PENDAHULUAN
(Pdt. Karel de Fretes)

Dilihat dari namanya, Zefanya berarti Tuhan bersembunyi atau Tuhan telah bersembunyi. Zefanya dilahirkan pada masa pemerintahan Manase yang kejam (692-638 SM), yang “mencurahkan darah orang yang tidak bersalah sedemikian banyak, hingga dipenuhinya Yerusalem dari ujung ke ujung” (II Raj. 21:16).
Dalam zaman pemerintahan Manase, Israel mengalami kemerosotan moral di bidang keagamaan dan perkembangan di bidang politik. Kemerosotan di bidang keagamaan ditandai dengan Manase mendirikan sebuah altar untuk menyembah matahari, bulan dan juga salah satu dewi orang Asyur dan babel yang merupakan ratu sorga. Atas titahnya maka setiap anggota keluarga dari keluarga-keluarga Israel baik ibu, ayah maupun anak-anak patut mengambil bagian dalam ibadah tersebut.
Jika dilihat dari asal-usulnya, Zefanya masih keturunan raja (Zef. 1:1; barangkali Hizkia adalah Raja Hizkia), dan bernubuat selama masa pemerintahan Yosia (637-607 SM) di antara kejatuhan Niniwe dan serangan Babel atas Yehuda. Di bawah pemerintahan Yosia, pelaksanaan Hukum dan penyembahan kepada Tuhan telah dihidupkan kembali secara singkat, namun bangsa ini masih mempraktikkan kebiasaan menyembah berhala secara sembunyi-sembunyi. Mengetahui kemunafikan tersebut Zefanya tergerak untuk bertindak. Walaupun raja bergabung dengan sang nabi dalam sebuah gerakan reformasi, naik turunnya kejahatan tetap berlangsung. Meningkatnya kejahatan secara tidak terelakkan membawa kepada waktu di mana Allah memakai Nebukadnezar sebagai saluran kemarahan-Nya.
Oleh karena itu, Zefanya menyajikan peringatan-peringatan yang lazim tentang penghukuman (1;2-18, 2:4-15, 3:1-8), pembaharuan dan masa depan. Zefanya menunjuk secara tepat penyebab penghukuman Allah dengan memberitakan kemerosotan moral bangsa itu. Sekalipun demikian, dia menjelaskan bahwa pintu belas kasih terbuka bagi orang-orang yang mau dengan sungguh-sungguh bertobat (2:1-3). Sang nabi melihat arti dari semuanya ini dari sudut maksud Allah untuk menyelamatkan umat dan bangsa-bangsa lain (3:9-20).
Penjelasan Ayat:
- Si pemberontak dan si cemar. Sebagai akibat dari penyembahan Baal dan Molokh, Yerusalem mengalami kemerosotan. Para pemimpin agama hidup dalam perzinahan, dan mereka mempersembahkan anak laki-laki mereka sebagai kurban manusia dengan maksud untuk mendapatkan kemurahan hati dari dewa-dewa alam ( 19:5; 23:13, 14; 32:35). Yeremia mengalami kesulitan dalam menemukan seorang yang saleh di Yerusalem (Yer. 5:1). Para pemimpin sipil dan agama berpihak pada penyembahan berhala dan bukan menjadi juru bicara Allah.
- Ia tidak mau mendengarkan teguran. Yerusalem telah diperingatkan. Para nabi sudah meminta dengan sangat kepada bangsa itu, namun segala anjuran untuk bertobat diabaikan. Perpecahan antara bangsa itu dengan Tuhan semakin lebar dari hari ke hari (bdg. 22:21).
- Para pemukanya … adalah singa yang mengaum. Orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan tidak menghargai kebenaran dan keadilan. Teriakan kesombongan mereka adalah laksana raungan seekor binatang buas. Para hakimnya adalah serigala pada waktu malam. Para hakim itu mencabik-cabik setiap sisa keadilan yang ada. Mereka menyelinap dalam bayang-bayang, siap untuk disuap. Mereka mempraktikkan kekerasan dan penindasan yang ganas seperti binatang buas ( 22:27; Mi. 3:9-11).
- Para nabinya adalah orang-orang ceroboh dan pengkhianat. Para nabi tidak lagi memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan integritas sebagai orang kudus. Mereka mengkhianati jiwa-jiwa yang buta. Para imamnya menajiskan apa yang kudus. Para imam melanggar Hukum dengan cara mempersembahkan binatang yang bernoda dan bercacat. Persembahan-persembahan kurban mereka sama sekali tidak bermuatan rohani (bdg. 23:11, 32).
- Tetapi TUHAN adil di tengah-tengahnya. TUHAN tetap hadir, dan Dia tetap mencatat kejahatan mereka. Kebaikan akan merupakan bagian orang saleh, namun penghukuman sudah pasti akan menimpa orang jahat (bdg. 32:4).
- Aku telah melenyapkan bangsa-bangsa. Jelas Siria dan Israel yang dimaksudkan di sini. Ini adalah nubuatan tentang apa yang sedang dikerjakan TUHAN. Tidak ada penduduk. Tiap rumah akan diratakan dengan tanah.
- Tentulah ia sekarang akan takut kepada-Ku. TUHAN memiliki alasan untuk mengharapkan pertobatan dan ketaatan setelah penghukuman yang dijatuhkan atas Yerusalem, namun bangsa ini tetap melakukan perbuatan-perbuatan jahat mereka. Akhirnya, kehancuran total terjadi melalui tangan bangsa Babel.
- Sebab keputusan-Ku ialah mengumpulkan bangsa-bangsa. Belas kasihan TUHAN ditujukan kepada semua orang dan semua bangsa. Bahkan Niniwe bertobat melalui khotbah Yunus. Namun demikian juga, penghukuman akan datang atas semua orang yang meninggalkan TUHAN. Penghukuman dengan api selalu dikaitkan dengan penghukuman atas bangsa-bangsa melalui peperangan.
Teks Dalam Konteks Masa Kini
Memaknai teks ini di bawah terang tema Keadilan Allah, membawa pemahaman kita kepada beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan catatan perenungan sekaligus dapat dikembangkan dalam khotbah di hari minggu ini :
- Allah begitu mengasihi umat-Nya. Keterpilihan Israel menjadi umat Allah didasarkan atas kasih Allah kepada umat. Dengan kasih Allah itu, mewajibkan umat-Nya untuk setia mengasihi Allah. Kesetian itu diwujudkan dengan menaati perintah-Nya dan juga taat untuk menyembah Dia. Menjadi kewajiban kita pula untuk menaati perintah Tuhan dan menyembah Dia. Hal ini menjadi bukti tanggapan kita terhadap kasih Tuhan itu.
- Faktanya bahwa dalam keseharian hidup, umat yang adalah pilihan Allah itu seringkali tidak setia. Ketidaksetiaan itu digambarkan dengan umat yang tidak mau mendengar teguran siapa pun bahkan tidak percaya kepada Allah. Bukan itu saja, para pemukanya seperti singa yang mengaum, para hakimnya seperti serigala bahkan para nabinya adalah orang ceroboh dan pengkhianat, serta para imamnya menajiskan apa yang kudus dan memperkosa hukum Taurat. Bagi kita dalam kapasitas sebagai pemimpin atau “nabi” jaman sekarang, bagaimana kita bertindak secara adil, tidak ceroboh, menjaga kekudusan dan tidak memperkosa hukum.
- Hukuman Tuhan : Keadilan atau kekejaman? Zefanya memberitakan keadilan Tuhan dalam bentuk kehadiran-Nya. Kehadiran Tuhan bagi mereka yang setia dengan tidak berbuat kelaliman sementara kepada yang tidak setia, Tuhan memberikan hukum-Nya pada waktu fajar menyingsing. Penghukuman Tuhan menjadi sebuah penegasan tentang pemberlakuan keadilan. Tuhan yang adil yang telah mengaruniakan segala sesuatu kepada umat-Nya, tetapi umat-Nya tidak pernah belajar akan berbenah diri dan bertobat. Sama seperti Ia membinasakan bangsa-bangsa lain itu demikianlah Ia akan membinasakan mereka. Ayat 8 mengatakan; Oleh karena itu tunggulah Aku — demikianlah firman TUHAN — pada hari Aku bangkit sebagai saksi. Sebab keputusan-Ku ialah mengumpulkan bangsa-bangsa dan menghimpunkan kerajaan-kerajaan untuk menumpahkan ke atas mereka geram-Ku, yakni segenap murka-Ku yang bernyala-nyala, sebab seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Ku.” Artinya TUHAN akan membalas kejahatan umat-Nya. Ia akan datang sendiri menghukum umat-Nya. Kalau kita mendapat perosalan hidup, baik itu dalam tugas dan kerja maupun dalam rumah tangga, apakah hal itu dipandang sebagai keadilan Tuhan atau kekejaman Tuhan ?
- Memaknai keadilan Tuhan di masa sekarang : Apa yang kita pahami sebagai keadilan Tuhan di masa sekarang, bila diperhadapkan dengan berbagai situasi kehidupan, terutama dengan beraneka persoalan kehidupan yang dihadapi yang terasa kian berat dan membebani ? Teks ini juga mengisyaratkan kepada kita untuk memakai kesabaran TUHAN sebagai kesempatan bagi kita untuk bertobat. Karena yang TUHAN kehendaki dari kita semua adalah hidup menurut FIRMANNYA; Yang TUHAN kehendaki adalah pertobatan.
- PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Bentuk ketidaksetian kepada Tuhan seperti apa yang bisa kita temui di masa sekarang?
- Apa saja yang menjadi penghalang bagi kita untuk tidak setia kepada kehendak Tuhan?
- Bagaimanakah kita memahami hukuman Tuhan di masa sekarang?
- Apa saja yang harus dilakukan orang percaya agar dapat dikategorikan sebagai umat yang setia?