www.sinodegmit.or.id, Pada tahun 2010, untuk pertama kalinya Penerbit Ledalero menerbitkan buku dengan judul, “Alam Belum Berhenti Bercerita”. Buku tersebut dikarang oleh Pdt. Dr. Eben Nuban Timo. Tulisan-tulisan di dalamnya merupakan refleksi mendalam Pdt. Eben Nuban Timo dari pengalaman sehari-hari dengan alam dan lingkungan. Tulisan pada blurb buku berbunyi begini:
“Bergurulah pada alam. Masyarakat adalah universitas sejati. Di dalam alam dan semua tindak tanduk masyarakat terdapat sejumlah besar kekayaan intelektual dan pengetahuan kontekstual yang hampir tidak ada batasnya. Pemahaman kita tentang hidup, keselamatan, iman, pelayanan dan seterusnya akan makin diperkaya kalau kita siap belajar dari alam dan berguru pada masyarakat yang adalah universitas sejati…”
“…Alam menyediakan bagi kita sejumlah referensi pengetahuan bukan hanya untuk kebutuhan pengembangan intelektual tetapi juga untuk penguatan iman dan penyerahan diri kepada Tuhan. Mazmur 19 mengatakan hal itu dengan cara yang sangat memukau. Semua ini dilakukan tanpa kata dan tanpa suara, tetapi gemanya terpancar ke seluruh dunia dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi…”
“…Masing-masing kenyataan alam memperdengarkan berita keselamatan dengan cara, gaya dan ekspresi yang unik. Itulah sebabnya judul yang dipakai untuk buku ini berbunyi: Alam Belum Berhenti Bercerita. Cerita alam itu dilakukan dengan dua suara. Suara pertama positif. Ini tentu saja mendatangkan sukacita dan tawa. Mazmur 19 menunjukkan isi positif dari cerita alam itu. Suara yang kedua bersifat negatif. Suara ini mendatangkan ketakutan dan kegentaran.”
Seperti yang terlihat, di awal buku “Alam Belum Berhenti Bercerita”, Pdt. Eben Nuban Timo dua kali mengutip Mazmur 19. Kutipan pertama untuk menunjukkan peranan alam yang begitu memukau. Melalui alam, kemuliaan dan kemahakuasaan Allah dinyatakan. Sedangkan kutipan yang kedua untuk menunjukkan suara positif dari alam tentang pekerjaan Allah. Sekali pun Allah Maha Kuasa, Dia tidak menggunakan Kemahakuasaan-Nya dengan semena-mena. Justru Allah menggunakan Kemahakuasaan-Nya untuk mendatangkan kebaikan dan sukacita seluruh ciptaan. Dari keyakinan inilah Pdt. Eben Nuban Timo mendasarkan refleksi dalam buku yang terdiri atas 259 halaman ini.
Apabila Mazmur 19 menginspirasi Pdt. Eben Nuban Timo untuk menulis sebuah buku, bagaimana Mazmur 19 menginspirasi anggota-anggota GMIT di minggu kedua Bulan Lingkungan tahun 2023? Secara khusus, bagaimana Mazmur 19 menginspirasi Jemaat GMIT Syalom Ende yang melaksanakan penahbisan terhadap 172 orang presbiter non pendeta untuk periode pelayanan 2024 – 2027? Bagi saya, dalam konteks Bulan Lingkungan dan penahbisan presbiter non pendeta, Mazmur 19 memberikan dua pelajaran penting.
Pertama,alam semesta menyaksikan karya dan kemuliaan Allah kepada segenap ciptaan tanpa kata dan suara (ayat 2-7). Menarik untuk kita simak bahwa penulis Mazmur ini tidak menggunakan pakem “langit dan bumi”, melainkan “langit dan cakrawala”. Ini karena dari sudut pandang jagat raya, planet bumi yang kita anggap besar, masih lebih kecil dari setitik debu.
Diksi “langit” dan “cakrawala” dalam ayat 2 menunjukkan ruang. Ini bukan ruang biasa melainkan ruang maha luas, terdiri dari kumpulan tata surya, galaksi dan jagat raya. Sedangkan diksi “hari” dan “malam” dalam ayat 3 menunjukkan waktu. Waktu di sini berbeda dengan satuan detik, menit atau jam sebab ketiganya diciptakan oleh manusia. Sedangkan hari atau siang dan malam itu tidak.
Siang dan malam itu ciptaan Tuhan. Karena itu siang dan malam tidak hanya berlaku untuk manusia tetapi juga untuk seluruh makluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dalam ruang dan waktu ciptaan Tuhan itu, alam semesta meyaksikan karya dan kemuliaan Allah tanpa kata dan suara. Apa maksudnya? Untuk memahaminya mari kita bayangkan fakta tentang alam semesta dari gambaran berikut ini.
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet di tata surya yang berputar pada porosnya dan juga berputar mengelilingi matahari. Perputaran bumi pada porosnya disebut rotasi. Sedangkan perputaran bumi mengelilingi matahari disebut revolusi. Salah satu akibat dari rotasi bumi adalah terjadinya siang dan malam. Sedangkan salah satu akibat dari revolusi matahari adalah terjadinya pergantian tahun. Ukuran keliling bumi adalah 40.075,017 km. Sedangkan luas permukaan bumi 510,1 juta km persegi. Bumi punya satu satelit. Namanya bulan. Ukuran bulan hanya ¼ dari ukuran bumi.
Di tata surya kita, planet terbesar bukanlah bumi melainkan planet kelima yang bernama Jupiter. Ukuran Jupiter sebelas kali lebih besar dari bumi. Jupiter memiliki 92 buah satelit. Jadi kalau bulan yang mengelilingi bumi hanya satu buah, Jupiter punya 92 buah bulan yang mengelilinginya. Jumlah ini mengalahkan Planet Saturnus di urutan kedua yang punya 83 buah bulan.
Matahari adalah pusat tata surya kita. Ukurannya 1,2 juta kali lebih besar dari bumi. Jadi kalau umpamanya ukuran matahari sebesar bola basket maka bumi hanya sebesar biji jeruk. Tetapi matahari bukanlah yang terbesar. Matahari dengan delapan planet, termasuk bumi, beserta satelit-satelitnya, hanya salah satu dari setidaknya 200 milyar matahari lain dengan kumpulan planetnya masing-masing di Galaksi Bima Sakti. Angka 200 milyar adalah angka paling sedikit karena ada ahli lain yang bilang bahwa jumlah sebenarnya mencapai 400 milyar.
Galaksi Bima Sakti berisi kumpulan dari milyaran tata surya berbentuk spiral elips yang besar dengan lubang hitam di pusat spiral. Tata surya itulah yang kita kenal dengan sebutan bintang. Jadi bintang yang kita lihat di langit malam sebenarnya adalah matahari di tata surya lain. Matahari dan delapan planet di mana bumi berada, sebenarnya terletak di tepi atau pinggiran dari Galaksi Bima Sakti yang diperkirakan berukuran 100 ribu sampai dengan 120 ribu tahun cahaya.
Untuk memahami Galaksi Bima Sakti, coba kita membayangkan obat nyamuk bakar. Di pusat obat nyamuk ada lubang tempat kita menancapkan obat nyamuk ketika dibakar. Pada Galaksi Bima Sakti, itu disebut lubang hitam. Lalu di sepanjang “obat nyamuk” itu terdapat milyaran bintang. Matahari dalam tata surya kita hanya berada di lingkaran luarnya.
Apakah galaksi adalah yang terbesar di alam semesta? Ternyata tidak! Bima Sakti hanya salah satu dari sekitar 2 triliun galaksi lainnya di jagat raya. Galaksi terdekat dengan Bima Sakti namanya Galaksi Andromeda. Galaksi Andromeda juga berisi milyaran tata surya. Walau pun terdekat, jaraknya tetaplah sangat jauh. Sekitar 2,5 juta tahun cahaya dari bumi. Namun kedua galaksi ini bukanlah yang terbesar di jagat raya. Sebab yang terbesar namanya Galaksi IC 1101 yang berukuran 40 kali lebih besar dari Galaksi Bima Sakti.
Untuk saat ini sains hanya bisa mendeteksi sampai jagat raya. Apakah jagat raya merupakan ukuran terluas dari alam semesta? Belum ada yang mengetahuinya. Tetapi sampai di sini saja ada banyak orang yang sudah tidak sanggup membayangkan betapa luasnya alam semesta.
Dalam hubungannya dengan Firman Tuhan pada bagian ini, fakta dan kenyataan di atas memiliki dua pesan. Pertama,tidak ada yang bisa disombongkan dalam diri manusia. Apabila planet bumi tempat manusia berpijak saja ukurannya lebih kecil dari debu di alam semesta ini, apalagi manusia? Tidak terbayangkan betapa kecilnya manusia. Dibandingkan dengan alam semesta, manusia jutaan kali lebih kecil dari quark dan lepton, dua kelompok unsur pembentuk atom.
Jadi kalau dengan alam semesta saja manusia sudah sekecil itu, apalagi dengan Tuhan yang menciptakannya. Karena itu tidak boleh ada satu pun manusia yang dengan pongahnya bilang dia memiliki kuasa atas alam semesta. Tidak! Sebab kuasa, kemuliaan dan semua yang ada pada manusia itu pemberian Tuhan. Sifatnya pun hanya titipan. Pada waktunya semua titipan itu mesti dikembalikan kepada Tuhan, Sang Pemilik segala sesuatu. Selain itu ada pula titipan yang Tuhan ijinkan agar diserahkan kepada orang lain. Entah itu orang-orang sezaman maupun generasi sesudah kita. Karena itu bersikaplah rendah hati dan hormat di hadapan alam semesta dan Penciptanya.
Kedua,setiap hamba Tuhan mesti belajar dari alam semesta tentang cara menyaksikan kemuliaan dan karya Allah tanpa kata dan suara. Bagi para pendeta, penatua, diaken dan pengajar, berkhotbah dari mimbar itu biasa. Begitu juga dengan hamba-hamba Tuhan yang lain. Bersaksi dengan kata-kata dan suara itu sesuatu yang fasih untuk dilakukan. Tetapi bagaimana caranya memberitakan kemuliaan dan karya Allah tanpa kata dan suara?
Dalam hal ini belajarlah pada langit, cakrawala, hari, malam dan matahari. Atau dengan bahasa sains modern, belajarlah pada planet-planet dan satelit-satelitnya, tata surya dan bintang-bintang, galaksi-galaksi dan jagat raya ini. Semuanya tidak pernah berkata-kata. Bahkan semuanya tidak bersuara karena memang suara tidak dapat merambat melalui ruang hampa udara. Tetapi dengan keberadaan semuanya, kemuliaan dan karya Allah tersebar sampai ke segala makluk.
Poinnya bagi para hamba Tuhan adalah keberadaan diri pribadi dan sikap hidup setiap hamba Tuhan mestilah menunjukkan kemuliaan dan karya Allah bagi sesama. Rasul Paulus menggunakan istilah “surat Kristus” (2 Kor. 3:3). Artinya, ketika sesama melihat diri para hamba Tuhan, ada kemuliaan dan karya Allah yang disaksikan. Itu berarti setelah seseorang ditahbis sebagai presbiter, dia mesti menjadi saksi Kristus melalui seluruh perbuatan dan sikap hidupnya, bukan hanya kata-kata khotbahnya saja.
Kedua,peraturan dan perintah Tuhan adalah untuk kebaikan manusia dan seluruh ciptaan (ayat 8-15). Pada bagian ini penulis menggambarkan pentingnya peraturan yang Tuhan tetapkan untuk manusia. “Taurat Tuhan itu sempurna”. “Peraturan Tuhan itu teguh”. “Titah Tuhan itu tepat”. Perintah Tuhan itu murni”. “Takut akan Tuhan itu suci”. “Hukum-hukum Tuhan itu adil dan benar”. Singkatnya, apapun yang Tuhan tetapkan, tidak perlu diragukan keabsahannya. Sebab Tuhan Allah itu sempurna, suci dan selalu benar. Dia tentu berbeda 180 derajat dengan sebagian hakim Mahkamah Konstitusi misalnya, yang merubah Undang-undang dan peraturan tentang usia Capres hanya untuk meloloskan Capres-Capawapres tertentu.
Untuk membandingkan kesempurnaan, kesucian dan kebenaran Tuhan, penulis Mazmur 19 membandingkannya dengan dua unsur dari alam yaitu emas dan madu. Semua yang Tuhan tetapkan lebih indah dari emas, bahkan emas tua sekalipun. Semua ketetapan Tuhan pun lebih manis dari madu, bahkan madu yang murni dan baru sekalipun. Itu sebabnya ketetapan-ketetapan Tuhan itu bermanfaat bagi semua orang, khususnya mereka yang kehilangan arah dan tersesat. Sebab dengan ketetapan yang Tuhan atur melalui peraturan, titah dan perintah-Nya, semua ciptaan dapat hidup berdampingan dengan harmonis dan baik keadaannya.
Bagian ini pun memberikan dua pesan. Pertama,ketetapan Tuhan berlaku untuk seluruh ciptaan. Jadi Tuhan tidak hanya bikin aturan untuk anggota GMIT atau orang Kristen saja. Tuhan tidak hanya bikin aturan untuk manusia saja. Tuhan tidak hanya bikin aturan untuk makluk hidup saja. Yang Tuhan bikin itu aturan untuk segenap ciptaan yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, semua unsur di bumi, tata surya, galaksi, jagat raya dan alam semesta. Itu sebabnya planet, satelit, meteor, asteroid, dan benda-benda asing di ruang angkasa selalu berada di jalurnya masing-masing sehingga jarang bertabrakan.
Kalau pun ada meteor dan asteroid yang kesasardi atmosfer bumi, Tuhan bakar habis dengan hukum alam sehingga tidak mencapai perbukaan bumi. Pasang dan surutnya air laut terjadi secara teratur. Musim kemarau dan hujan datang silih berganti. Rotasi dan revolusi bumi terjadi secara teratur sehingga baik pengantian siang dan malam maupun pergantian tahun tidak pernah meleset dari waktu yang telah ditetapkan. Begitu pula dengan hukum dan rumus yang berlaku di bidang fisika, kimia maupun biologi. Semuanya berlaku secara tetap. Dengan demikian setiap tindakan manusia untuk melawan hukum alam yang Tuhan telah tetapkan hanya akan membawa bencana bagi manusia dan berbagai ciptaan Tuhan lainnya.
Kedua,belajar dari apa yang Tuhan tentukan bagi alam semesta, para presbiter yang membentuk Majelis Jemaat juga mesti sadar bahwa ada aturan-aturan yang mesti ditaati. Dalam lingkup GMIT, setiap anggota Majelis Jemaat mesti pegang dan taat kepada isi dari dua kitab sekaligus. Kitab yang pertama namanya Alkitab. Sedangkan kitab yang kedua namanya Tata GMIT.
Tangan kanan pegang Alkitab, sedangkan tangan kiri pegang Tata GMIT. Alkitab di tangan kanan itu terdiri dari 39 kitab PL dan 27 kitab PB. Semuanya mesti ditaati. Sedangkan Tata GMIT di tangan kiri terdiri dari Pokok-Pokok Eklesiologi (PPE) GMIT, Tata Dasar, Peraturan-Peraturan Pokok (Pepok), Peraturan-Peraturan Pelaksana (Perlak), Standar Operasional Pelayanan (SOP) maupun keputusan-keputusan persidangan pada lingkup sinode, klasis dan jemaat. Semua peraruran ini ada untuk kebaikan bersama. Oleh karena itu jadilah hamba Tuhan yang rajin mencari tahu kehendak Tuhan melalui Alkitab dan Tata GMIT. Kemudian lakukanlah semuanya dengan sungguh-sungguh. Sebab itulah yang disebut hamba Tuhan yang sejati. Tuhan memberkati kita. Amin. ***