Penampakan Yesus Memperteguh Iman Umat Berbudaya (Yohanes 21:1-14) – Pdt. Meksi Sniut

Yesus sering mengajak atau diajak makan oleh orang-orang di sekitarnya. Dia pernah memberi dan mengajak makan lima ribu orang (Mat. 14:13-21). Dia pernah memberi dan mengajak makan empat ribu orang (Mat. 14:32-29). Dia pernah mengajak makan dua belas orang murid-Nya (Luk. 22:14-23). Ini semua terjadi sebelum Dia disalibkan, mati dan bangkit dari antara orang mati. Setelah bangkit, Yesus pernah diajak makan oleh dua orang murid di Emaus (Luk. 24:29-30). Dalam nas ini Yesus juga mengajak murid-murid-Nya di tepi danau Tiberias untuk makan pagi atau sarapan bersama.

Seperti yang terlihat dalam nas ini, aktivitas makan bersama tidak berdiri sendiri. Makan bersama itu berkaitan dengan aktivitas lainnya. Kisahnya dimulai ketika tujuh orang pengikut Yesus saling mengajak untuk melaut (Petrus, Tomas, Natanael, Yakobus, Yohanes dan dua murid yang lain). Ini terjadi karena mungkin mereka sedang tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Sebelumnya Yesus yang mati dan bangkit telah menampakkan diri kepada mereka. Tetapi tidak seperti sebelum kematian-Nya di mana Yesus selalu bersama dengan mereka, kini Yesus hanya menampakkan diri tetapi tidak bersama dengan mereka lagi. Yesus hanya menampakkan diri di waktu tertentu saja. Itu sebabnya Petrus mengajak teman-temannya untuk kembali ke profesi lama mereka yaitu sebagai nelayan. Mereka pun naik perahu dan melaut.

Tetapi ternyata malam itu mereka gagal. Tidak ada satu pun ikan yang mereka tangkap. Menjelang pagi mereka pun pulang. Tentu saja mereka pulang dengan rasa kecewa. Di pantai Yesus sudah menunggu, sekali pun pada awalnya mereka tidak kenal. Ada empat hal yang Yesus lakukan ketika mereka bertemu.

Pertama, Yesusmenanyakan hasil kerja mereka (ay. 5). Mereka pun menjawab dengan jujur bahwa mereka gagal malam itu. Kedua,Yesus memberikan perintah kerja dan janji keberhasilan (ay. 6). Murid-murid-Nya menuruti perintah-Nya sehingga mereka berhasil. Keberhasilan itu membuat murid-murid mengenali kehadiran Yesus. Ketiga,Yesus menyediakan makanan pokok dan lauk pauk tetapi tetap meminta ikan segar yang baru saja ditangkap oleh murid-murid-Nya (ay. 9-11). Keempat,Yesus mengajak dan melayani murid-murid-Nya untuk makan (ay. 12-13). Atas ajakan dan pelayanan makan oleh Yesus, murid-murid-Nya tidak menolak. Satu kali diajak, murid-murid-Nya langsung terima dan makan.

Dari perkataan dan tindakan Yesus ini, ada beberapa hal yang menjadi pelajaran bagi kita. Pertama,Yesus suka dan menghargai orang yang bekerja, terlepas bahwa yang diperoleh itu keberhasilan atau kegagalan. Manusia adalah homo laborans. Homo laboransitu bahasa Latin yangartinya manusia yang bekerja atau manusia pekerja. Jadi manusia hanya benar-benar menjadi manusia kalau rajin dan tekun bekerja. Dengan demikian orang yang malas kerja itu derajatnya turun menjadi bukan manusia sepenuhnya lagi.

Dalam bekerja tidak usah takut ambil resiko. Tidak usah takut gagal. Ini berarti budaya takut ambil resiko yang diwarisi mesti diubah. Bekerjalah dahulu. Karena orang yang bekerja punya dua kemungkinan. Bisa gagal tetapi juga bisa berhasil. Sebaliknya, orang yang malas bekerja atau takut memulai usaha kemungkinannya cuma satu yaitu gagal.

Kedua,di balik setiap perintah Yesus untuk bekerja, ada juga janji keberhasilannya. Apa pun perintah Yesus, laksanakanlah. Sekali pun perintah itu adalah melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah coba kita lakukan berkali-kali namun gagal, tetaplah kerjakan. Sebab justru ketika perintah Yesus dilakukan, keberhasilannya menutupi semua kegagalan yang pernah terjadi.

Ini yang terjadi ketika murid-murid mengikuti perintah Yesus untuk menebarkan jala di sebelah kanan perahu. Setelah sepanjang malam mereka gagal menangkap ikan satu ekor pun, mereka kemudian menangkap seratus lima puluh tiga ekor ikan besar karena taat kepada perintah Yesus. Itulah juga yang mesti dilakukan oleh kita semua. Sekalipun sudah gagal berulang-ulang, tapi kalau Yesus memberi perintah untuk melakukannya satu kali lagi maka lakukanlah. Sebab keberhasilan yang diperoleh akan menutupi semua kegagalan yang pernah ada.

Ketiga,setelah berhasil dalam pekerjaan, jangan lupa Tuhan. Bawalah persembahan kepada-Nya. Tuhan meminta persembahan dari kita bukan karena Dia tidak punya. Bukan. Dia minta persembahan dari kita supaya ada kontribusi dan partisipasi dari kita dalam pelayanan. Karena itu kalau kasipersembahan jangan dengan mengomel. Jangan dengan sungut-sungut. Jangan dengan perhitungan untung rugi. Jangan dengan syarat tertentu. Berilah persembahan kepada Tuhan dengan hati yang tulus dan penuh syukur.

Keempat,kalau diajak makan, terimalah dengan hati yang bersyukur. Jangan pura-pura menolak dengan alasan sopan santun tetapi justru merepotkan orang yang mengajak. Tetapi juga jangan dengan serobot tanpa tahu malu hanya karena sudah lapar. Seperti murid-murid menerima ajakan Yesus, terimalah ajakan untuk makan bersama dengan bertanggung jawab.

Jangan suka buang-buang makanan. Ambillah secukupnya. Kalau masih lapar baru ambil tambah. Jangan ambil banyak-banyak sampai hampir tumpah dari piring tapi kemudian kasisisa. Sebab di acara-acara pesta, sering kali orang yang makan kemudian hanya dapat nasi putih dengan kuah kosong karena orang yang makan dahulu ambil semua menu yang ada di atas meja lalu kemudian kasisisa dan buang sebagai sampah makanan.

Menurut laporan UNEP (United Nations Environment Programme)yang dirilis tahun 2024, Indonesia ada di urutan ke-8 negara penghasil sampah makanan terbanyak di dunia dengan 20, 93 juta ton sampah makanan per tahun. Urutan ini hanya di bawah Tiongkok, India, Pakistan, Nigeria, Amerika Serikat, Brasil dan Mesir. Dalam konteks negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia ada di urutan pertama. Setiap warga Indonesia rata-rata membuang sekitar 300 kg sampah makanan setiap tahun. Padahal di sisi lain, masih banyak orang yang tidak punya makanan sehingga mengalami berbagai gangguan kesehatan akibat kelaparan.

Ajakan Yesus dalam ayat 12a, “Marilah dan sarapanlah.”Menunjukkan sisi rohani dari apa yang dimakan dan bagaimana kita sebagai murid-murid-Nya makan. Makanlah secukupnya dari makanan yang diberikan oleh Tuhan. Warisan budaya yang baik tentang makanan dan cara kita makan perlu kita pertahankan. Sedangkan warisan budaya yang buruk tentang makanan dan cara kita makan harus kita tinggalkan.

Tetapi yang penting untuk kita ingat adalah bahwa di setiap butir nasi, jagung, potongan ubi, potongan lauk atau sayur yang kita makan tersimpan berkat Tuhan di dalamnya. Bahkan ada butiran nasi, jagung, potongan ubi atau potong lauk dan sayur yang di dalamnya tersimpan berkat yang paling istimewa. Karena itu jangan sisakan makanan dari piring kita. Karena siapa tahu berkat yang paling istimewa justru terletak di makanan yang tersisa itu. Lalu ketika makanan sisa itu di-kasike anjing atau babi maka mereka yang mendapatkannya. Jangan sampai itu terjadi. Bertanggung jawablah dengan apa yang kita makan. Ingatlah bahwa makanan memiliki sisi rohani sehingga proses makan pun mesti dijalani sebagai ibadah. Tuhan memberkati kita. Amin. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *