
Kupang, www.sinodegmit.or.id, Ada berita Paus Fransiscus telah menyetujui perubahan teks “Doa Bapa Kami”. Hal ini disetujui setelah penelitian belasan tahun. Tentu saja hal ini mengejutkan banyak orang tidak terkecuali di Indonesia.
Mungkin ada yang berpendapat seakan-akan Paus mempunyai “kuasa” mengubah-ubah teks Alkitab yang selama ini sudah sangat terkenal. Dalam terjemahan LAI, kalimat doa itu diterjemahkan dengan: “… dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan…”. Bahasa Inggrisnya: “…and lead us not into temptation…”.
Kalimat itulah yang diubah (atau mungkin lebih tepat, “diluruskan”) menjadi: “…and do not let us enter into temptation..”. Bahasa Indonesianya bisa jadi: “..dan jangan biarkan kami masuk ke dalam pencobaan…”
Apa yang disetujui Paus itu sesungguhnya telah dijelaskan dan ditelaah oleh Dr. Rocco Erico, ahli bahasa Aram bbrp tahun lalu. Bahasa Aram adalah bahasa sehari-hari Yesus. Maka pastilah doa itu diucapkan Yesus dalam bahasa Aram. Tentu muncul persoalan ketika terjadi pengalihan ke dalam bahasa Yunani Koine yang merupakan bahasa Perjanjian Baru.
Aslinya teks itu dalam bahasa Aram: “…WLA TA-ALAN L’NISYONA…” Wla, secara harafiah berarti “and do not”. . Ta-alan berarti, let us enter into. L’nisyona berarti, temptation. Dgn demikian terjemahan lengkapnya adalah sbb.: “…and do not let us enter into temptation…” Bahasa Indonesianya: “… dan janganlah membiarkan kami masuk ke dalam pencobaan…”
Menurut pendapat saya terjemahan yang baru ini lebih pas. Dalam terjemahan sebelumnya ada kesan Allah yang membawa kita masuk ke dalam pencobaan. Menurut Yakobus 1:13, “…Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.” Sedangkan pada terjemahan baru, kita sendiri yang mau masuk ke dalam pencobaan. Maka kita mohon agar Tuhan mencegah kita masuk ke dalamnya. Menarik juga bahwa Benyamin Franklin mengalimatkan doa tersebut sebagai, “…keep us from the trouble…”
Kalimat itu lalu dilanjutkan dengan, “ELLA PASAN MIN BEESHA..” yang bermakna, “…but deliver us from evil…” (…tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat…)
Demikian penjelasannya. Kita bisa memahami soal rasa bahasa yang sudah terlalu lazim kita ucapkan. Maka memang tidak terlalu mudah kita mengubahnya. Tetapi biarlah kita bersedia terbuka juga terhadap kemungkinan/temuan baru. Tuhan memberkati. ***