KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Badan Pengembangan Aset dan Pemberdayaan Ekonomi (BP-APE) Sinode GMIT mengadakan pelatihan tenun bagi 20 orang mantan pekerja migran. Kegiatan ini merupakan kerja sama Majelis Sinode (MS) GMIT dengan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Mission 21 — Badan Misi Gereja Swiss.
Kegiatan ini berlangsung selama 5 hari di Rumah Tenun Ina Ndao ini dibuka oleh Wakil Sekretaris MS GMIT Pdt. Marselintje Ay-Touselak, Selasa, (24/9). Melalui suara gembala ia mengatakan pelatihan ini merupakan salah satu upaya GMIT mendorong pemberdayaan ekonomi guna mencegah eksodus warga GMIT menjadi pekerja migran berisiko di dalam maupun luar negeri. Lebih dari itu melalui pelatihan tenun ini GMIT turut melestarikan warisan budaya sebagai identitas masyarakat NTT.
Para peserta seluruhnya adalah kaum perempuan utusan dari klasis Kupang Barat, Sulamu, Fatuleu Barat, Amarasi Timur dan beberapa orang dari shelter Rumah Harapan GMIT.
Mengawali kegiatan hari pertama para peserta mendapat motivasi dari Dorce Lusi, pemilik Rumah Tenun Ina Ndao, fasilitator, sekaligus salah satu anggota satgas Industri Kecil Pengolahan BPA-PE Sinode GMIT. Melalui pengalaman mendirikan dan mengembangkan usaha tenun, Dorce mengatakan bahwa kunci utama keberhasilan dalam berusaha adalah percaya bahwa Tuhan punya rencana yang baik bagi setiap orang yang mau bekerja, memiliki ketekunan, menejemen usaha yang baik dan mau berbagi dengan sesama.
Vince Moy, peserta dari Jemaat GMIT Siloam Oelbioin, Klasis Fatuleu Barat mengaku kendala yang sering dihadapi dalam usaha tenun adalah modal usaha dan pemasaran. Ia berharap selain mendapat keterampilan, melalui kegiatan ini ia dapat terhubung dengan pihak-pihak yang bisa membantu menyediakan modal dan pasar yang bisa dijangkau.
“Masalah kami di modal usaha dan penjualan. Siapa yang mau beli?” Ujar Vince yang menjadi TKW di Malaysia pada tahun 2006.
Sekretaris Panitia Pelatihan, Pdt. Max Leunupun mengatakan usai mengikuti pelatihan ini para peserta dari setiap klasis dibekali dengan 2 unit peralatan tenun untuk melanjutkan usaha mereka di tempat masing-masing.
Selain pelatihan tenun, mulai besok, Senin 30 September hinggga 3 Oktober 2019, akan dilanjutkan dengan pelatihan kerajinan kain perca di tempat yang sama, dan pelatihan dilanjutkan dengan pertanian organik pada bulan November mendatang di Yayasan Alfa Omega-Tarus. ***