-Nya dan memiliki iman yang lebih teguh.
Refleksi
Kebangkitan Kristus merupakan fakta sejarah yang tidak terbantahkan bagi kita yang percaya kepada Injil. Seperti para murid yang sempat mengalami ketakutan, kekhawatiran, dan keraguan, keluarga masa kini pun sering menghadapi berbagai tantangan dan tekanan hidup. Namun, ketika Kristus hadir dalam kehidupan kita, Ia membawa damai sejahtera yang melampaui segala keadaan.
Keluarga Kristen masa kini menghadapi berbagai tantangan, terutama tekanan lingkungan yang mengukur kesuksesan berdasarkan kekayaan dan status sosial. Suami dan istri yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sering kali lebih fokus pada mencari uang daripada membangun relasi yang erat dengan anak-anak. Akibatnya, anak-anak tumbuh dengan pola pikir bahwa kebahagiaan bergantung pada barang mewah, bukan pada hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan sesama anggota keluarga.
Banyak keluarga terpengaruh oleh gaya hidup duniawi yang mengutamakan kesenangan sesaat, seperti pesta, minuman keras, dan pergaulan yang tidak sehat. Media sosial dan hiburan digital juga sering mengalihkan perhatian dari interaksi yang bermakna dalam keluarga dan kehidupan rohani. Akibatnya, banyak keluarga mengalami kekosongan spiritual karena kurangnya kebersamaan dalam doa, pembacaan firman Tuhan, dan ibadah yang sungguh-sungguh.
Aplikasi
Kristus yang bangkit menjumpai dan memberikan pengharapan bagi setiap keluarga Kristen. Ketika kita mengizinkan Kristus hadir dalam kehidupan rumah tangga, damai sejahtera-Nya akan memulihkan dan mengarahkan kembali keluarga kepada tujuan sejati, yaitu hidup bagi kemuliaan Tuhan. Dengan menghidupi iman yang nyata dalam keseharian, keluarga Kristen dapat menjadi terang dan teladan bagi dunia di sekitar.
Kehadiran Kristus dalam keluarga akan semakin nyata ketika kita membangun kebiasaan berdoa bersama dan membaca firman Tuhan. Dengan berdoa bersama, kita menyerahkan segala pergumulan kepada Tuhan dan menguatkan satu sama lain dalam iman.
Damai sejahtera Kristus tidak hanya membuat kita merasa aman, tetapi juga mendorong kita untuk berkarya bagi kebaikan keluarga dan sesama. Kita dipanggil untuk bekerja dengan jujur, melayani dengan kasih, dan menjadi berkat bagi orang lain. Dengan semangat ini, kita dapat membangun keluarga yang harmonis, penuh kasih, dan menjadi terang bagi lingkungan sekitar.
Penutup
Tuhan Yesus, tidak hanya bangkit dari kematian, tetapi juga hadir dalam setiap kehidupan kita, termasuk dalam keluarga kita. Marilah kita menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupan keluarga, sehingga damai sejahtera-Nya senantiasa melingkupi kita. Kiranya kebangkitan Kristus membawa harapan baru bagi setiap keluarga, mengubah ketakutan menjadi sukacita, dan menguatkan iman kita dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan. ***
Dikutip dari ‘Tunas dari Tanah Kering,’ Renungan Harian Maret-April 2025.