JEMAAT BET’EL OESAPA TEMPATI GEDUNG IBADAH BARU

Kerja keras Jemaat GMIT Bet’El Oesapa membangun rumah ibadah akhirnya berbuah sukacita dengan selesainya pembangunan rumah ibadah yang baru. Pekerjaan pembangunan yang dimulai sejak 31 Oktober 2012 acapkali mengalami hambatan yang bertubi-tubi sehingga praktis pekerjaan baru berjalan efektif pada Januari 2014, demikian laporan ketua panitia, Drs. Paul Isliko.

Rumah ibadah berukuran 37 X 15 Meter atau seluas 555 m2 dibangun dengan konstruksi beton bertulang, kerangka atap baja dan berlantai granit  dapat menampung 1.050 orang, menelan biaya Rp. 4,6 Milyar. Merunut sejarah panjangnya, gedung gereja yang baru ini merupakan  yang keenam. Sebelumnya 192 tahun yang lalu atau tepatnya tahun 1825 menjadi permulaan tumbuh kembangnya jemaat ini dengan berdirinya Sekolah Rakyat yang sekaligus dipakai sebagai tempat ibadah pada hari Minggu.

Acara pentahbiskan diawali dengan pelepasan burung merpati oleh perwakilan jemaat dan penandatanganan prasasti serta pengguntingan pita oleh Ketua Sinode GMIT Pdt. Dr. Mery Kolimon, Minggu, 26 Maret 2017. Seusai acara seremonial dilanjutkan dengan kebaktian pentahbisan dipimpin oleh Pdt. J. C. de  Fretes-Lulan.

Dalam suara gembalanya, Ketua Sinode GMIT mengingatkan peran strategis jemaat Bet’El Oesapa yang turut memberi warna dalam sejarah pembangunan sumber daya manusia melalui upaya relasi oikumenis GMIT dan Gereja Kristen Sumba (GKS) mendukung dan membidani lahirnya Akademi Theologia Kupang yang kemudian berkembang menjadi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang.

Pdt. Mery Kolimon mengharapkan dengan hadirnya gedung gereja yang baru ini ia tidak hanya sekadar simbol kebangggaan tetapi juga menjadi tanda komitmen pelayanan yang lebih baik.

“Kami berharap dengan gedung yang baru, persekutuan jemaat diatur dengan baik. Ia tidak tinggal menjadi simbol kebanggaan tetapi juga tanda komitmen untuk pelayanan yang lebih baik. Gedung kebaktian yang baik kita perlukan namun gedung yang baik tapi tidak mendukung misi gereja akan sia-sia. Mari jadikan gedung ini gedung persekutuan, kesaksian, pelayanan kasih, ibadah dan penatalayanan,” ungkapnya.

Terkait ulang tahun GMIT ke 70 dan HUT Reformasi ke 500 ketua sinode mengajak warga GMIT untuk melakukan upaya-upaya pemulihan relasi dalam pelayanan, relasi dengan Tuhan, alam, umat beragama lain dan dalam konteks bangsa juga dengan kelompok yang rentan dalam jemaat dan masyarakat termasuk kaum yang berkebutuhan khusus (difable).

Tidak lupa Pdt. Mery Kolimon juga mengingatkan jemaat – jemaat GMIT agar merubah kebiasaan perayaan bulan keluarga bernuansa budaya pada bulan Oktober ke bulan Mei yang telah ditetapkan sebagai bulan bahasa dan budaya. Ia mengharapkan jemaat-jemaat sedapat mungkin mengisi salah satu minggu pada bulan bahasa dan budaya dengan mengakomodir bahasa isyarat guna memenuhi kebutuhan warga tuna rungu.

Kebaktian pentahbisan yang dihadiri ribuan jemaat ini juga dimeriahkan dengan hadirnya grup terompet Arumbai dan PS. Counter Melodi.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *