Kehadiran Tuhan Membawa Perayaan dan Kegembiraan (Zefanya 3:14-20) – Pdt. Melkisedek Sni’ut

Pdt. Melkisedek Sniu’t, Ketua Majelis Klasis Flores

www.sinodegmit.or.id, Pada 1 Juni 2022, Presiden Jokowi memimpin upacara peringatan hari lahir Pancasila di Ende. Ini adalah kunjungan pertama Jokowi ke Ende. Ini juga adalah upacara kenegaraan pertama yang dilaksanakan di luar istana kepresidenan. Karena itu kehadiran Jokowi disambut dengan sangat antusias.

Semua jalan yang dilalui Jokowi dipenuhi dengan orang-orang yang ingin melihatnya secara langsung. Ada yang lebih senang lagi karena bisa bersalaman atau berfoto dengannya. Bahkan ada banyak orang yang rela membawa bekal makan dan tidur selama dua malam di depan hotel tempat Jokowi menginap agar bisa bertemu langsung dengannya.

Ini adalah contoh bagaimana kehadiran seseorang disambut dengan perasaan gembira dan antusias. Lalu seandainya yang berkunjung adalah Tuhan sendiri, apakah akan disambut seperti itu? Untuk mendalaminya, kita perlu belajar dari nabi Zefanya.

Kitab Zefanya berisi nubuat nabi Zefanya. Dia hidup pada masa pemerintahan Yosia, raja Yehuda. Dia juga hidup sezaman dengan nabi Nahum dan nabi Yeremia. Zefanya berasal dari keluarga bangsawan karena merupakan keturunan dari Hizkia, raja Yehuda, yang hidup empat generasi di atasnya (Zef. 1:1).

Pada masa itu, umat Yehuda mewarisi cara hidup dari raja-raja sebelum Yosia yaitu Manasye dan Amon. Keduanya adalah raja yang berlaku jahat di mata Tuhan. Mereka menyembah berhala dan membangun kuil-kuil untuk patung-patung berhala (2Raj. 21). Itu sebabnya Zefanya mengucapkan ancaman hukuman atas umat Yehuda (1:1-2:3), hukuman atas semua orang (2:4-3:13) dan hari sukacita yang dijanjikan (3:14-20). Jadi seluruh isi kitab Zefanya merupakan panggilan kepada umat untuk keluar dari ancaman dosa dan menerima sukacita keselamatan yang Tuhan janjikan.

Ada ahli Perjanjian Lama yang menduga bahwa reformasi yang dilakukan Raja Yosia merupakan buah dari seruan nabi Zefanya. Sayangnya, sebelum reformasi itu tuntas, Raja Yosia mati terbunuh dalam pertempuran di Megido (2Raj. 23). Penggantinya yaitu Raja Yoahas, Yoyakhim, Yoyakhin dan Zedekia tidak melanjutkan reformasi tersebut. Karena itu Tuhan menghukum Yehuda dengan membuang mereka ke Babel. Namun seperti janji Tuhan pula, umat Yehuda pun akhirnya dikembalikan dari pembuangan Babel.

Zefanya 3:14-20 merupakan bagian ketiga dari kitab Zefanya. Pada bagian ini terdapat empat poin penting. Pertama,seruan agar bergembira secara penuh karena kehadiran Tuhan menyingkirkan hukuman dan malapetaka (ay.14-15). Orang yang bertobat pasti akan diselamatkan. Oleh karena itu mesti ada perayaan yang penuh dengan kegembiraan dan sukacita.

Kedua,kegembiraan dan sukacita karena keselamatan tidak hanya dialami oleh umat saja. Itu juga dialami oleh Tuhan (ay.16-17). Ini karena Tuhan teramat sayang kepada umat-Nya sehingga tidak menghendaki umat binasa.

Ketiga,keselamatan yang dialami tidak hanya dalam bentuk fisik saja melainkan juga keselamatan dalam aspek mental dan psikis (ay. 18). Dengan demikian umat mengalami keselamatan secara utuh.

Keempat,keselamatan dari Tuhan pun berlaku untuk semua kelompok rentan (ay. 19-20). Memang, yang disebutkan dalam ayat-ayat ini hanya orang pincang dan kaum minoritas (kelompok yang terpencar). Namun hal ini berlaku pula untuk semua kelompok rentan lainnya.

Lalu apa yang menjadi pelajaran bagi kita di Minggu Advent yang ketiga ini? Pertama-tema kita perlu memahami apa makna Minggu Advent ketiga. Menurut tradisi gereja, Minggu Advent ketiga disebut Minggu Sukacita. Dalam bahasa Latin, sukacita disebut Gaudate. Jadi Minggu Advent ketiga adalah Minggu Gaudete.

Kata Gaudetediambil dari nyanyian pembuka ibadah Advent ketiga pada abad pertengahan yang berbunyi, “Gaudete in Domino semper: iterum dico, gaudete. Dominus enim prope est.” Kalimat ini merupakan kutipan dari Filipi 4:4-5 yang artinya, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat”. Dengan demikian Minggu Gaudete menunjukkan bahwa kedatangan Tuhan sudah dekat. Karena itu umat diajak untuk bersukacita karena Tuhan akan selalu hadir dalam kehidupan umat-Nya.

Sukacita merupakan kebutuhan setiap orang dan adalah salah satu dari sembilan buah roh. Namun dalam kenyataan hidup, sukacita justru semakin langka. Ada begitu banyak masalah dan penderitaan yang senantiasa kita lihat dan alami.

Peperangan dan konflik antar bangsa dan kelompok, kesulitan ekonomi, kekerasan dalam berbagai konteks dan bentuk, fitnah, hoaks dan lain-lain merupakan fakta yang tidak bisa disangkal. Semua kesulitan ini dapat kita lihat, dengar dan rasakan, baik secara langsung maupun melalui media massa dan media sosial. Di tengah situasi dunia seperti inilah orang Kristen mesti terus menyebarkan sukacita. 

Agar dapat melakukannya, Zefanya 3:14-20 memberikan kepada kita tiga pelajaran penting. Pertama,sekalipun dunia dipenuhi dengan berbagai masalah dan penderitaan sebagai akibat dari dosa, namun hidup umat percaya mesti tetap berpedoman kepada Firman Tuhan. Firman Tuhan mesti disambut dengan perayaan. Firman Tuhan pun mesti disambut dengan gembira. Sebab Firman Tuhan itulah wujud kehadiran Tuhan pada masa kini. Firman Tuhan itulah pandu selamat kita.

Tentu saja kehadiran Tuhan secara sempurna akan terwujud pada akhir zaman ketika Tuhan Yesus datang kembali. Namun kehadiran melalui firman-Nya saat ini merupakan latihan bagi kita untuk menyambutnya pada akhir zaman. Oleh karena itu firman Tuhan mesti disambut dengan perayaan dan kegembiraan. Sebab Tuhan pun bersukacita ketika orang percaya menyambut-Nya dengan sukacita.

Karena firman Tuhan sangat penting agar menjadi pandu selamat bagi umat percaya, para hamba Tuhan (pendeta, penatua, diaken, pengajar dan lain-lain) mesti selalu belajar sungguh-sungguh untuk memahami firman Tuhan. Sebab ketika seorang hamba Tuhan semakin memahami firman Tuhan, dia akan memberitakan firman Tuhan itu kepada umat yang dilayaninya dengan lebih baik. Karena itu hamba Tuhan tidak boleh pernah berhenti belajar. Dalam hal ini gereja bertanggung jawab menyediakan kesempatan belajar secara berkala bagi semua hamba Tuhan.

Misalnya, dengan menghadirkan anggota presbiter dalam berbagai diskusi, seminar, lokakarya atau yang paling sederhana yaitu pendalaman Alkitab (PA). Pendalaman Alkitab mesti menjadi agenda rutin majelis jemaat bagi semua anggota presbiter. Apabila memungkinkan, majelis jemaat juga mesti menyediakan anggaran rutin untuk pengadaan buku baru bagi presbiter. Semua ini punya tujuan agar firman Tuhan yang disampaikan oleh presbiter benar-benar membuat umat bersukacita.

Kedua,keselamatan dari Tuhan bersifat utuh dan lengkap. Meliputi tubuh, jiwa dan roh. Jasmani dan rohani. Fisik dan mental. Semua ini pun tidak hanya terwujud di akhir zaman saja. Keselamatan yang utuh ini sudah dimulai sejak saat ini ketika kita menyambut firman Tuhan dalam perayaan dan kegembiraan.

Untuk mewujudkannya, majelis jemaat punya tanggung jawab yang besar. Majelis jemaat mesti mewujudkan keselamatan Tuhan yang utuh itu di tengah-tengah jemaat yang dilayaninya. Melalui para diaken, majelis jemaat mesti memberikan pelayanan diakonia yang sungguh-sungguh kepada anggota jemaat.

Misalnya dengan mengadakan pos anggaran diakonia yang terpisah antara diakonia karitatif, diakonia reformatif dan diakonia trasformatif dalam APB-MJ. Atau dengan menjadi jembatan untuk menghubungkan anggota jemaat yang tidak mampu dengan anggota jemaat yang mampu sebagai jemaat asuh. Atau dengan mendaftarkan anggota jemaat yang belum mendapatkan perlindungan kerja ke BPJS Ketenagakerjaan. Atau membantu membuka akses bagi anggota jemaat kurang mampu ke pemerintah, LSM maupun pihak lain untuk mendapatkan dukungan dan bantuan pemberdayaan.

Jadi tugas gereja melalui majelis jemaat tidak sekedar memberitakan keselamatan yang utuh dari Tuhan Yesus. Gereja juga bertugas untuk menghadirkan keselamatan itu di tengah-tengah jemaat dan masyarakat. Untuk itu majelis jemaat tidak boleh hanya memfokuskan pelayanannya bagi kebutuhan rohani umat. Kebutuhan rohani dan jasmani maupun kebutuhan material, mental dan spiritual umat mesti mendapatkan perhatian yang sama. Sebab dengan cara itu keselamatan dari Tuhan yang bersifat utuh dan lengkap itu bisa dirasakan oleh umat Tuhan sejak saat ini di mana penggenapannya terjadi ketika Tuhan Yesus datang kembali pada akhir zaman.

Ketiga,kehadiran Tuhan melalui firman-Nya pun mesti dirayakan dengan gembira karena menjangkau semua kelompok rentan. Jadi tidak ada satu orang pun yang Tuhan tidak selamatkan. Semuanya Tuhan selamatkan. Baik orang yang semua indra dan anggota tubuhnya lengkap, maupun yang mengalami disabilitas seperti buta, tuli, bisu, lumpuh dan lain-lain. Mereka semuanya mesti ikut bergembira merayakan kehadiran Tuhan melalui firman-Nya.

Bagi kaum penyandang disabilitas, Tuhan menyelamatkannya dengan dua cara. Cara yang pertama adalah dengan menyembuhkan dan memulihkannya. Jika cara ini yang Tuhan pakai maka orang yang sebelumnya difabel menjadi pulih. Misalnya, yang tuli mendengar, yang buta melihat, yang bisu berbicara, yang lumpuh berjalan dan sebagainya. Tetapi Tuhan juga bisa pakai cara yang kedua yaitu orang yang menyandang status sebagai kaum disabilitas diberikan berbagai kebutuhan untuk dapat menjalani hidupnya dalam status sebagai penyandang disabilitas.

Jika cara kedua ini yang Tuhan pakai maka gereja, melalui majelis jemaat, mesti mengambil peran yang penting sebagai perpanjangan tangan Tuhan. Misalnya dengan menyediakan berbagai kebutuhan anggota jemaat penyandang disabilitas di gedung kebaktian. Kebutuhan itu antara lain, jalur khusus, pintu khusus, tempat duduk khusus bahkan tempat parkir khusus. Selain itu majelis jemaat bisa menyediakan orang yang memberikan bahasa isyarat kepada anggota jemaat yang tidak bisa mendengar. Majelis jemaat juga bisa menyediakan teks liturgi dalam huruf braille bagi anggota jemaat yang tidak bisa melihat. Ini hanya beberapa contoh saja dari sekian banyak hal yang bisa dilakukan oleh majelis jemaat dalam memenuhi kebutuhan anggota jemaat penyandang disabilitas.

Firman Tuhan ini mesti menyadarkan setiap orang percaya bahwa kehadiran Tuhan memang membawa kegembiraan dan sukacita. Tetapi itu hanya dapat dialami apabila ada kesungguhan dalam menanti kehadiran Tuhan. Siapapun yang menantikan kehadiran Tuhan, termasuk kaum yang rentan, pasti memperoleh berkat yang berlimpah. Karena itu gereja, melalui majelis jemaat, mesti memfasilitasi seluruh anggota jemaat, khususnya anggota jemaat yang rentan dan penyandang disabilitas, untuk ikut merasakan kegembiraan dan sukacita atas kehadiran Tuhan.

Apabila kehadiran seorang presiden yang hanya dapat diakses oleh kelompok tertentu dalam masyarakat saja disambut dengan perayaan dan kegembiraan maka kehadiran Tuhan mesti lebih lagi. Tuhan mesti disambut dengan puji-pujian. Tuhan mesti disambut dengan sorak-sorak. Tuhan mesti disambut dalam perayaan yang penuh kegembiraan. Semua ini bukan saja dilakukan pada akhir zaman melainkan dimulai sejak saat ini ketika kita menyambut firman-Nya. Tuhan memberkati kita. Amin. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *