KOMUNITAS PENDETA GMIT SUKA TANI ADAKAN PELATIHAN TAHAP II

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Sukses mengembangkan pertanian holtikultura di sejumlah lahan tidur milik jemaat, Komunitas Pendeta Suka Tani (Kompastani) kembali mengadakan pelatihan pertanian tahap kedua guna memperluas usaha pemberdayaan ekonomi jemaat.

Kegiatan yang dilaksanakan di Sekolah Lapangan Nekamese ini diawali dengan ibadah pembukaan dipimpin Pdt. Desy Tatengkeng, Ketua Majelis Jemaat GMIT Batu Karang-Kupang. Dalam khotbah yang didasarkan pada kitab Kejadian 26:12-25 Pdt. Desy menguraikan 3 kunci sukses dalam bekerja.

“Guna menjadi petani yang sukses dibutuhkan paling kurang 3 hal: Pertama, tidak menyerah pada masalah melainkan fokus pada tujuan. Kedua, memiliki sikap optimis. Ketiga, keberhasilan dimaknai sebagai bukti penyertaan Tuhan.”

Pdt. Yaksih Nuban Timo, ketua Unit Pembantu Pelayanan (UPP) Pemberdayaan Aset dan Harta Milik Majelis Sinode GMIT  saat membuka kegiatan ini menyampaikan terima kasih kepada Kompastani yang telah membuktikan kiprahnya dibidang pengembangan pertanian. Ia juga berharap di lingkup jemaat UPP pengembangan pertanian semacam Kompastani perlu diadakan guna mengelola potensi yang dimiliki jemaat.

Pada sesi “testimoni” peserta yang berjumlah lebih dari 30 pendeta terperangah dengan produk-produk holtikultura (buah dan sayur) dengan kualitas terbaik yang tumbuh subur meski berasal dari lahan-lahan yang sebelumnya tandus.

Cardial Leo Penu, salah satu anggota Kompastani yang juga dosen peternakan bersaksi tentang lahan sempit di rumahnya  yang berukuran 50 X 50 Meter menghasilkan 26 juta rupiah dalam waktu 3-4 bulan.

“Kami pertama tanam tomat. Menurut cerita tomat sangat menjanjikan. Saat panen, saya lupa modal saya berapa setelah lihat hasilnya. Kami dapat uang 26 juta hanya dalam waktu 3-4 bulan,” ungkap Cardial disambut tepuk tangan peserta.

Selain Cardial, testimoni yang tak kalah menarik disampaikan oleh Pdt. Nyongki Riri, dari klasis Kupang Tengah, Pdt. Jefry Watileo dari klasis Amanuban Selatan, Pdt. Riska Ndaparoka dari klasis Sulamu, Pdt. Lory Foeh dari klasis Kota Kupang dan Pdt. Hale Leo dari klasis Amanuban Timur Selatan. Para pendeta ini telah berhasil melakukan pemberdayaan ekonomi di jemaat masing-masing melalui budidaya bawang tuk-tuk, melon, pepaya, ubi ungu, tomat, cabe, kol, buncis, terung, dan lain-lain dengan meraup keuntungan puluhan juta rupiah.

Selama 3 hari, sejak 30/08-2017, peserta dilatih sejumlah hal diantaranya: praktik pembuatan bedeng, pesemaian, pamasangan plastik mulsa dan penyemprotan serta teknik budidaya holtikultura oleh Elias Taemnanu dan Aly Ade, penyuluh PT. Panah Merah.

Selain memperoleh pelatihan teknis holtikultura peserta juga dibekali dengan pengetahuan mengenai strategi pemasaran oleh Direktur Utama BPR TLM, Robert Fanggidae, Teknologi Pasca Panen oleh Pdt. David Fina dari Yayasan Alfa Omega, Membangun Kampung oleh Ketua Komisi V DPR RI Ir. Fary Francis serta sharing mengenai Kiprah Pemuda GMIT oleh Ketua Pengurus Pemuda  Sinode GMIT, David Natun.

Kompastani merupakan komunitas pendeta GMIT yang berminat dibidang pertanian. Mulanya komunitas ini dibentuk atas prakarsa Pdt. Max Leonupun yang berhasil melakukan pemberdayaan ekonomi jemaat di Ruteng dan beberapa jemaat lainnya. Saat ini Kompastani diketuai Pdt. Jefry Watileo, sekretaris Pdt. Max Leonupun dan Ir. Fary Francis sebagai penasihat.

“Berkat gerakan Komunitas Pendeta GMIT Suka Tani dan informasi yang disebarkan melalui komunitas ini, beberapa bulan terakhir ini permintaan bibit dari petani meningkat sehingga beberapa produk terutama cabe di toko di Kupang sudah habis, ungkap Eben Taemnanu, penyuluh dan staf PT. Panah Merah.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *