
Menerima orang lain kadang sulit, apalagi menerima orang sebagai paket lengkap dengan kelebihan dan kekurangan. Tidak semua orang bisa dengan mudah menerima dan mengakui kelebihan orang lain, apalagi menerima kekurangan orang lain. Padahal perkembangan zaman mengharuskan orang tidak hanya berhati-hati dengan kekerasan fisik tapi juga kekerasan verbal dan nonverbal.
Elizabeth B. Hurlock, seorang ahli psikologi perkembangan manusia membangun teori tentang betapa petingnya menerima kelebihan dan kekurangan diri. Dari kemampuan menerima kelebihan dan kekurangan diri maka orang terdorong untuk juga mampu menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Caranya adalah memaafkan, mengenali kelebihan dan kekurangan, fokus pada hal-hal yang baik, dan melihat diri dan orang lain secara utuh. Teori ini baru dikembangkan tahun 1080-an tapi sejak dahulu, Alkitab sudah mengingatkan tentang pentingnya menerima kelebihan dan kelemahan.
Dalam nasehat Paulus kepada Jemaat di Roma, Paulus mengambarkan tentang realitas bahwa ada orang kuat dan ada orang yang lemah. Ayat 1 – Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuatdan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Kata yang dipakai untuk kata ‘orang yang Kuat’ adalah ‘dunatos’ yang menunjuk pada kuat atau berkuasa karena kekayaan, kedudukan politis atau kuat secara iman. Lawan katanya adalah orang yang tidak kuat, ‘adunatos’ yang menunjuk pada tipe orang yang tidak berdaya, lemah, tidak punya kuasa, miskin.
Memahami makna dunatos dan adunatos tidak bisa dipisahkan dari pasal sebelumnya yakni di pasal 14 dimana Paulus menasehati jemaat untuk jangan menghakimi dan jangan menjadi batu sandungan terhadap jemaat karena soal makanan. Ada kelompok jemaat yang makan makanan kosher yakni makanan menurut hukum makanan haram dan tidak haram Yahudi dan ada jemaat yang memilih untuk makan makanan non kosher. Hal ini menyebabkan jemaat saling mencela dan menghakimi. Soal ketaatan terhadap makanan bagi jemaat Kristen Yahudi di Roma waktu itu, itu adalah hal yang serius maka Paulus menasehatkan untuk kita yang kuat wajib menanggung kelemahan.
Nasehat ini menarik karena dalam penilaian akan orang yang makan kosher dan non kosher dilihat sebagai orang yang kuat dan lemah, Paulus melakukannya tanpa merendahkan cara pandang jemaat yang makan makanan kosher sebagai perilaku berlebihan dan sekaligus memberi ruang bagi mereka yang makan makanan nonkosher untuk mendapat tempat agar dipahami dan diterima. Dengan kata lain, Paulus mau bilang, “Sudahlah kalau kalian sanggup menataati hukum kosher yang ketat itu maka kamu hebat. Tapi kalau ada yang tidak maka biarkan saja dia dan kamulah yang harus menanggungnya bagi dia.”
Di sini prinsip menerima kekuatan dan kelemahan menjadi kuat. Masing-masing orang diterima apa adanya, dengan pilihannya. Nasehat ini menutup ruang untuk jangan hanya cari kesenangan sendiri dan merasa hebat sendiri. Sekaligus jangan merasa rendah sendiri karena ada mereka yang kuat yang siap menerima apa adanya kekurangan dan kelemahan kita dan merangkulnya.
Selanjutnya di ayat 2, Paulus menasehatkan untuk setiap orang harus mencari kesenangan sesamanya. Ayat 2 – Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannyauntuk membangunnya. Tindakan ini dilakukan dengan berpatokan pada apa yang telah Kristus lakukan. Ayat 3 Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri
Dalam karya penyelamatan yang telah dikerjakan Kristus, Ia rela menanggung semua kata cercaan demi keselamatan dan kesenangan umat-Nya. Sikap Kristus inilah yang menjadi dasar untuk diteladani. Kalau Kristus telah menebus seseorang, siapakah kita sehingga merasa layak untuk menghakimi orang itu dengan berbagai penilaian kita? Kalau Kristus telah menerima seseorang dalam penyelamatan-Nya, siapakah kita sehingga merasa berhak untuk menolak orang itu? Kalau Kristus rela tidak mencari kesenangan untuk diri-Nya, tidakkah sebagai pengikut Kristus, kita juga mesti melakukan hal yang sama? Sebagai pengikut Kristus, sebagai pekerja Kristus, saya dan saudara tidak ada pilihan lain selain mengambil pilihan Kristus.
Selanjunya Paulus menekankan tentang pentingnya menjaga kerukunan di dalam persekutuan jemaat dikarenakan persekutuan itu harus terus bertumbuh. Bagaimanapun Roma adalah pusat dunia pada waktu itu. Injil harus disebarkan dari Kota Roma sehingga sampai keseluruh dunia. Maka setiap jemaat mesti menjaga persekutuan dengan saling menerima, saling menanggung kelemahan, saling menghormati, dan berbagai tindakan penerimaan yang lain supaya jangan sampai persekutuan jemaat menjadi pecah. Maka doa Paulus bagi jemaat: Ayat 5 – Semoga Allah, sumber ketekunan dan penghiburan, memberikan kepada kamu hidup yang sehati sepikir, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, Ayat 6 – sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. Dan dilanjutkan dengan ayat 9 – dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allahkarena rahmat-Nya, seperti ada tertulis: “Sebab itu aku akan memuliakan Engkau di antara bangsa-bangsa dan menyanyikan mazmur bagi nama-Mu.” Inilah tujuannya supaya jemaat tetap rukun dan memelihara persekutuan sebab dari Roma, bangsa-bangsa akan memuliakan Tuhan dan menyanyikan mazmur.
Realitas hidup bergereja, bermasyarakat dan berkeluarga adalah dimanapun kita berada, kita akan terus berjumpa dengan dunatosdan adunatos.Apapun bentuk kuat dan lemahnya baik ekonomi, kuasa politis, maupun iman.
Masing-masing orang dengan keunikannya. Masing-masing orang beda. Kita tidak punya soal dengan hukum makanan kosher. Karena kalau harus ikut hukum kosher Yahudi maka kita mesti good bye dengan daging babi, udang, cumi. Tapi kita masih terus bergumul dengan relasi kaya dan miskin. Mulai dari dikotomi gereja kota dan gereja desa atau kasarnya gereja mata air dan air mata. Di titik ini, sebagaimana Kristus yang rela menerima kekurangan orang lalu lalu memakluminya dan menebusnya maka seharusnya kita lebih mengutamakan jemaat lain untuk ditopang. Sebab kita gereja Kristus yang harus melakukan persis seperti yang Kristus lakukan. Gereja Kristus adalah gereja yang menujukkan tampilan Kristus di dalam pelayanannya.
Kita juga bergumul dengan dikotomi orang kaya dan orang miskin di sekitar kita. Kita bisa berdalih bilang bahwa kita kaya karena kerja keras sementara orang lain miskin karena pemalas. Tapi persoalannya adalah Kristus tidak melihat kesana.
Dalam hukum Kristus, tidak ada urusannya dengan upaya mencari alasan untuk tidak menolong. Perintahnya jelas: Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan diri sendiri. Perintah firman menegaskan Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannyauntuk membangunnya. Termasuk ada orang yang sakit, ada yang sehat, ada yang hidup bebas, ada yang dipenjara, ada yang imannya lemah, ada yang imannya kuat, dan berbagai pembedaan lainnya.
Dalam melakukan panggilan untuk memelihara persekutuan pada masa kini, ingatlah bahwa bagi gereja mula-mula, penting sekali gereja bertumbuh secara kuantitatif yakni semakin banyak orang. Maka kualitas iman dan persekutuan mesti dijaga. GMIT sekarang adalah salah satu gereja terbesar di Indonesia. Panggilan kita menjaga kualitas persekutuan, tujuannya tidak saja membuat semakin banyak anggota gereja. Tapi lebih dari itu, panggilan kita menjaga persekutuan adalah memastikan bahwa jemaat-jemaat dan bahkan semua masyarakat bisa menikmati hidup yang sejahtera.
Panggilan kita menerima dan menanggung beban orang lain, mesti diwujudkan dengan menjadi gereja yang mengulurkan tangan untuk membantu setiap orang susah di sekitar kita, baik memberi makan, memberi pendidikan, melawat mereka yang sakit, dipenjara, memperkaya mereka yang miskin dan menderita karena berbagai soal. Panggilan kita adalah memastikan semua orang menikmati sejahtera supaya semua bangsa memuji dan memuliakan Tuhan.
Kalau perhatikan ciri khas dari persekutuan gereja mula-mula sebagaimana disaksikan dalam Kisah Para Rasul pasal 2 dan 4, ciri yang khas dari jemaat Yesus Kristus yang dipenuhi Roh Kudus adalah : Jumlah mereka terus bertambah, mereka selalu bersama berkumpul dan berdoa, banyak mujizat terjadi, dan tidak ada di antara mereka yang berkekurangan.
Bukankah ciri yang khas dari gereja Kristus mesti juga ditemukan dalam persekutuan saat ini? Silahkan menilai, apakah persekutuan keluarga, gereja dan masyarakat dimana saya dan saudara ada di dalamnya, sudah memenuhi unsur dan ciri persekutuan Kristus yang di dalamnya karya Roh Kudus penuh?
Maka sebagaimana ucapan doa Paulus untuk jemaat, di ayat 13 – Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahteradalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kuduskamu berlimpah-limpah dalam pengharapan. Doa yang sama kiranya menyertai kita, dalam setiap lingkup persekutuan kita. Amin. ***