SoE, www.sinodegmit.or.id, Mengingat pentingnya kebutuhan pelayanan spiritual bagi para pasien rumah sakit, Majelis Sinode (MS) GMIT dan Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), menyepakati penempatan satu orang tenaga pendeta yakni Pdt. Yohana Henderina Fransiska La’a di RSUD SoE.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam Momorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangi kedua pihak pada Senin, (9/1), di kantor bupati TTS.
Menyampaikan suara gembala pada kesempatan tersebut, Ketua MS GMIT Pdt. Mery Kolimon, menyampaikan terima kasih atas kesediaan Pemda TTS menerima dan mendukung pelayanan spiritual bagi para pasien. Ia berharap kerja sama yang baik terjalin antara para medis dan pendeta dalam pelayanan ini.
“Kami merasa bahwa pelayanan rumah sakit penting sekali untuk mengikutsertakan di dalamnya pelayanan spiritual. Ketika orang tergoncang dengan kesehatan fisik sebenarnya ia tidak hanya menderita secara fisik tetapi juga ada kebutuhan untuk pendampingan secara moril, spiritual, dan kerohanian,” ungkap Pdt. Mery.
Perhatian gereja pada aspek spiritual itu kata Pdt. Mery, adalah amanat Yesus Kristus yang memanggil dan mengutus setiap orang untuk menyatakan imannya dalam tindakan ‘ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku dalam penjara, kamu mengunjungi Aku’, (Matius 25:31-46).
Acara penandatangan MoU antara MS GMIT dan Bupati TTS turut dihadiri Drs. Seprianus E. Sipa (Sekda TTS), dr. Ria Tahun (Kadis Kesehatan TTS), dr. Erwin Leo (Direktur RSUD SoE), Paul V. Mella (mantan bupati TTS), Yunus Tahun (mantan wakil bupati TTS), Pdt. Eben Telnoni (Ketua Majelis Klasis SoE), Pdt. Emil Hauteas (Ketua UPP Kemitraan dan Hubungan Oikumenis MS GMIT), dll.
Bupati TTS, Egusem Pieter Tahun, dalam sambutannya mengapresiasi kerja sama ini kendati menurutnya waktu pelaksanaannya cukup terlambat karena beberapa kendala.
“Kerja sama yang bagus ini kita terlambat melaksanakan. Tapi ketika saya diskusi dengan Pak Sekda, saya bilang lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Jadi dengan segala keterbatasan di daerah ini, kami mengalokasikan sedikit dana untuk memfasilitasi kegiatan ini,” kata Tahun.
Pada kesempatan yang sama ia juga menyinggung upaya pihaknya untuk memberi perhatian pada peningkatan kualitas pelayanan klinik pratama Ume Manekan milik GMIT.
“Kemarin kami hibah satu mobil ambulans untuk Klinik Ume Manekan. Mobil bekas, tapi masih layak pakai.”
Selain itu ia juga berencana untuk mengupayakan peningkatkan status klinik ini kembali menjadi rumah sakit seperti sebelumnya.
Untuk diketahui, fasilitas kesehatan ini berdiri pada tahun 1957 dengan nama Balai Kesehatan Ibu dan Anak Ume Manekan. Lalu, 1999 beralih status menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA). Namun pada tahun 2014, diturunkan statusnya menjadi klinik pratama karena menemui berbagai keterbatasan.
Selain di RSUD SoE, MS GMIT juga bekerja sama dengan beberapa Pemda/Pemkot dan telah menempatkan sejumlah pendeta di RSU Prof. WZ Johannes, RS Bhayangkara, RS Wirasakti, RSUD S.K. Lerik Kupang, RSUD Naibonat, RSUD Kalabahi-Alor, dan RSUD Ba’a-Rote***