
PANTAR-ALOR, www.sinodegmit.or.id, Ketua Majelis Klasis Pantar Timur di Pulau Pantar-Alor, Pdt. Mozes Lapiweni melaporkan bencana longsor dan banjir bandang akibat Siklon Seroja pada Jumat-Senin (2-5 April 2021) meluluhlantahkan tiga kampung di wilayahnya, yakni Tamalabang, Abangiwang dan Adiabang.
Ketiga kampung tersebut terletak di pisisir pantai selatan Pulau Pantar tepatnya di desa Nule, sekitar 30 kilometer dari Kabir, ibukota kecamatan Pantar Timur.
Di Tamalabang, longsor dan banjir menghancurkan 112 rumah serta korban jiwa sebanyak 3 orang meninggal dunia. Sementara di Adiabang dikabarkan 1 orang meninggal dunia.

Hingga Sabtu, 10 April 2020, atau H+6 pasca bencana, ia mengaku belum mendapat laporan terkait bantuan pemerintah karena jaringan internet terputus, namun pihaknya telah melakukan upaya menolong warga dengan membentuk 7 posko bantuan dan pengungsian di gedung gereja GMIT Eklesia Tamalabang, GMIT Jeditiah Abangiwang, GMIT Imanuel Adiabang, GMIT Silo Sarang, GMIT Pniel Tamalpusi, GMIT Elim Modebur dan GMIT Pniel Dubar.
Menurutnya, prioritas bantuan untuk para korban saat ini berupa sembako, material bangunan, obat-obatan, terpal, pakaian, sabun, pasta gigi, selimut dan air minum karena sumber-sumber mata air tertutup lumpur.

Di pesisir pantai Kabir, lanjut Pdt. Mosez, sempat terjadi banjir rob sejauh kurang lebih 50 meter dari garis pantai, setinggi lutut orang dewasa pada Minggu dan Senin (4-5 April) sehingga merendam rumah dan merusak tanaman serta banyak ternak babi hilang dan mati.
Majelis Sinode GMIT melalui Tim Bencana Siklon Seroja telah mengirim bantuan uang tunai sebesar 120 juta rupiah ke rekening Klasis Alor Barat Laut sebagai koordinator teritori Alor untuk membeli kebutuhan jemaat-jemaat yang terdampak bencana, termasuk di Pulau Pantar.
Majelis Sinode GMIT menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak baik pribadi maupun lembaga yang telah memberikan bantuan. ***