Atap-atap rumah warga di Sabu Barat yang masih bolong karena ketiadaan seng dan paku, Foto: Ate Tunliu, UBB GMIT
SABU, www.sinodegmit.or.id, Hingga hari ke-12 pasca bencana Siklon Seroja yang merusak sekitar 15 ribu rumah di Kabupaten Sabu-Raijua, penyaluran bantuan pemerintah kepada masyarakat Sabu-Raijua baik sembako maupun material bangunan sangat minim.
Di hadapan Ketua Majelis Sinode GMIT Pdt. Mery Kolimon, Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, dan Ketua DPRD Kabupaten Sabu Raijua, Paulus Rabe Tuka, warga Jemaat GMIT di Ledeana, Rai Kore, Kota Logo dan Wagaa Ae mengaku hingga Sabtu, 17 April 2021, atau 2 minggu pasca bencana pemerintah belum menyalurkan bantuan sama sekali.
Bantuan yang mereka terima hanya berasal dari Posko Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) di Klasis Sabu Barat dan Posko relawan.
“Kami sangat membutuhkan bahan bangunan terutama seng dan paku. Sudah banyak rumah yang kami perbaiki secara gotong royong, tetapi tidak ada seng dan paku. Jadi kami mohon kepada Bapak Dewan, kalau bisa, bantuan dipercepat, karena kalau hujan datang kami tambah susah,” kata Nimrod Djo Ha’u, warga jemaat GMIT Persaudaraan Wagga Ae, Sabu Barat.
Menanggapi keluhan warga tersebut, Ketua DPRD Kabupaten Sabu-Raijua, Paulus Rabe Tuka, memohon maaf karena keterlambatan tersebut. Ia mengakui ada kendala birokrasi yang dihadapi pemerintah daerah saat ini.
Selain itu ada pula kendala teknis, di mana salah satu kapal yang tenggelam di area pelabuhan belum dievakuasi sehingga menghambat kapal-kapal lain bersandar.
“Kami sedang berkoordinasi dengan perusahaan kapal, tapi alat untuk mengangkat Kapal Cantika yang tenggelam ini masih dalam perjalanan dari Bitung. Sedangkan terkait sembako saya segera menelpon ke Posko kabupaten,” ujar Paulus. ***