KUPANG,www.sinodegmit.or.id, Ketua Majelis Klasis Sabu Barat-Raijua -NTT, Pdt. Heri Herewila mengungkapkan sampai dengan H+5 Bencana Siklon Seroja yang menerjang Pulau Sabu (2-4 April 2021), belum ada perhatian memadai dari pemerintah.
“Apakah karena Sabu Pulau terluar jadi dilupakan pemerintah? Memang, korban jiwa di Sabu sedikit tapi korban harta benda sangat dasyat,” Ungkap Pdt. Heri.
Diperkirakan 12 ribu rumah penduduk rusak, satu orang meninggal dunia dan telah dikuburkan serta 2-3 orang anah buah kapal diduga hilang karena kapal karam.
“Baru hari ini kami lihat helikopter BNPB lewat dua kali. Listrik mati total. Jaringan internet juga belum normal. Akses jalan lumpuh akibat tiang-tiang listrik dan pohon tumbang sehingga masyarakat bergotong royong membersihkan. Ini pun tidak mudah karena sensor dan bahan bakar sangat terbatas. Jadi kami butuh sensor dan bahan bakar,” kata Pdt. Heri, Jumat, (9/4-2021), melalui sambungan telpon.
Badai Siklon Seroja yang memicu banjir bandang juga merusak tanaman kebun dan sawah sehingga menurut Pdt. Heri, warga akan mengalami rawan pangan dalam beberapa hari mendatang.
Sebab itu menurutnya kebutuhan utama warga saat ini selain sembako, adalah material bangunan terutama seng, paku dan terpal.
“Seng dan paku sudah habis. Kami butuh segera bahan-bahan itu. Juga terpal untuk tutup atap rumah yang bolong dalam kondisi darurat.”
Menurutnya, lambannya pemerintah menangani bencana di Sabu mengakibatkan kebanyakan warga enggan mengungsi. Kalaupun gereja menyiapkan posko, mereka juga kesulitan bahan makanan. Karena itu saat ini warga berinisiatif memperbaiki rumah masing-masing dengan segala keterbatasan.
Ia juga melaporkan seluruh gedung gereja di wilayah klasisnya rusak. 2 gedung gereja rata tanah, 9 gedung dan kantor klasis atapnya diterbangkan angin, sisanya rusak sedang dan ringan. ***