
Foto: doc. pgi.or.id
Jakarta,www.sinodegmit.or.id, Peran gereja dalam merespon tantangan sosial-ekonomi yang muncul di tengah perlambatan ekonomi global merupakan salah satu pokok refleksi dalam Rapat Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPH-PGI) yang berlangsung di Grha Oikoumene, Jakarta, Senin (2/6).
Refleksi tersebut menekankan bahwa gereja diharapkan terus hadir melalui suara kenabian yang memperjuangkan keadilan sosial dan kesejahteraan bersama, terutama bagi kelompok rentan di tengah ketidakpastian ekonomi.
Menurut Ketua Umum PGI, Pdt. Jacklevyn F. Manuputty, gereja perlu memahami situasi (global) secara utuh, termasuk dinamika yang tidak tampak dipermukaan. Pemahaman secara utuh akan menjadi bahan yang lengkap bagi PGI dalam mengambil kebijakan.
Seperti yang dilansir dari pgi.or.id, dalam rapat tersebut, Ekonom Yustinus Prastowo menyampaikan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi global disebabkan oleh ketidakpastian geopolitik, dan hal ini berdampak pada perekonomian Indonesia Tahun 2025.
Dana Moneter Internasional (IMF) telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi 2,8% dari sebelumnya 3,1%. Penurunan ini dipicu oleh suku bunga global yang tetap tinggi, konflik geopolitik, serta kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat yang meningkatkan ketidakpastian dan mengganggu investasi serta perdagangan global.

Foto: doc. pgi.or.id
Menurut Laporan World Economic Outlook edisi April 2025, IMF juga memaparkan dampaknya bagi ekonomi Indonesia yang nampak pada beberapa hal seperti penurunan ekspor, pelemahan mata uang Rupiah, penurunan produksi dan penjualan serta meningkatnya pengangguran.
Selain itu investor asing menjadi lebih hati-hati dan mengurangi investasi di Indonesia.
Situasi ini kiranya menjadi bahan reflektif bagi gereja-gereja di lingkup PGI dalam menjawab realitas sosial-ekonomi global dan dampaknya bagi masyarakat, serta mengambil kebijakan pelayanan yang tepat. ***