Hamba yang Menanti dengan Setia (2 Raja-raja 2:1-18)

Foto: Jemaat Imanuel Batun, Klasis Amanuban Tengah Selatan (Pdt. Lexi Sabuna)

Pengantar

Kesetiaan terbukti melalui perjalanan panjang yang sering kali menuntut pengorbanan. Mereka yang tetap setia pada panggilan Tuhan akan melihat bagaimana Tuhan bekerja secara luar biasa dalam hidup mereka.

Kisah Elia dan Elisa adalah gambaran tentang bagaimana seorang hamba yang setia akan menerima bagian dari rencana besar Allah. Elia, nabi yang teguh menyampaikan kebenaran, menghadapi banyak tantangan dalam pelayanannya. Pada akhirnya ia tidak mengalami kematian seperti manusia pada umumnya, melainkan diangkat ke sorga. Elisa, muridnya yang setia, memilih untuk tetap setia. Kesetiaannya itu membuka jalan bagi rencana Allah yang lebih besar dalam hidupnya.

Penjelasan Teks

Teks 2 Raja-raja 2:1-18 membawa kita pada momen-momen terakhir kehidupan Elia di bumi dan peralihan kepemimpinan kepada Elisa. Dalam cerita itu kita dapat mencatat beberapa hal penting, yaitu tentang kesetiaan yang tak tergoyahkan (ay. 1-6), tentang mukjizat dan kuasa Allah (ay. 7-10), tentang warisan rohani (ay. 11-15), dan tentang pencarian yang tidak perlu (ay. 16-18).

Elia tiga kali meminta Elisa untuk meninggalkannya, tetapi Elisa tetap bersikeras untuk mengikuti gurunya. Ia tahu bahwa perpisahan itu akan terjadi, tetapi ia memilih untuk tetap berada di sisi Elia hingga akhir. Elisa juga tidak terpengaruh oleh perkataan para nabi di Betel dan Yerikho yang sudah mengetahui bahwa Elia akan diambil oleh Tuhan. Ia tidak ingin terganggu oleh peristiwa itu agar tetap fokus mendampingi Elia.

Ketika mereka tiba di tepi Sungai Yordan, Elia memukulkan jubahnya ke air, dan sungai itu terbelah. Ini mengingatkan kita pada peristiwa Musa di Laut Teberau dan Yosua di Sungai Yordan. Selanjutnya, Elisa meminta dua bagian roh Elia. Permintaan itu mengarah kepada warisan rohani dan kuasa yang lebih besar dalam pelayanan. Walau permintaan itu sulit, namun tidak mustahil. Jika Elisa melihat saat Elia terangkat, itulah tanda bahwa permintaannya itu dikabulkan.

Elisa menyaksikan peristiwa Elia naik ke sorga dalam angin badai. Ia mengambil jubah Elia yang jatuh, lalu kembali ke Sungai Yordan dan menguji apakah Tuhan menyertainya seperti Tuhan menyertai Elia. Ketika ia memukulkan jubah ke air, sungai itu terbelah lagi. Para nabi yang melihat kejadian itu pun mengakui bahwa roh Elia telah beralih kepada Elisa.

Para nabi masih berpikir bahwa mungkin Elia dibawa ke tempat lain oleh Roh Tuhan. Mereka mencarinya selama tiga hari, tetapi Elisa sudah tahu bahwa Elia telah benar-benar diangkat ke sorga.

Refleksi

Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting untuk direnungkan, tentang kesetiaan dan tanggung jawab rohani.

Pertama, berkaitan dengan kesetiaan dan berkat. Elisa tidak hanya mengikuti Elia karena keingintahuan, tetapi karena ia tahu ada sesuatu yang lebih besar yang Tuhan persiapkan baginya. Kedua, berkaitan dengan kesediaan menerima tanggung jawab. Elisa tidak hanya ingin menjadi murid Elia, tetapi juga ingin menerima bagian dari roh dan kuasa Elia untuk melanjutkan tugas kenabian.

Ketiga, berkaitan dengan penyertaan Tuhan. Seperti Elia yang membelah Sungai Yordan, Elisa juga melakukan hal yang sama. Ini menunjukkan bahwa Tuhan menyertai mereka yang dipanggil untuk melayani-Nya. Keempat, berkaitan dengan transisi kepemimpinan. Para nabi menyaksikan bahwa roh Elia telah beralih kepada Elisa. Ini adalah simbol bahwa dalam setiap generasi, Tuhan akan selalu menyiapkan pemimpin baru untuk melanjutkan pekerjaan-Nya.

Aplikasi

Renungan kita terhadap peristiwa perpisahan antara Elia dan Elisa memberi beberapa pesan iman untuk dilakukan. 1. Setialah dalam panggilan Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak alasan untuk berhenti melayani atau meninggalkan iman. Namun, seperti Elisa yang tetap setia kepada Elia, kita juga dipanggil untuk tetap setia kepada Tuhan dan giat melayani. 2. Jadilah pembimbing dan pembelajar yang baik. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk keberlanjutan pelayanan. Seperti relasi tanggung jawab di antara Elia dan Elisa, pada satu sisi, kita harus membimbing orang lain dalam iman, dan di sisi lain, kita juga harus rendah hati untuk belajar dari orang-orang yang lebih berpengalaman. 3. Mintalah kuasa Tuhan untuk pelayanan. Elisa sadar bahwa ia tidak bisa melanjutkan pelayanan tanpa kuasa Tuhan. Kita juga harus bergantung pada Roh Kudus dalam setiap aspek kehidupan dan pelayanan. 4. Percayalah bahwa Tuhan menyertai kita. Elisa berani melangkah karena ia tahu bahwa Tuhan yang menyertai Elia juga akan menyertainya. Dalam setiap tantangan hidup, kita harus percaya bahwa Tuhan tetap bekerja dalam hidup kita. 5. Siapkan generasi berikutnya. Elia tidak hanya melayani sendirian, tetapi juga mempersiapkan Elisa sebagai penerusnya. Pelaku pelayanan hari ini perlu memastikan bahwa ada generasi baru yang siap menerima tongkat estafet pelayanan di hari esok.

Penutup

Elisa, yang setia mendampingi Elia, menerima warisan rohani untuk kesinambungan pelayanan. Kisah itu mendorong kita untuk membangun kebersamaan dan merawat kesetiaan melayani, percaya pada kuasa Tuhan, dan terus mempersiapkan generasi mendatang demi keberlanjutan pelayanan. Kiranya Tuhan dimuliakan. ***

Dikutip dari Buku Tunas dari Tanah Kering, Renungan Harian Mei-Juni 2025.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *