Sentuhan Fisik yang Memulihkan (Yohanes 20:19-29) – Pdt. Petrus Tameno

Pendahuluan.

Syalom….

Kalender gerejawi menyatakan bahwa saat sekarang kita sedang berada dalam masa-masa penampakan Tuhan Yesus, dan esok, kita memasuki minggu ke-2 di bulan budaya.

Satu tema ditawarkan bagi kita sebagai perenungan kita dalam masa penampakan dan di bulan budaya ini adalah: Sentuhan fisik yang memulihkan.

Nah…. kalau kita berbicara tentang sentuhan fisik, maka yang dimaksud dengan sentuhan fisik tentu mengacu pada kontak fisik antara dua individu. Ini bisa berupa berbagai bentuk, mulai dari yang ringan dan singkat hingga yang intens dan berkepanjangan. 

Tentunya definisi yang lebih detail terkait sentuhan fisik mencakup beberapa aspek:

Pertama, jenis Sentuhan:  Sentuhan fisik yang disengaja (misalnya, jabat tangan, pelukan, ciuman) atau sentuhan yang tidak disengaja (misalnya, bersenggolan di tempat ramai/pasar).  Dari jenis sentuhan ini, intensitasnya pun beragam, dari sentuhan ringan hingga sentuhan yang kuat.

Kedua, Konteks sosial. Arti dan interpretasi sentuhan fisik sangat bergantung pada konteks sosial dan budaya.  Apa yang dianggap wajar dalam satu budaya mungkin dianggap tidak pantas di budaya lain.  Misalnya, budaya cium sabu, bagi orang sabu, pada umumnya pasti diterima, tetapi mungkin ciuman di tempat umum kurang di terima oleh suku lain (sehingga kadang suku lain pun, saat hendak dicium, ia berkata ”ini cium sabu oo”. Bahkan dalam satu budaya, arti sentuhan fisik dapat bervariasi tergantung pada hubungan antara dua individu (misalnya, sentuhan antara orang tua dan anak, pasangan romantis, teman, atau rekan kerja).

Ketiga, tujuan dan fungsi. Sentuhan fisik dapat memiliki berbagai tujuan dan fungsi, yakni sentuhan dapat menyampaikan berbagai emosi, seperti kasih sayang, dukungan, empati, atau agresi. Selain itu, sentuhan dapat digunakan untuk menetapkan batas fisik dan emosional antara individu.

Selanjutnya sentuhan fisik juga dapat memperkuat atau malah bisa melemahkan hubungan antara orang-orang, misalnya sentuhan dapat menenangkan dan menghibur seseorang yang sedang merasa sedih atau cemas. Tapi ingat ada juga sentuhan fisik yang juga digunakan sebagai bentuk agresi atau kekerasan.

Tetapi disini saya mau menyampaikan bahwapersepsi dan pengalaman individu terhadap sentuhan fisik sangat subjektif. Apa yang dianggap menyenangkan oleh satu orang mungkin dianggap tidak nyaman oleh orang lain. Karena ituperbedaan penting antara sentuhan fisik yang tepat dan tidak pantas sangat bergantung pada konteks dan persetujuan.  Dan malah jika sentuhan yang tidak diinginkan atau ti`dak sesuai dapat dianggap sebagai sebuah pelecehan atau penyerangan. 

Karena itu, penting untuk selalu menghormati batas fisik dan emosional orang lain dan mendapatkan persetujuan mereka sebelum melakukan kontak fisik.

Kaitan Tema dan Teks.

Bicara tentang sentuhan fisik, apa kaitannya dengan teks saat ini?

Dalam bacaan kita, terlihat bahwa dalam penampakan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya tanpa Tomas, Yesus menyatakan sebuah sentuhan yang luar biasa, Yesus berkata: “Damai sejahtera bagi kamu”, selain itu Yesus juga menunjukan bukti fisik, tangan dan lambung bekas luka, ditunjukkan kepada murid-muridNya.

Sentuhan dari Yesus itu, disampaikan oleh murid-murid yang lain kepada Tomas, namun Tomas mengatakan “sebelum aku melihat bekas paku pada tangan dan mencucukan tanganku kedalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak percaya.”

Rupanya Tomas sangat membutuhkan bukti fisik dan bahkan sentuhan fisik tentang kebangkitan Tuhan Yesus.

8 hari kemudian Yesus menampakkan diri kepada Tomas, dan disaat itu Yesus meminta Tomas bukan saja melihat, tetapi memberikan sentuhan fisik, terhadap bukti kebangkitanNya dan bahkan meminta Tomas untuk menyatakan sentuhan terhadap bukti fisik itu.

Posisi Teks dalam Injil Yohanes.

Dalam kebangkitan Tuhan Yesus kita mendapatkan tanda ajaib terbesar yang membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah “Tuhanku dan Allahku”, seperti yang di akui Tomas. Tubuh Tuhan Yesus dirusak, mereka membunuhNya, dan IA mati. Tetapi IA hidup kembali. Ini menunjukkan bahwa kebangkitanNya meneguhkan bahwa IA adalah “Tuhan dan Allah” bagi orang yang percaya kepadaNya.

Bagian ini merupakan klimaks dari Injil Yohanes. Pada bagian ini kita melihat ada 2 hal yang menjadi puncak atau titik kontra, yakni pada bagian ini kita melihat ada puncak ketidakpercayaan dan puncak kepercayaan. Artinya bahwa tanpa kebangkitan Yesus Kristus tentu kejahatan menang atas kebaikan dan manusia tidak mempunyai pengharapan sama sekali.

Rupanya Yohanes menceritakan kebangkitan Kristus dengan singkat tetapi tepat. Ia menceritakan sejarah kebangkitan itu dengan sebuah sentuhan, yaitu menyatakan bukti  yang tidak dapat di tolak.

Melalui teks ini, Yohanes menceritakan bagaimana Yesus menyatakan diriNya sesudah kebangkitanNya. Bagi Yesus kebangkitan itu menjadi kelahiran baru dan permulaan suatu kehidupan yang lebih mulia dan kekal.

Tafsiran Teks.

Bagian pertama:

Ketika Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya yang sedang berkumpul, mereka masih berada dalam genggaman ketakutan. Dalam keadaan itu Tuhan Yesus hadir dan  mengatakan damai sejahtera bagi kamu. Walaupun ini merupakan ucapan selamat yang  biasa, tetapi ucapan ini sangat berarti dan lebih dari itu, merupakan sebuah pemberian damai dari Tuhan Yesus secara langsung. Ini merupakan suatu penguatan bagi mereka yang berada dalam ketakutan.

Selain itu, Tuhan Yesus menunjukkan tanda-tanda penyaliban dan bahkan tubuh yang bangkit itu membawa bukti-bukti.

Pengulangan sapaan “damai sejahtera bagi kamu”, memberikan tekanan yang khusus.

Selanjutnya Yesus juga menghembuskan nafas maupun roh atau “pneuma”, kepada mereka. Terimalah Roh Kudus,  artinya ada sentuhan kuasa yang diberikan kepada para murid. Yesus berkata “jikalau kamu mengampuni dosa…..”Ungkapan ini dialamatkan kepada para murid sebagai suatu kelompok (kata kerjanya dalam bentuk jamak). Sekalipun bukanlah dalam kekuasaan manusia untuk mengampuni dosa, manusia dapat memberitakan keampunan atas dasar apa yang telah dilakukan oleh Allah dalam Yesus Kristus, dengan perantaraan Roh Kudus dalam dirinya, yang membuat dia utusan Kristus. Mereka yang menolak untuk menerima keampunan tidak dapat dielakkan harus berada tetap dalam dosa.

Bagian kedua:

Ketidakpercayaan Tomas dan lonjakan kepada iman dari Thomas yang luar biasa setelah melihat dan merasakan sentuhan Yesus melalui ungkapan damai sejahtera, tentu mau menerangkan tentang tujuan injil yang ditulis oleh Yohanes. Titik puncaknya ada pada kalimat yang dikatakan Tomas “ya Tuhanku dan Alllahku.”

Ungkapan ini merupakan taraf tertinggi dari sebuah kepercayaan. Pemikiran yang luhur mengenai fitrah ilahi dari Yesus sudah jelas dalam kalimat itu. Dan ini merupakan kesimpulan yang tepat mengenai jalan kepercayaan.

Di bagian terakhir dari perikop ini, ungkapan bahwa “berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Perkataan Tuhan Yesus ini adalah bagi mereka yang kepercayaannya di dasarkan atas pemberitaan orang lain. Ini adalah kepercayaan yang telah mendukung gereja sampai sekarang ini.

Sebuah rangsangan untuk diskusi.

Sentuhan fisik Yesus, nyata bagi para murid. Yesus terlihat dengan jelas oleh para murid. Ia hadir di tengah-tengah mereka dalam penampakkanNya. Yesus menunjukkan bukti bukti (bekas luka paku dan bekas luka di lambung). Yesus menyatakan sentuhan dengan ungkapan “damai sejahtera bagi kamu.” Yesus juga menyatakan sentuhan dengan memberikan kuasa Roh Kudus (pneuma) kepada para murid.

Sentuhan-sentuhan ini, menguatkan dan menghilangkan rasa takut, memberi semangat baru dan menstabilkan iman percaya, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah.

Pertanyaan, untuk direnungkan:

Kuasa kebangkitan Yesus juga sudah diberikan kepada kita semua, sebagai murid-muridNya. Kira-kira sudah sejauh mana kita mengestafetkan sentuhan-sentuhan itu kepada sesama dan ciptaan lainnya?  Apa yang mesti menjadi budaya kita dalam memberikan sentuhan-sentuhan terbaik?

Saya ingat dulu ketika ditahbis sebagai pendeta, salah satu pendeta senior mengatakan, jadi pendeta, harus ada satu budaya yang terus melekat kuat dalam diri pendeta, yaitu… siap memberikan sentuhan-sentuhan bagi jemaat melalui perkunjungan jemaat, di rumah dan kebun-kebun jemaat (bukan pendeta yang menciptakan budaya, hari Sabtu ke jemaat, hari Minggu memimpin ibadah, dan sore menghilang lagi).

Selanjutnya ada yang mengatakan…. sebagai anak-anak Tuhan, bukan saja kita mau hadir dalam ibadah-ibadah secara liturgis, tapi kita juga dapat terlibat dan memberikan sentuhan-sentuhan fisik dalam setiap ibadah karya di sekeliling kita.

Ya…. Ini hanya sebuah rangsangan untuk kita bisa PA bersama….Tuhan memberkati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *