Menjawab “Ya” Pada Kehendak Tuhan (Lukas 1:26-38) – Pdt. Melkisedek Sni’ut

www.sinodegmit.or.id, Pada tanggal 16 Desember 2023 saya melayani pembekalan dan penggembalaan calon presbiter di Jemaat GMIT Sion Nangahure, Klasis Flores. Di waktu pembekalan saya meminta agar saat penggembalaan, setiap presbiter membawa pasangan atau orang tuanya. Kegiatan pembekalan selesai sekitar jam lima sore. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.

Pada jam tujuh malam, mereka kembali dengan keluarga masing-masing untuk ikut ibadah penggembalaan. Setelah penggembalaan selesai, ada seorang ibu yang meminta waktu untuk bercakap-cakap secara khusus dengan saya. Dalam percakapan itu, sambil menangis dia bilang bahwa suaminya tidak merestuinya untuk menjadi presbiter. Dan ini bukan hanya pada periode pelayanan yang akan dijalaninya saja. Suaminya sudah tidak merestuinya sejak periode pelayanan sebelumnya.

Alasannya karena setiap kali ada pelayanan di gereja, ibu tersebut menutup tokonya untuk pelayanan, sekalipun pembeli sedang ramai. Ibu dan suaminya memang berprofesi sebagai pedagang di Pasar Tingkat Maumere. Ibu tersebut bilang bahwa menurut suaminya, pelayanan di gereja membuat kesempatan mendapat untung yang lebih besar menjadi berkurang.

Namun ibu tersebut punya pendapat yang berbeda. Dia berpendapat bahwa semua berkat datang dari Tuhan. Karena itu ketika Tuhan melalui jemaat memberikan kesempatan untuk melayani, dia tidak menolak. Itu sebabnya sekalipun saat penggembalaan suaminya tidak mendampinginya, bahkan melarang untuk hadir dalam ibadah penhabisan presbiter, dia tetap hadir.

Setelah saya memberikan sedikit kata-kata penguatan dan berdoa bersama, ibu itu pun pulang. Besoknya hari Minggu, 17 Desember 2023, ibu itu pun hadir dan mengikuti seluruh ibadah dan acara penahbisan sampai selesai. Pada saat itu suaminya tetap tidak hadir.

Ibu tersebut adalah contoh nyata pada masa kini tentang orang yang menjawab “Ya” pada kehendak Tuhan. Jawaban “Ya” pada kehendak Tuhan itu sering kali punya konsekuensi yang berat. Ada resikonya. Resiko itu bisa dalam bentuk disepelekan, diabaikan, ditinggalkan sendiri, di-bully dan bahkan mengalami tindakan kekerasan. Akibatnya pun bermacam-macam. Bisa dalam bentuk sakit badan, sakit hati, kecewa, marah, putus asa dan lain-lain. Sekalipun demikian, orang Kristen mesti tabah menjalaninya. Sebab semua penderitaan itu bukanlah akhir. Penderitaan itu hanyalah awal dari proses menuju keselamatan dan hidup kekal.

Ini jugalah yang kita lihat dari kisah Maria ketika dikunjungi oleh Malaikat Gabriel. Sebelum dikunjungi Malaikat Gabriel, Maria hanyalah seorang gadis desa biasa. Dia hidup seperti gadis-gadis desa lain pada umumnya. Hidupnya tenang, aman, nyaman dan jauh dari perhatian orang banyak. Namun setelah Malaikat Gabriel mengunjunginya, hidup Maria berubah total. Dia menjadi seorang perempuan istimewa. Dia menjadi ibu Yesus, Sang Juruselamat dunia. Namun dalam prosesnya, dia mesti mengalami berbagai bentuk hinaan, sakit hati dan kekecewaan. Itu semua karena Maria menjawab “Ya” pada kehendak Tuhan.

Jawaban “Ya” pada kehendak Tuhan pun sudah diucapkan oleh banyak orang Kristen pada masa kini. Ada yang baru satu kali mengucapkannya, tetapi ada yang sudah berkali-kali. Waktu yang mengucapkannya pun berbeda-beda.

Ada yang mengucapkannya ketika diteguhkan sebagai anggota sidi. Ada yang mengucapkannya ketika menjalani ibadah pemberkatan nikah. Ada yang mengucapkannya ketika mengantarkan anaknya ke rumah Tuhan untuk dibaptis. Ada yang mengucapkannya ketika ditahbiskan sebagai pendeta, pengajar, penatua atau diaken. Ada yang mengucapkannya ketika diambil sumpahnya untuk dilantik ke dalam jabatan tertentu. Ada yang mengucapkannya pada bagian altar callketika mengikuti Ibadah Penyegaran Iman (IPI). Ada yang mengucapkannya ketika bermeditasi. Ada yang mengucapkannya ketika mendengar dan memahami firman dan panggilan Tuhan pada berbagai kesempatan. Singkatnya, jawaban “Ya” pada kehendak Tuhan sudah menjadi hal yang biasa diucapkan oleh banyak orang Kristen.

Tetapi apakah jawaban “Ya” yang diucapkan itu sama dengan jawaban “Ya” yang Maria ucapkan? Kalau mau jujur, sebenarnya tidak semuanya sama. Memang ada yang sama dengan jawaban “Ya” dari Maria, namun jumlahnya sedikit. Sedangkan sebagian besar menjawab “Ya” tanpa pemahaman dan motivasi yang benar. Misalnya, ada yang menjawab “Ya” sebagai syarat untuk mendapatkan pelayanan karena sudah tertulis dalam liturgi ibadah. Yang lain menjawab “Ya” hanya karena ikut-ikutan. Yang lain lagi menjawab “Ya” hanya karena kebiasaan.

Jawaban “Ya” yang demikian, tidak saja tidak membawa keselamatan dan hidup kekal. Sebaliknya, jawaban “Ya” yang demikian bisa mendatangkan hukuman kekal. Kenapa? Karena itu berarti dengan sengaja berdusta kepada Allah. Berjanji tetapi ingkar. Berkomitmen tetapi khianat. Ini menyakiti hati Tuhan. Apabila tidak bertobat, orang yang melakukannya akan mendapatkan hukuman kekal.

Lalu bagaimana orang Kristen menjawab “Ya” kepada kehendak Tuhan dengan benar? Nas ini memberikan empat catatan penting. Pertama,bersedia menerima kunjungan utusan Tuhan meskipun hal itu mengejutkan (ayat 26-29). Maria tidak tahu ketika dia dikunjungi malaikat Gabriel. Dia juga tidak kenal malaikat Gabriel. Karena itu dia terkejut ketika mendapat kunjungan itu. Sekali pun demikian, dia tidak menolak Malaikat Gabriel. Dia tidak mengabaikan, apalagi mengusirnya. Dia menerimanya dengan baik.

Inilah yang mesti dilakukan oleh setiap orang Kristen ketika menerima kunjungan utusan Tuhan. Sekali pun utusan Tuhan itu bukan malaikat, tidak dikenal atau datangnya pun mengejutkan, kita tidak boleh menolaknya. Sebaliknya, kita mesti menerima dengan baik. Sebab ketika ada utusan Tuhan yang mengunjungi rumah kita, pasti ada berkat yang dibawanya. Sekali pun berkat itu tidak berbentuk materi tetapi tetap saja ada berkat yang dibawa. Karena itu utusan Tuhan mesti disambut dengan baik.

Kedua,Tuhan punya rencana khusus bagi setiap orang (ayat 30-33). Rencana Allah bagi Maria adalah menjadikannya ibu dari Sang Juruselamat dunia. Peranan Maria adalah seperti Hawa yang baru. Hawa yang lama menjadikan dirinya saluran masuknya dosa ke dunia. Sedangkan Maria sebagai Hawa yang baru menjadikan dirinya saluran masuknya keselamatan kekal ke dunia. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mendapatkan anugerah istimewa ini selain Maria. Inilah rencana khusus dari Tuhan bagi Maria.

Apa yang Maria terima ini juga berlaku bagi setiap orang. Tidak seorang pun yang kelahiran dan hidupnya berada di luar rencana Tuhan. Semua yang Tuhan ciptakan sudah Tuhan rencanakan. Rencana Tuhan itu bersifat khusus untuk tiap-tiap orang. Buktinya dari milyaran manusia yang hidup di muka bumi ini, tidak ada dua orang yang memiliki wajah yang sama persis. Sekali pun mereka anak kembar, tetap saja ada hal yang membedakannya. Jangankan wajah. Sidik jari pun tidak ada yang sama. Begitu pun dengan berbagai aspek lainnya dalam diri manusia.

Ini menunjukkan kekhususan rencana Tuhan bagi setiap pribadi. Karena itu jawaban “Ya” yang tiap pribadi berikan kepada Tuhan pun bersifat khusus. Tugas dan tanggung jawab mungkin terlihat sama. Tetapi sebenarnya tiap-tiap orang memiliki tugas dan tanggung jawab khusus dari Tuhan. Karena itu seorang pun tidak boleh membandingkan rencana Tuhan bagi dirinya dengan rencana Tuhan bagi orang lain. Biar pun rencana Tuhan itu memiliki banyak resiko, tidak usah kuatir. Sebab ada berkat lebih besar yang tersedia di balik resiko yang terlihat.

Ketiga,keyakinan mesti tumbuh dari proses dan pemahaman yang baik (34-37). Ketika menerima pemberitahuan dari malaikat Gabriel, awalnya Maria tidak mengerti. Itu sebabnya dia bertanya, “Bagaimana mungkin hal itu terjadi, karena aku belum bersuami?” Ini bukanlah pertanyaan karena ketidakpercayaan. Ini adalah pertanyaan karena ketidakmengertian. Orang yang tidak percaya butuh bukti. Sedangkan orang yang tidak mengerti butuh penjelasan. Maria bukan tidak percaya. Maria hanya tidak mengerti. Karena itu Malaikat Gabriel memberikan penjelasan kepadanya.

Inilah yang mesti disadari orang setiap orang Kristen. Agar dapat memberikan jawaban “Ya” pada kehendak Tuhan, orang Kristen mesti punya pengertian yang baik. Untuk mengerti, mesti bersedia belajar dan bertanya. Pertanyaannya pun tidak diajukan kepada sembarang orang. Mesti bertanya kepada sumber yang tepat. Seperti Maria yang bertanya kepada Malaikat Gabriel dan bukan yang lain, orang Kristen pun mesti bertanya kepada utusan Tuhan yang punya otoritas. Sebab pertanyaan yang diajukan kepada orang yang salah akan membawa seseorang jatuh ke dalam jurang kesesatan. Inilah proses yang mesti dilalui seseorang agar mendapatkan pemahaman yang baik.

Keempat,penerimaan atas tanggung jawab dari Tuhan mesti datang dari kesadaran diri yang baik (ayat 38). Inilah yang Maria lakukan. Dia terima tanggung jawab itu karena sadar bahwa dirinya hamba Tuhan. Sebagai hamba Tuhan, dia memasrahkan dirinya ke dalam kehendak Tuhan. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Itu kata Maria. Jadi dia menjawab “Ya” setelah tahu kehendak Tuhan dan menyadari siapa dirinya.

Orang Kristen pada masa kini mesti meneladani sikap Maria ini. Setiap jawaban “Ya” pada kehendak Tuhan mesti didahului oleh pengenalan akan Tuhan dan kesadaran akan siapa diri kita. Berkata “Ya” pada kehendak Tuhan tidak boleh dengan asal-asalan. Tidak boleh karena kebiasaan tanpa pengertian yang baik. Tidak boleh disuruh atau diperintah. Tidak boleh hanya untuk menyenangkan orang lain atau pihak-pihak tertentu. Tidak boleh karena takut mendapat hukuman atau sanksi. Menjawab “Ya” pada kehendak Tuhan mesti datang dari hati yang tulus dan sungguh-sungguh.

Hanya dengan demikianlah jawaban “Ya” itu konsisten dengan sikap hidup. Dengan demikian biar pun ada begitu banyak resiko yang mesti ditanggung, dia tidak akan goyah. Imannya tetap teguh. Kokoh. Tegar menghadapi setiap tantangan. Tabah menjalani penderitaan. Tetapi juga bersyukur menerima setiap berkat dan anugerah. Sikap Maria mesti menjadi sikap setiap orang yang sudah dan akan menjawab “Ya” pada apa pun kehendak Tuhan. Tuhan memberkati kita. Amin. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *