KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Setelah melalui penelitian sejarah tentang tumbuh kembangnya kekristenan di Kupang , Jemaat GMIT Kota Kupang akhirnya menetapkan tanggal 13 Agustus, sebagai hari lahirnya.
Dengan penetapan tersebut, Sabtu (13/8), jemaat Protestan pertama di Keresidenan Timor ini merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-408.
Pdt. Dr. Eben Nubantimo, salah satu anggota tim peneliti dan penulis sejarah jemaat setempat mengklaim bahwa penetapan tanggal 13 Agustus tersebut bersifat otentik berdasarkan keterangan sebuah artikel di majalah Timor Bode.
“Tahun 2022, kita mulai sesuatu yang baru. Merayakan ulang tahun Jemaat GMIT Kota Kupang tanggal 13 Agustus 2022. Itu tanggal otentik. Hari asli dari pembentukan Jemaat Kota Kupang, Gereja Protestan pertama di Timor dalam wilayah keresidenan Timor. Sebuah artikel dalam majalah Timor Bode, disebutkan bahwa di 13 Agustus 1614, raja Kupang, menyatakan kesediaan untuk menerima baptisan bersama dengan rakyatnya. Kesediaan itu disampaikan kepada Pdt. Mattias van den Broeck, pendeta Protestan pertama di Kupang,” ujar Pdt. Eben saat memimpin khotbah pada kebaktian HUT ke-408 Jemaat Kota Kupang.
Kedatangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Kupang yang sekaligus menandai lahirnya gereja Protestan, direfleksikan oleh Pdt. Eben, sebagai tindakan interupsi Allah. Menurutnya, VOC yang berambisi menguasai perdagangan cendana di Timor, diinterupsi Allah agar perusahaan dagang Belanda tersebut tidak hanya mengeruk sumber daya alam Timor tetapi juga agar orang-orang Timor dapat mengendus ‘wangi’ Injil.
Tindakan interupsi Allah tersebut berkelindan dengan episode-episode kekuasaan politik, ekonomi, dan agama, baik pada masa VOC maupun sesudahnya, seperti: penempatan Mattias van den Broeck sebagai pendeta pertama di Kupang (1614), perang Penfui (1749), kedatangan pendeta Le Bruynt (1819) lalu disusul Heijmering, pendirian Sekolah Rakyat (Volk School) dan STOVIL bagi anak-anak pribumi sehingga mereka dapat mengambil alih kepemimpinan pasca kekalahan Belanda, kedatangan Jepang (1942), hingga lahirnya GMIT (1947).
Karya Allah dalam sejarah gereja Protestan di keresidenan Timor khususnya di Kupang selama ratusan tahun itu, ditegaskan Pdt. Eben sebagai bentuk intervensi Allah sebagaimana juga terjadi dalam karya keselamatan yang disaksikan Alkitab melalui kisah penyelamatan dan pemilihan Musa, Abraham dan Sara, kelahiran Yesus, pertobatan Paulus, dan lain-lain.
Oleh sebab itu diusia ke-408, Pdt. Eben mengajak jemaat untuk terlibat dalam karya Allah yang mendatangkan keselamatan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Kebaktian HUT ke-408 Jemaat Kota Kupang yang berlangsung di halaman gedung gereja, dihadiri Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM), Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, Ketua II Sinode Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB), Pdt. Manuel Essau Raintung, Ketua PGI, Pdt. Dr. Lintje H. Pellu, Wakil Sekretaris MS GMIT, Pdt. Elisa Maplani, pimpinan Forkompinda, dan lain-lain.
Pada kesempatan ini, panitia menyerahkan buku sejarah peringatan HUT ke-408 Jemaat Kota Kupang berjudul: Kasih Yang Tak Lekang Oleh Waktu, kepada sejumlah pejabat dan juga penyerahan sertifikat tiga bidang tanah milik jemaat oleh Kepala ATR BPN Kota Kupang kepada Majelis Jemaat.
Ketua panitia perayaan HUT, Pnt. Pnt. Welly Benu-Ndun, dalam laporannya menyampaikan bahwa menyongsong HUT ini, panitia menggelar beberapa kegiatan antara lain: pentas seni anak PAR, jelajah medan bagi pemuda, perempuan, dan kaum bapak, CCA anak, sosialisasi kewirausahaan, sosialisasi dana produk kredik Bank NTT, pemberdayaan/pelatihan ekonomi, pelayanan kesehatan dan psikologi, sosialisasi stunting dan kesehatan reproduksi, lomba solo kategori anak remeja, pemuda, pendeta dan lomba Vokal Grup.
Ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung seluruh rangkaian perayaan, termasuk kepada pemerintah daerah kabupaten Kupang yang bersedia memberikan situs rumah asisten residen yang lokasinya bersebelahan dengan gedung gereja untuk dikelola sebagai museum. ***