www.sinodehmit.or.id, Puji Tuhan! Hari ini kita ada di hari pertama tahun 2023. Dan bukan itu saja. Kita juga ada di hari Minggu pertama tahun 2023. Bagi kita yang ikut kebaktian, mestinya kebahagiaan kita berlipat ganda. Kenapa? Karena kita tidak hanya merayakan Tahun Baru saja. Kita juga merayakan Hari Minggu pertama dalam tahun ini.
Dengan kata lain, kita diberi kesempatan menjalani tahun 2023 dengan Hari Tuhan terlebih dahulu. Untuk itu kita mesti bersyukur. Sebab dengan demikian semua hari dalam tahun 2023 dipayungi oleh hari Tuhan. Dan bagi kita yang ikut kebaktian, berkat Tuhan itulah yang akan memayungi kita di sepanjang tahun 2023.
Biarpun begitu, ada banyak orang juga yang memasuki tahun 2023 dengan perasaan cemas, was-was, takut, kuatir, sedih, bahkan patah semangat. Penyebabnya bermacam-macam. Ada yang cemas karena tahu bahwa di tahun 2023 akan terjadi resesi ekonomi global dengan berbagai dampak ikutannya.
Ada yang kuatir karena tahun 2023 adalah tahun politik. Tahapan-tahapan pemilu baik pendataan pemilih, verifikasi, pendaftaran caleg dan capres sampai masa kampanye ada dalam tahun ini. Akibatnya, potensi adanya gesekan dan konflik akan semakin meningkat.
Dalam konteks GMIT, kita juga akan melaksanakan suksesi apostolika. Artinya, proses pengalihan tanggung jawab pelayanan gereja secara berkesinambungan. Suksesi apostolika ini dilakukan dengan cara pemilihan dan penahbisan presbiter serta pembentukan Badan Pelayanan. Ini terjadi di lingkup jemaat, klasis maupun sinode.
Pada lingkup jemaat akan dilaksanakan pemilihan dan penahbisan penatua, diaken, pengajar serta pembentukan Majelis Jemaat. Pada lingkup klasis terjadi pemilihan Majelis Klasis. Pada lingkup sinode pun demikian. Akan dilaksanakan pemilihan Majelis Sinode. Suksesi apostolika ini adalah sebuah akta iman. Namun pada prosesnya dapat menimbulkan perasaan was-was karena berpotensi merusak persekutuan.
Di samping itu ada juga yang mengalami kesedihan karena akan menjalani tahun 2023 dengan ketidakpastian akibat menjadi korban bencana di akhir tahun 2022. Misalnya yang dialami oleh saudara-saudari kita yang diterjang banjir di Takari, Lelogama, Uel dan Siumate. Mereka memasuki tahun 2023 dengan kehilangan rumah, harta benda dan sawah atau kebun.
Yang lainnya lagi merasa cemas dan bahkan putus asa akibat kebijakan pemerintah merumahkan pegawai honorer mulai 1 Januari 2023 ini. Di kabupaten Ende ada tiga ribu tujuh pegawai honorer yang akan dirumahkan berdasarkan Surat Edaran Bupati Ende tanggal 12 Desember 2022. SE bupati ini merupakan tindak lanjut dari PP No. 49 tahun 2018 dan Surat Menteri PANRB tanggal 31 Mei 2022. Dengan demikian tingkat pengangguran dan angka kemiskinan akan meningkat.
Selain hal-hal ini, masih ada banyak sekali pergumulan lainnya. Pergumulan-pergumulan itu dialami secara pribadi, keluarga, gereja, masyarakat, bangsa dan negara. Ini semua memberikan kesan bahwa tahun 2023 adalah tahun yang suram, bahkan gelap. Bagaimana orang Kristen menyikapinya? Untuk itu kita dapat belajar dari nas ini.
Nas ini adalah firman Tuhan kepada Musa untuk disampaikan kepada Harun dan keturunannya sebagai imam bagi umat Israel. Dengan kata lain, Tuhan meminta Musa untuk mengajar Harun dan keturunannya tentang bagaimana mengucapkan berkat kepada umat Israel. Formulasi kalimatnya datang dari Tuhan sendiri.
Bagi kita yang sering ikut kebaktian di gereja, ucapan berkat ini tidak terdengar asing. Ucapan berkat dalam ayat 24-26 sering diucapkan oleh pelayan di akhir kebaktian Minggu. Tujuannya agar berkat Tuhan memayungi umat di sepanjang minggu yang akan dijalani.
Apabila dalam kebaktian Tahun Baru berkat ini diucapkan kembali, tujuannya adalah agar berkat Tuhan memayungi kita dalam menjalani tahun baru. Apa yang terkandung dalam nas ini? Ada empat hal penting yang patut direnungkan bersama.
Pertama,imam wajib memberkati umat. Dalam ayat 23 Tuhan berkata, “Beginilah haruskamu memberkati Israel…”Kata ‘harus’menunjukkan bahwa perintah Tuhan ini wajib dilaksanakan. Karena perintah ini ditujukan kepada Harun dan keturunannya maka perintah ini menjadi kewajiban bagi para imam. Dalam Perjanjian Lama fungsi imam dilaksanakan oleh keturunan Harun dan suku Lewi.
Namun setelah Yesus datang ke dunia, Dia menjadi perantara satu-satunya antara Allah dan manusia. Artinya Yesus menjadi imam untuk selama-lamanya. Setiap orang bisa langsung datang kepada Allah di dalam nama Yesus. Orang percaya pun diangkat menjadi anak-anak Allah. Karena itu setiap orang percaya juga dapat menjadi imam. Itulah sebabnya dikenal istilah “imamat am orang percaya”.
Pertama-tama, setiap orang percaya menjadi imam untuk dirinya sendiri. Setelah itu dia dapat menjadi imam untuk keluarganya. Ini merupakan tanggung jawab kepala keluarga, tetapi juga anggota keluarga yang lain. Setelah mampu menjadi imam dalam pribadi dan keluarga, barulah seseorang diberikan kepercayaan untuk menjadi imam pada lingkup yang lebih luas. Misalnya, dalam lingkup rayon, jemaat, klasis maupun sinode.
Ketika menjadi imam, seseorang wajib membawa berkat bagi sesama. Orang yang menjadi imam dalam dirinya wajib membawa berkat bagi dirinya sendiri. Orang yang menjadi imam dalam lingkup keluarga, wajib membawa berkat bagi keluarganya. Orang yang menjadi imam dalam lingkup rayon wajib membawa berkat bagi rayonnya. Orang yang menjadi imam dalam lingkup jemaat wajib membawa berkat bagi jemaat. Orang yang menjadi imam dalam lingkup klasis wajib membawa berkat bagi klasisnya. Begitu pula, orang yang menjadi imam dalam lingkup sinode, wajib membawa berkat bagi sinode.
Jadi seseorang yang menjadi imam dalam lingkup rayon, jemaat, klasis, sinode maupun sebagai pejabat pemerintah di semua tingkat, pertama-tama mesti menjadi imam dalam diri dan keluarganya. Untuk itu dia mesti membawa berkat. Sebab jika tidak demkian, dia tidak layak dijadikan imam. Inilah yang mesti menjadi pedoman ketika kita menjalani tahun politik maupun suksesi apostolika di tahun 2023.
Kedua,berkat Tuhan itu pasti. Awalnya saya mengira bahwa semua ucapan berkat pasti dimulai dengan kata “kiranya”, “semoga” atau “mudah-mudahan”. Misalnya, “Kiranya Tuhan memberkati engkau…”. Atau, “Semoga Tuhan memberkati engkau…”. Ternyata tidak.
Dalam ayat 24-26 kata-kata ini tidak terlihat. Yang Tuhan ucapkan justru kalimat-kalimat pasti, “Tuhan memberkati engkau…, Tuhan menyinari engkau…, Tuhan menghadapkan wajah-Nya…”. Ini menunjukkan bahwa berkat Tuhan itu pasti. Tidak usah ragu akan hal itu. Sebab Tuhan selalu pasti dalam menyediakan kebutuhan anak-anak-Nya.
Tuhan Yesus sendiri bilang agar tidak usah kuatir akan apapun juga. Jika burung-burung pipit saja diberi makan oleh Bapa di sorga, apalagi anak-anak-Nya. Semuanya akan dipelihara dengan berkat-berkat yang Dia sediakan. Dalam hubungannya dengan tahun 2023, firman Tuhan ini mengingatkan kita untuk menjadi orang-orang yang optimis.
Jadi kalau tahun lalu kita bilang bekerja untuk “cari rejeki”, “cari makan” atau “cari hidup”, maka di tahun 2023 ini kita ubah. Kita bukan mencari melainkan menjemput. Dengan demikian mulai saat ini kita membiasakan diri untuk bilang bekerja untuk “jemput rejeki”, “jemput makan”, atau “jemput hidup”.
Sebab orang yang pakai kata “cari” ada dalam dua kemungkinan; ketemu atau tidak ketemu. Tetapi kalau kita pakai kata “jemput” maka ada kepastian. Sebab sesuatu itu sudah ada dan kita hanya tinggal menjemputnya saja. Kita yang hadir dalam kebaktian ini juga bukan datang untuk cari berkat rohani. Kita datang menjemput berkat rohani yang sudah tersedia untuk dibawa pulang ke rumah atau ke mana pun kita diutus.
Ketiga,berkat Tuhan bergulung-gulung. Semakin lama semakin besar. Bagian ini hanya bisa terlihat dalam bahasa asli PL yaitu bahasa Ibrani. Sedangkan dalam Alkitab berbahasa Indonesia atau bahasa lainnya, bagian ini tidak terlihat.
Dalam Bahasa Ibrani, ucapan berkat dalam ayat 24-26 terdiri dari tiga kalimat. Tiap kalimat punya jumlah kata yang berbeda-beda. Kalimat berkat yang pertama terdiri dari tiga kata. Bunyinya, “yebarekka YHWH weyisymereka” (Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau).Kalimat berkat yang kedua terdiri dari lima kata. Bunyinya, “ya’er YHWH panaw elika wikhuneka (Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia).Kalimat berkat yang ketiga terdiri dari tujuh kata. Bunyinya, “yisya YHWH panaw elika weyasyem leka syalom (Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera).
Jumlah kata dalam tiga kalimat berkat ini yaitu 3, 5 dan 7, bukan kebetulan. Ini merupakan simbol bahwa berkat Tuhan tidak hanya diberikan satu kali saja. Tidak pula diberikan berkali-kali dengan jumlah yang berkurang dari waktu ke waktu. Justru sebaliknya. Berkat Tuhan diberikan terus-menerus dengan jumlah yang semakin lama semakin besar.
Hal ini penting untuk selalu diingat agar tidak langsung putus asa ketika menerima hanya sedikit berkat dari Tuhan. Sebab itu bukan berkat terakhir. Itu berkat pertama. Dengan demikian kalau kita tetap taat dan setia maka berkat-berkat yang lain akan menyusul dengan jumlah yang semakin lama semakin baik. Entah itu baik dari segi jumlah maupun kualitas.
Jadi kalau kita merasa di awal tahun 2023 ini sepertinya berkat Tuhan hanya sedikit saja, tidak usah kuatir. Ini baru awal tahun. Dengan semakin berjalannya tahun 2023, berkat Tuhan pasti akan semakin bertambah. Yang perlu kita lakukan hanya taat dan setia.
Keempat,berkat Tuhan tidak hanya berbentuk materi. Sering kali kita mengartikan berkat Tuhan secara sempit. Misalnya, berkat Tuhan hanya dalam bentuk uang, barang berharga, rumah, keluarga, kesehatan, umur panjang, pekerjaan, jabatan dan hal-hal jasmani lainnya.
Ini semua memang merupakan berkat Tuhan juga. Tetapi sifatnya fana. Hanya sementara. Cepat atau lambat uang dan berang berharga akan habis. Rumah semakin tua dan rapuh. Anggota keluarga akan meninggalkan kita satu per satu. Kesehatan menurun. Pekerjaan akan sampai di usia pensiun. Masa jabatan akan berakhir dan lengser menjadi orang biasa. Begitu juga dengan hal-hal jasmani lainnya. Lalu berkat apa yang kekal?
Nas ini menyebutkan tiga berkat yang kekal. Kenapa kekal? Karena ketiganya akan tetap bertahan sampai akhir zaman. Ketiga berkat itu adalah perlindungan, kasih karunia dan damai sejahtera.
Untuk perlindungan, kata Ibrani yang dipakai tidak hanya berarti dilindungi tetapi bisa juga berarti dirawat, dipelihara, diperhatikan, dipedulikan dan dijagai. Jadi apapun kebutuhan kita akan disediakan Tuhan. Luar biasa, bukan?
Selanjutnya, kasih karunia. Kata yang dipakai bisa juga berarti disayang, diselamatkan, diberikan bantuan. Kasih karunia Tuhan sungguh besar. Karena itu tidak hanya berhenti di kata-kata. Sebaliknya, kasih karunia Tuhan itu membuat-Nya proaktif bekerja demi keselamatan umat-Nya.
Terakhir, damai sejahtera. Ini bukan hanya masalah tidak ada pertengkaran dan konflik saja. Damai sejahtera di sini berarti juga sukacita, ketenangan, kecukupan, kepuasan dan keselamatan. Dengan demikian damai sejahtera ini hadir dalam hati. Tidak hanya formalitas saja.
Ketiga berkat ini kekal. Tidak hanya ada saat ini saja. Tidak juga hanya tersedia di akhir zaman saja. Ketiganya Tuhan sediakan sejak kekal hingga kekal. Jadi apabila kita tetap bersama Tuhan, ketiga berkat ini akan kita miliki juga di sepanjang tahun 2023.
Hal-hal inilah yang mesti selalu kita pegang di sepanjang tahun 2023. Namun masih ada satu hal terakhir. Ketika menerima ucapan berkat ini, umat Israel masih ada di padang gurun. Mereka sementara dalam perjalanan dari Mesir ke Kanaan. Pergumulan mereka sungguh berat. Tetapi justru di tengah-tengah pergumulan itulah berkat Tuhan diucapkan agar mereka memperoleh penghiburan dan kekuatan. Dengan ucapan berkat ini umat Israel tetap optismis sekalipun selalu berada dalam berbagai bentuk kesulitan hidup.
Situasi yang sama berlaku untuk kita semua pada masa kini. Tahun 2023 diprediksi oleh banyak pihak sebagai tahun yang berat. Namun justru karena itulah berkat Tuhan ini terucap bagi kita. Sebab hanya dalam situasi sulit dan penuh pergumulan, kita akan lebih menghargai berkat-berkat Tuhan dan juga mensyukurinya.
Siapkah kita menjalani tahun 2023? Siap ataupun tidak, kita mesti melangkah. Karena itu melangkahlah bersama Tuhan. Sebab berkat-Nya akan memayungi kita semua. Selamat Tahun Baru. Imanuel. Amin.