
Kata mengenal/me-nge-nal dalam kamus besar bahasa indonesia berarti mengetahui; Kenal atau tahu. Sehingga frasa dalam tema khotbah kita saat ini dapat dipahami bahwa sebelum seseorang mengakui dan percaya terhadap sesuatu, minimal ia telah melalui sebuah proses tahu/mengerti (menyaksikan, mengalami sesuatu).
Robin Dunbar seorang dosen dan peneliti dari Universitas Oxford berteori bahwa hubungan atau relasi sosial persahabatan seorang manusia dimulai dari tahapan hanya sekedar kenalan, teman biasa hingga menjadi teman baik. Biasanya kita memahami kata teman baik itu adalah sebuah hubungan yang menghadirkan saling percaya, menghargai, mendukung, menerima apaadanya, menghargai batasan atau kekurangan, mampu memberi kritik, mampu memaafkan dan selalu ada untuk kita.
Dari tiga tahapan hubungan sosial persahabatan ini, Jeffrey Hall seorang peneliti dari universitas kansas telah melakukan servei terkait waktu yang dibutuhkan seseorang dalam mencapai tiga tahapan hubungan relasi diantara manusia. Menurut Hall di butuhkan 50 jam bersama hanya untuk sekedar saling mengenal. Kemudian dibutuhkan 80 sampai 100 jam untuk menjadi teman biasa dan 200 jam dan seterusnya untuk menghadirkan hubungan sebagai teman baik. Hasil survei ini menegaskan bahwa kualitas dari konten percakapan berdasarkan ukuran waktu tadilah yang mempengaruhi seberapa dekat mereka.
Mungkin kita sekalian punya pengalaman ketika akan ke suatu tempat. Biasanya kita akan berupaya menggali informsi tentang situasi dan kondisi terkait situasi kehidupan di tempat tujuan. Jaminan keamanan dan keyamanan diri melandasi upaya mengali informasi awal. Contohnya saat penempatan pertama untuk menjadi seorang pendeta di suatu tempat terpencil, dimana seorang pelayan yang belum mengetahui situasi dan kondisi kehidupan disana. Mungkin ia akan banyak menggali informasi terkait situasi dan kondisi tempat tujuan tersebut dari kenalan pendeta yang terlebih dahulu pernah melayani di tempat itu. Jika kita sedikit mendramatisir percakapan kedua teman pelayanan ini, maka bahasa yang akan terdengar seperti ini; “ di ini tempat semua bae-bae sa, tapi hati-hati dengan om Markus, om Om Yudas dan tanta ita, dong samua yang buat susah beta selama melayani disitu.”
Contoh percakapan di atas memberi gambaran bahwa teman pelayan yang baru akan ditempatkan akan menerima banyak sekali informasi untk menjawab keingin tahuan ia sebelum berada di tengah-tengah jemaat tujuan. Namun tanpa disadari pendeta yang baru akan di tempatkan itu telah diisi dengan kualitas perjumpaan temannya. Mungkin sahabatnya akan bercerita tentang segala kebaikan yang pernah ia jumpai disana atau bahkan sebaliknya segala keburukan disana.
Segala informasi baik atapun buruk yang telah diterima akan mempengaruhi sikap, bahkan kepercayaan diri saat berada di tempat tujuan. Setiap perjumpaan bersama orang-orang yang berada di tempat tujuan akan dipengaruhi oleh semua informasi yang telah ada. Kecenderungan menutup diri ketika berjumpa dengan orang-orang yang namanya penah disebut sebagai trouble maker akan terjadi. Kualitas pertemuan dengan mereka akan sekedar ada dalm kualitas percakapan sebagai kenalan dan tidak akan berkembang menjadi teman biasa atau bahkan sebagai teman baik.
Situasi dan kondisi ini dapat dijelaskan dalam teori johari atau empat jendela kehidupan yang di temukan oleh psikolog Amerika Serikat Joseph Luft dan Harry Ingham.
- Area terbuka (open self)
Daerah terbuka ini menunjukkan perilaku dimana seseorang sadar dan bersedia untuk dibagikan ke orang lain. Saling membuka diri untuk perkembangan pertemanan yang lebih intens. Biasanya nampak dalam kehidupan dua indifidu yang sementara berpacaran. Setiap percakapan terbuka satu dengan lainnya untuk saling mengenal lebih dalam.
- Area tertutup (hidden self)
Daerah tersembunyi yang menunjukkan perilaku yang dimiliki seseorang, yang ia kenali namun tidak bersedia untuk dibagikan pada orang lain sehingga orang lain tidak tahu. Contoh seorang publik figur akan selalu meakukan pencitraan didapan orang banyak, namun sebenarnya itu bukan situasi sebenarnya dari hidup setiap hari.
- Blind spot blind self
daerah buta yang menunjukkan sifat dan perilaku yang dimiliki seseorang namun tidak ia kenali, akan tetapi dikenal oleh orang lain. Terkadang suatu masalah atau kelemahan hanya dapat dilihat oleh orang lain. Unknown
- Terakhir, ada unknown.
Daerah misteri yang menunjukkan perilaku, sifat, motivasi, serta intensi yang dimiliki seseorang namun tidak diketahui baik dirinya ataupun orang lain. Hal ini bisa jadi merupakan potensi tersembunyi dari diri seseorang yang belum diketahui.
Jika dilihat dari teori ini maka sebenarnya resali petrus terhadap Yesus sebagai guru berada pada jendela yang pertama. Hal ini di dukung oleh karakter petrus seorang murid Yesus yang memiliki keinginan yang besar untuk menanggapi segala sesuatu yang dilakukan oleh Yesus atau dengan kata lain ia ingin tau banyak hal yang dilakukan oleh Yesus. contohnya dalam matius 14:25-30, diceritakan bahwa Dialah murid satusatunya yang ingin berjalan di atas air untuk menemui Yesus. Dalam bacaan ini (Matius 16:16) menceritakan bahwa Ialah murid yang menanggapi pertanyaan Yesus tentang siapa diriNya. Pada waktu Pemuliaan Yesus dalam Matius 17:1-4, Ia juga satu-satunya murid yang mengeluarkan kata-kata. Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa Petrus selain seorang yang suka mengambil inisiatif, ia juga seorang yang reaktif atas sesuatu yang didengarnya. Bahkan dalam Matius 16:22, Petrus berani menarik dan menegor Yesus. Dalam Yoh 18:10, Ia berani memotong telinga hamba imam besar. pengalamannya dengan Yesus membuat dia yakin bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan itu.
Perjumpaan petrus dengan Yesus telah berlangsung ketika ia lahir sebagai seorang Yahudi. Nubuat para nabi telah menuntun ia bersama murid-murid yag lain mengenal tentang siapa mesias itu (ay 14). Kemudian dipertegas dalam relasi kebersamaan sebagai guru dan murid selama kurang lebih 3 tahun setengah. Status mesianik telah ditunjukan oleh Yesus selama perjalan bersama dengan para muridnya nampak dalam aktivitas bersama setiap hari. Ketika Yesus bertanya kepad murid-muridnya, Ia mengingini bahwa jawaban para murid tentang siapa diriNya atau tentang kemesiasanNya adalah hasil perjumpaan mereka dengan Ia dan bukan sebaliknya berdasarkan perkataan orang lain seperti yng di sampaikan para murid kepadanya. Dari peristiwa ini kita belajar bahwa jika ingin mengenal seseorang dengan baik, saat kita bersama kita pastikan bahwa kita ada pada jendela perta (area publik). Pastikan bahwa setiap percakapan saat kita dduduk bersama adalah sebuah percakapan yang berkualitas yang kemudian meningkatkan status pertemanan kita sebagai teman baik. Sahabat yang senantiasa menaruh kasih setiap saat dan akan menjadi saudara dalam keadaan baik dan sulit (ams 17:17). Namun sebagai sahabat ketika kita ada dalam ruang misteri, dimana kita sulit untuk memberi pertimbangan dan jalan keluar terhadap setiap persoalan hidup diantara kita sebagai sahabat maka percayalah bahwa kita memilik Allah yang selalu menuntun kita untuk berkata, berpikir dan selalu melakukan hal-hal baik. Amin