www.sinodegmit.or.id, KUPANG- Terkait kunjungan calon walikota Kupang Jonas Salean dan Nikolaus Fransiskus, Selasa 4/10-2016, sebagaimana diberitakan media ini sebelumnya, Ketua sinode GMIT Pdt. Dr. L. Y. Kolimon memberi tanda awas bagi para calon agar menghindari cara-cara manipulativ seperti politik uang yang sering kali marak pada setiap perhelatan politik untuk meraup suara melalui pembagian kupon sembako dan sejenisnya. Meski diakuinya bahwa gereja membutuhkan uang dalam pelayanan namun warga gereja tidak boleh tersandra dengan aneka iming-iming yang dapat menciderai proses pendidikan politik di Kota Kupang. Kepada para calon walikota ia ingatkan untuk setia menjaga nilai-nilai politik yang memberi kebebasan kepada warga untuk mengekpresikan pilihan politik mereka.
Ia mengharapkan Pilkada kota Kupang tidak hanya menjadi sebuah upaya mencapai kekuasaan tetapi kesempatan untuk bersama-sama mendorong kualitas berdemokrasi. Kota Kupang kata Ketua Sinode GMIT adalah barometer dari kualitas politik di Nusa Tenggara Timur, karena itu para calon walikota perlu mendorong warga masyarakat untuk makin cerdas berpolitik. “Kita jangan sampai terjebak seperti Esau yang menjual hak kesulungannya hanya dengan semangkok kacang merah. Kami berharap melalui proses politik ini, setiap warga yang memilih, siapa pun itu, ia tahu benar kapasitas pilihan mereka. Dengan begitu mereka dapat mengontrol, dan memberi sumbangan pemikiran ketika mereka yang dipilih itu memerintah atau berkuasa,” tandas Pdt. Mery.
Menanggapi penjelasan tersebut calon dan juga Walikota Kupang, Jonas Salean menyatakan bahwa sebagai warga GMIT dan pemerintah kota Kupang ia akan menjaga dan tidak akan mempermalukan GMIT. Ia mengaku bahwa sebagai walikota banyak godaan-godaan besar yang menantang namun semua itu dikelola dengan cara-cara yang legal termasuk bantuan-bantuan sosial bagi gereja-gereja, itu dianggarkan melalui APBD.
Terkait relasi pemerintah dan gereja, Ketua Sinode GMIT menyatakan bahwa GMIT berkomitmen senantiasa memberi masukan yang kristis, positif dan konstruktiv kepada pemerintah. Kata Pdt. Mery, dukungan gereja kepada calon-calon walikota mesti dipahami dalam pengertian bahwa sejauh kepemimpinan itu dilaksanakan dalam amanah rakyat dan dilakukan dalam rasa takut akan Tuhan. Nilai-nilai itu yang akan disumbangkan gereja bagi kelangsungan pemerintahan siapapun pemimpinnya.