KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Ada banyak cara merawat kerukunan antar umat beragama di Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satunya adalah melibatkan umat lintas agama merayakan Paskah seperti yang digelar Klasis Amanuban Timur, Selasa kemarin, (30/4).
Posesi Paskah yang sudah menjadi agenda tahunan di lingkungan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) ini, tidak hanya diikuti umat Kristen Protestan tetapi juga melibatkan umat Katolik dan Islam.
Haji Abdul Kadir Liunama mengaku suasana persaudaraan dan kebersamaan dalam merayakan hari raya keagamaan ini perlu dirawat sebagai warisan bagi generasi sekarang dan akan datang.
“Perayaan Paskah ini sangat bagus. Di Amanuban Timur, kegiatan keagamaan seperti Paskah, Natal dan Idul Fitri selalu kami rayakan bersama-sama. Harapan saya, perayaan ini terus dilaksanakan setiap tahun sehingga menjadi warisan bagi anak cucu kita,” ujar Haji Kadir yang mengenakan busana adat Timor dalam acara pembukaan Pawai Paskah tersebut.
Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, dalam sambutannya memberi apresiasi kepada panitia penyelenggara yang secara kreatif menjadikan momentum ini bukan hanya sebagai milik umat Kristen tetapi juga sebagai perayaan lintas agama.
Ia menilai perayaan ini perlu diangkat menjadi ajang pariwisata religi dan budaya.
“Saya bangga dengan kerja panitia perayaan Paskah yang luar biasa. Perayaan ini mampu mempersatukan seluruh perbedaan dan bisa menjadi contoh gerakan nasional. Sebagai gubernur saya ingin festival ini jadi kalender pariwisata di provinsi NTT. Kita perlu duduk bersama antara pemerintah kabupaten TTS dan povinsi untuk mendesain bukan cuma dari sisi agama dan budaya tapi juga aspek ekonominya. Ini potensi yang baik bagi GMIT khususnya Klasis Amanuban Timur,” kata Viktor.
Sementara itu, Sekretaris MS GMIT Pdt. Yusuf Nakmofa dalam suara gembala mengatakan Paskah sebagai peristiwa pembebasan dari dosa dan kematian seyogyanya memberi semangat bagi manusia khususnya warga TTS untuk komitmen bekerja keras sehingga bisa keluar dari masalah kemiskinan.
Ribuan peserta prosesi ini melintasi rute sepanjang kurang lebih 7 kilometer dengan memulai star dari Jemaat GMIT Betania Hanumetan dan finis di Bukit Taehue.
Peserta mempergakan sejumlah adegan kisah kesengsaraan Tuhan Yesus hingga Kebangkitan di enam lokasi titik perhentian.
“Pawai Paskah ini membawa sukacita bagi kami di Klasis Amanuban Timur. Melalui kegiatan ini kami bisa berkumpul dan merenungkan kembali kesengsaraan Tuhan Yesus, kematian dan kebangkitan-Nya. Bahkan, bukan hanya umat Kristen tapi ada juga umat Islam. Harapan saya, setiap tahun terus diadakan,” ujar Martinus Nenosaet, salah satu peserta pawai. ***