Erat Bersatu di Tengah Perbedaan – Refleksi HUT RI ke-79 (1 Korintus 1:10-17)- Pdt. Fransiskus S. Nahak.

Keberagaman merupakan satu bentuk kekayaan dan anugerah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik bahwa Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa, 700 bahasa dituturkan hingga saat ini. Data sensus Kementerian Dalam Negeri tahun 2022, penduduk Indonesia berjumlah 273, 32. Yang menganut agama Islam 86,93%, penganut agama Kristen 10,55% (7,47% Kristen Protestan,  3,08% Kristen Katolik) 1,71% beragama Hindu, 0,74% beragama Buddha, 0.05% beragama Konghucu dan 0,03% menganut agama lainnya.

Nusa Tenggara Timur terdapat kurang lebih 1.200 pulau dengan pulau utama Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Rote, Pulau Sabu. Setiap pulau dihuni oleh berbagai etnis dengan keragaman budayanya. Para penganut agama pun beragam, ada yang menganut agama Kristen (Katolik dan Protestan), penganut agama Islam, penganut agama Hindu, penganut agama Buddha dan agama-agama suku.

Namun tidak diingkari bahwa keragaman menimbulkan permasalahan. Bangsa ini memiliki lembaran sejarah yang kelam karena konflik antar agama dan suku, misalnya di Poso, Aceh, NTT, Papua (hingga saat ini), di Jawa, Kalimantan, dan di tempat lainnya.

Tahun ini kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79. Gereja Masehi Injili di Timor mengangkat tema renungan, Erat Bersatu di Tengah Perbedaan.

Satu hal yang menjadi ciri khas kota Korintus adalah kebinekaan masyarakatnya. Gereja di Korintus didirikan pada perjalanan misi Paulus yang kedua, diperkirakan sekitar tahun 52 M, (dibandingkan kesaksian Kisah Para Rasul 18:1-18). Kemungkinan besar Paulus tinggal di sana selama 18 bulan.

Ada permasalahan yang terjadi di kota Korintus. Selain penyimpangan moral, namun mereka dipengaruhi oleh ajaran Gnostik. Selain itu, jemaat Korintus menjadi egois, congkak, puas diri, karena karunia yang dimiliki oleh setiap anggota, sehingga jemaat menjadi kacau.  Akibat  kekacauan  ini  jemaat  di  Korintus  mengalami  ekstase  (kegembiraan  yang meluap).

Adanya berbagai pengajar di tengah-tengah mereka dengan didukung oleh keberagaman latar belakang para anggota jemaat di kota Korintus. Ada empat  kelompok yang berlainan, yang disebut Paulus dalam 1 Korintus 1:10-17. Pertama, kelompok Paulus.Rupanya terdiri dari kaum libertin. Mereka telah mendengar khotbah Paulus yang semula, tentang kemerdekaan Kristen, dan menyimpulkan bahwa begitu mereka memberikan respons terhadap Injil, mereka dapat hidup sesukanya. Kedua, kelompok Kefas.Merupakan kaum legalistik. Mereka orang-orang seperti para guru agama Yahudi di Yerusalem, yang berpendapat bahwa kehidupan Kristen berarti mengikuti hukum Taurat dengan ketat, baik menurut upacara agama maupun secara moral. Ketiga, kelompok Apolos. Kelompok inimungkin terdiri dari orang-orang yang mengikuti pandangan Yunani yang klasik. Sebagai seorang Yahudi Aleksandria (lih.Kis.18:24-28) yang berpendidikan, Apolos mahir dalam jenis penafsiran Kitab Suci seperti itu. Dengan sendirinya ia menjadi guru yang dapat diterima  oleh orang Kristen di Korintus yang mempunyai latar belakang filsafat Yunani. Keempat, kelompok Kristus.Mungkin sekali terdiri dari sekelompok orang yang menganggap dirinya di  atas kelompok-kelompok lain yang berpusatkan pada pribadi-pribadi orang biasa. Mereka  menghendaki hubungan langsung dengan Kristus sendiri, sama seperti hubungan mistik yang telah mereka alami secara langsung dengan dewa-dewa dalam agama-agama Misteri dari Timur.

Kekacauan di Korintus karena setiap kelompok giat bekerja, dengan menyebarkan ide dan penekanannya masing-masing. Paulus menyatakan berbagai persoalan atau masalah yang terjadi dalam jemaat, disebabkan oleh kurangnya persatuan di antara orang Kristen di Korintus. Mereka terpecah ke dalam kelompok-kelompok, yang masing-masing mengklaim mengikuti guru-guru ataupun ajaran-ajaran yang berbeda.

Paulus memperingatkan mereka bahwa kematian Kristus di kayu salib adalah pusat Injil, dan bahwa mereka harus lebih mendengar Roh Allah daripada hikmat duniawi. Nasihat Paulus supaya jemaat Korintus seia-sekata (ay. 10).Ungkapan                               seia-sekatasecara harfiah “supaya semuanya mengatakan hal yang sama.” Melalui ungkapan ini, Paulus hendak memanfaatkan ungkapan klasik untuk menekankan kata “dipersatukan”. Kelompok yang berseteru selalu cenderung untuk memperdalam dan mengabadikan perpecahan.

Paulus hendak mengatakan bahwa setiap orang harus mengakhiri perbedaannya dan memiliki pendapat yang sama tentang setiap pokok, tetapi bahwa mereka harus belajar untuk mengungkapkan apa yang harus dikatakan. Itulah yang membuat mereka menjadi satu kesatuan. Paulus mengarahkan mereka pada inti kesatuan mereka, yaitu Yesus Kristus, Tuhan mereka. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, seia-sekata tidak sedang menegaskan bahwa dalam jemaat tidak boleh ada perbedaan pendapat. Namun yang substansi di sini adalah bagaimana masing-masing anggota memahami posisi dan porsi masing-masing, serta bagaimana setiap anggota senantiasa “melihat” kepada Kristus sebagai dasar relasi yang telah mempersatukan mereka. Oleh karena itu, apabila hal ini dapat dilakukan, maka sebesar apa pun perbedaan yang ada dalam jemaat, tidak akan menimbulkan perpecahan. Karena Yesus Kristus tetap menjadi dasar mereka.

Paulus mendengar telah terjadi perselisihan (ay. 11). Berdasarkan informasi dari keluarga  Kloe,  maka  Paulus  akhirnya  tahu  bahwa  dalam  jemaat  di  Korintus  telah  terjadi “perselisihan” (secara harfiah: pertikaian). Perselisihan oleh karena mereka saling klaim rasul yang dianggap paling benar dan paling hebat                      (bdk. ay. 12). Betapa gentingnya masalah ini. Apabila tidak diselesaikan secepatnya dan dengan penanganan yang tepat maka bukan tidak  mungkin akan dapat menimbulkan perpecahan.

Mengapa mereka bisa bertikai? Sekali lagi problemnya ada pada keegoisan setiap  jemaat, di mana mereka lebih mementingkan kepentingan sendiri dari pada kelompok. Bahkan problem utamanya adalah mereka terlalu dikuasai oleh emosi mereka dan ini disebabkan mereka belum menjadikan Yesus sebagai Tuhan dalam kehidupan mereka.

Jemaat Korintus mengkultuskan pemimpin manusia – gagal fokus (ay. 12). Pada ayat 12 ini memberikan penjelasan yang gamblang kepada kita tentang penyebab utama terjadinya perselisihan bahkan perpecahan di dalam jemaat Korintus. Oleh karena beberapa jemaat memilih Paulus, yang lainnya memilih Apolos    yang terkenal karena kefasihannya berbicara di depan umum, bahkan berdebat dengan mereka yang melawan Injil Kristus (Kis. 18:24-28). Ada  beberapa  juga  yang  memilih  Kefas atau  Petrus  yang  merupakan  murid  yang paling dekat dengan Tuhan Yesus. Dan kelompok terakhir adalah yang masih setia kepada Yesus Kristus. Pertanyaan tantangan dari Paulus untuk menegaskan prinsip kesatuan dalam gereja (ay. 13). Pertanyaan yang dimaksud dalam adalah ketika Paulus bertanya: “Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau  adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” Pertanyaan pertama sebenarnya hendak berkata bahwa setiap mereka yang telah menjadi pengikut Kristus (orang Kristen) harusnya bersatu meskipun berbeda dalam latar belakang dan pendapat, karena Kristus hanya satu.

Pertanyaan kedua hendak menegaskan bahwa keselamatan atau iman yang telah diperoleh oleh setiap orang Kristen sama sekali tidak ada andil Paulus, Kefas bahkan Apolos sekalipun. Itu semata-mata hannyalah karya Kristus yang telah memberikan diri-Nya disalibkan menggantikan manusia berdosa, guna mereka memperoleh keselamatan. Dan pertanyaan terakhir hendak menegaskan bahwa baptisan yang diterima oleh setiap jemaat Korintus sebagai materai atas keselamatan mereka, sekali lagi dilakukan di dalam nama          Yesus Kristus.

Ayat 14-17 penegasan Paulus tentang tugas misi utamanya bukan untuk melaksanakan sakramen baptisan melainkan memberitakan Injil.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama,kita hidup di dunia “tanpa dinding”,  yaitu arus informasi begitu kita dapat dengan cepat. Informasi ada yang valid namun banyak juga yang hoax,bernada provokasi yang beredar di media sosial. Mengadu domba kelompok suku dan agama tertentu akibatnya konflik antar suku tidak bisa dihindari. Dalam bacaan ini, konflik yang terjadi Korintus karena setiap kelompok giat menyebarkan ide yang memecah belah jemaat. Hari ini kita merayakan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79. Hiduplah sebagai anak bangsa yang merdeka, ditunjukkan dalam kedewasaan menyebarkan informasi yang menyejukkan, mempersatukan, di tengah-tengah masyarakat. Konflik antar agama dan suku disebabkan juga karena provokasi melalui media.

Kedua,perbedaan adalah anugerah Allah bagi bangsa dan juga merupakan karunia yang diberikan Tuhan untuk membangun bangsa ini. Jika kita membaca 1 Korintus seluruhnya, dalam menghadapi perpecahan Paulus berteologi menggunakan  tubuh (teologi tubuh). Setiap anggota memiliki fungsinya masing-masing namun mereka satu tubuh dan satu Roh. Setiap anak bangsa dilengkapi Tuhan dengan karunia masing-masing dan bekerja sesuai dengan fungsinya, dalam tubuh yang namanya bangsa Indonesia dan roh, yaitu semangat kesatuan dan persatuan. Persatuan bangsa adalah harga mati, keberagaman adalah karunia. Oknum yang merusak keragaman adalah merusak tubuh. Satu anggota tubuh sakit maka semua terasa sakit, oleh karena semangat saling menjaga dan merawat merupakan semangat anak bangsa.

Ketiga,persatuan bukan berarti keseragaman, namun membiarkan perbedaan yang dimiliki tetap ada, hidup dan berkarya di Republik ini dengan keunikannya masing-masing. Itulah yang hendak ditegaskan oleh rasul Paulus dalam bacaan ini. Saya suku Tetun dan beragama Kristen Protestan, Anda suku Jawa atau Papua dan beragama Islam, dst. Kita masing-masing memiliki keunikan, mari kita hidup bersama dalam keberadaan kita masing-masing.

Keempat,konflik yang terjadi karena ketidakadilan, salah satunya pembangunan ekonomi dan infrastruktur. Walaupun kita sudah 79 tahun merdeka, namun ada anak bangsa yang belum merasakan kemerdekaan. Mereka hidup dalam penjajahan karena kemiskinan, gisi buruk, tidak menikmati pendidikan, dll.

Konflik yang terjadi di Jemaat Korintus karena ada anggapan bahwa kelompok yang satu lebih istimewa dari kelompok yang lain. Misalnya, pulau Jawa lebih istimewa dari pada pulau Timor, Kalimantan, Sulawesi  dan Papua. Agama tertentu anak emas sedangkan agama lainnya anak tiri, dst. Untuk mempererat persatuan di tengah perbedaan, maka keadilan menjadi fondasi untuk membangun bangsa ini.

 Kelima,perbedaan agama, gereja, doktrin, tata cara ibadah, sakramen (agama Kristen), bukan untuk diperdebatkan atau harus diseragamkan. Itu bukan misi utama Paulus. Paulus mengatakan bahwa ia diutus bukan untuk membaptis tetapi memberitakan Injil, yaitu Kabar Baik. Dalam konteks Indonesia yang majemuk, misi gereja adalah menghadirkan kabar baik bagi semua orang. Kabar baik satunya adalah merawat kemajemukan. Mempererat persatuan di tengah perbedaan. Amin.

Selamat merayakan HUT RI yang ke-79. Merdeka! ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *