Nama Baik Lebih Berharga Daripada Kekayaan (Amsal 22:1-9) – Pdt. Melkisedek Sni’ut

Tema ini tidak asing bagi sebagian besar orang Kristen Indonesia. Sebab pada akhir tahun 1990-an, group penyanyi Gloria Triomempopulerkan lagu dengan lirik yang hampir sama. Lagu yang diciptakan oleh John Putuhena ini kemudian di-coverulang oleh group penyanyi Nanakudan banyak penyanyi rohani Kristen lainnya. Saya menduga ada banyak orang Kristen Indonesia yang bisa menyanyikan lagu tersebut. Berikut ini adalah bait pertamanya, “Nama baik lebihlah berharga // daripada harta kekayaan // lebih baik disayang orang // daripada perak dan emas//.

Tema dan penggalan bait lagu ini merupakan kutipan dari Amsal 22:1. Seluruh kitab Amsal berisi kumpulan ucapan-ucapan bijak. Dalam Alkitab Perjanjian Lama, kitab Amsal tergolong kitab hikmat seperti halnya kitab Ayub dan Pengkhotbah. Namun berbeda dengan kitab-kitab yang hikmat yang lain, yang berbicara tentang hal-hal yang kompleks, kitab Amsal berisi pengajaran praktis dan petunjuk konkret yang jelas dan dapat langsung diterapkan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, gereja, masyarakat dan bahkan kehidupan berbangsa serta bernegara.

Misalnya, kitab hikmat yang lain seperti Ayub dan Pengkhotbah membahas pertanyaan mengapa orang benar kadang-kadang menderita, sedangkan orang jahat, termasuk orang bodoh justeru hidup makmur dan sejahtera. Sedangkan kitab Amsal menunjukkan bahwa tindakan-tindakan tertentu akan menghasilkan akibat-akibat tertentu. Orang bijak atau berhikmat tahu pasti apa keputusannya serta akibat dari keputusannya sebelum melangkah. Jalan yang ditempuh oleh orang bijak adalah yang membawanya kepada berkat, kebahagiaan dan bahkan kekayaan. Sebaliknya, orang bodoh sering memilih jalan yang salah yang berakibat buruk baginya. Itu sebabnya dalam kitab Amsal terdapat dorongan yang kuat kepada para orang tua untuk tegas dalam mendisiplinkan anak-anaknya. Sebab anak-anak yang tidak disiplin, tidak taat dan tidak mau belajar hikmat akan tumbuh menjadi orang dewasa yang bodoh dan bebal.

Kitab Amsal tidak banyak membahas sejarah, hukum atau aturan-aturan keagamaan. Yang menjadi sorotan utama untuk dibahas yaitu hikmat sebagai anugerah Tuhan untuk kehidupan bersama dalam persekutuan. Sebab hikmat akan membuat seseorang menjadi bijak sehingga memperlakukan orang lain secara jujur, adil, rendah hati, setia, bekerja keras, menghormati orang tua dan para pemimpin serta berempati terhadap orang yang miskin dan menderita.

Kitab Amsal merupakan kumpulan ucapan-ucapan bijak yang ditulis dan disunting oleh banyak orang dan mencapai bentuk finalnya sekitar tiga ratus atau empat ratus tahun setelah Salomo mati. Ucapan-ucapan bijak dalam kitab Amsal juga tidak memiliki pola yang tunggal. Polanya bermacam-macam. Setidaknya, dalam seluruh kitab Amsal ada tujuh pola yang terlihat.

Pertama,pola kesejajaran yang bertentangan. Pola ini berbentuk pernyataan atau pengajaran yang sama yang diberikan dua kali, tetapi secara bertentangan. Contohnya, Amsal 10:12. Bunyinya, “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi pelanggaran.”

Kedua,pola kesejajaran serupa. Pola ini berbentuk pernyataan atau pengajaran yang sama yang diberikan dua kali dengan cara sejajar. Ide yang sama dinyatakan kembali tetapi dengan kata-kata yang berbeda. Kalimat pada baris kedua mempertegas kalimat pada baris pertama. Contohnya, Amsal 24:3-4. Bunyinya, “Dengan hikmat rumah didirikan, … dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.”

Ketiga,pola pernyataan tunggal. Pola ini berbentuk pernyataan tunggal yang menyingkapkan kebenaran. Isinya merupakan pernyataan atau peringatan pendek dan tegas. Contohnya, Amsal 17:28. Bunyinya, “Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri.”

Keempat,pola pernyataan yang disertai penjelasan. Dalam pola ini, baris pertama merupakan penggambaran nyata, yang kemudian dijelaskan dalam baris kedua. Contohnya, Amsal 27:17. Bunyinya, “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.”

Kelima,pola perbandingan. Dalam pola ini, beberapa amsal menggunakan gambaran yang menarik yang membandingkan suatu hal dengan hal yang lain. Dengan kata lain, amsal ini berbentuk kiasan. Contohnya, Amsal 20:27. Bunyinya, “Roh manusia adalah pelita Tuhan.”

Keenam,pola daftar deskriptif. Dalam pola ini biasanya ada tiga atau empat jawaban yang mengikuti pernyataan yang didasarkan pada pertanyaan yang tidak diucapkan. Contohnya, Amsal 30:18-19. Bunyinya, “Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.”

Ketujuh,pola pernyataan: “Jika…, maka… Dalam pola ini, bagian kedua menjelaskan akibat dari melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Contohnya, Amsal 26:17. Bunyinya, “Orang yang ikut campur dalam pertengkaran orang lain adalah seperti orang yang menangkap telinga anjing yang berlalu.”

Dengan memperhatikan ketujuh pola ini saya mengajak kita untuk melihat Amsal 22:1-9. Dalam Amsal 22:1-9 terdapat lima pola. Yang pertama adalah pola kesejajaran serupa yang terdapat dalam ayat 1 dan ayat 7. Yang kedua adalah pola pernyataan yang disertai penjelasan yang terdapat dalam ayat 2 dan ayat 8. Yang ketiga pola kesejajaran bertentangan yang terdapat dalam ayat 3. Yang keempat pola pernyataan tunggal yang terdapat dalam ayat 4 dan ayat 9. Yang kelima pola pernyataan: “jika…, maka…” yang terdapat dalam ayat 5 dan ayat 6.

Tiap-tiap amsal dalam nas ini pun mengandung nasehat praktis yang berbeda-beda. Namun semua nasehat itu berpusat pada bagaimana seseorang menjaga integritas dirinya. Apa gunanya seseorang punya harta kekayaan tetapi reputasinya buruk. Karena itu karakter pribadi dan cara hidup dalam jemaat dan masyarakat tidak boleh dibiarkan merosot dan rusak. Sebaliknya, karakter dan cara hidup mesti dijaga agar terus bertumbuh di dalam kekudusan Allah.

Kekayaan dapat dipertukarkan dengan apapun yang diinginkan, tetapi nama baik mengharumkan kehidupan. Pada umumnya yang paling dikenang dari tokoh-tokoh penting di sepanjang sejarah bukanlah kekayaan materi, sekalipun sebagian tokoh sejarah memilikinya. Yang paling dikenang dari tokoh-tokoh itu adalah perjuangan yang gigih bagi kebaikan bersama selama hidupnya.

Oleh karena itu setiap orang mesti memperjuangkan kebaikan bersama. Apabila dengan melakukannya kekayaan diperoleh maka itu adalah bonus dari Allah. Sebab kekayaan dapat diperoleh sebagai akibat dari pekerjaan dan usaha dengan giat dan tekun, juga karena Allah berkenan memberikannya. Sebagai berkat dari Allah, kekayaan mesti dipertanggungjawabkan seberapa pun besarnya. Sebab dengan demikian kekayaan tersebut tidak akan menyebabkan kesenjangan dan ketidakadilan.

Apabila yang diperjuangkan adalah kebaikan bersama maka Tuhan juga akan menganugerahkan hal-hal lain yang dibutuhkan untuk kehidupan yang berkualitas. Misalnya, kecerdikan untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Kerendahan hati dan roh takut akan Tuhan. Kehormatan dan kehidupan. Didikan untuk menjadi bijaksana, dan sebagainya. Ini adalah beberapa contoh berkat yang Tuhan sediakan.

Pada masa kini, dengan pesatnya perkembangan media sosial, nama baik bisa hancur karena kebencian dan fitnah. Oleh karena itu orang Kristen mesti belajar pada nasehat-nasehat bijak yang tertulis dalam nas ini. Setidaknya ada empat pelajaran penting yang dapat dijadikan pegangan.

Pertama,berhati-hatilah agar tidak jatuh oleh karena harta benda. Kekayaan jangan dikejar. Kekayaan tidak boleh menjadi tujuan hidup. Sebab jika demikian maka dapat membuat seseorang mencarinya dengan cara-cara yang tidak benar. Sebaliknya, berbuat baiklah sebanyak-banyaknya. Dan apabila dengan berbuat baik ada harta benda dan kekayaan yang diperoleh maka mesti dipergunakan dengan penuh tanggung jawab.

Kedua,jadilah orang yang penuh hikmat. Berlakulah bijak. Hindari persoalan yang tidak perlu. Jangan mencampuri yang bukan urusan kita. Hal ini bukan berarti kita bersikap abai terhadap orang-orang yang butuh pertolongan. Bukan. Sebab yang dimaksud di sini adalah kita memfokuskan diri pada tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dan tidak membiarkan diri diintervensi oleh hal-hal atau pihak-pihak yang berada di luar tanggung jawab dan kewenangan kita.

Ketiga,milikilah kerendahan hati. Rendah hati di hadapan Allah. Tetapi serentak dengan itu, kita juga mesti bisa bersikap rendah hati terhadap sesama. Mengapa? Karena semua manusia punya keunggulan tetapi juga punya kelemahan masing-masing. Tidak ada satu orang pun yang sempurna. Dengan menyadari hal ini maka kita mesti bersikap rendah hati dan terbuka untuk saling mengisi dan memperkaya satu dengan yang lain.

Keempat,menjadikan diri kita sebagai teladan. Teladan dalam kebaikan. Teladan dalam iman. Teladan dalam sikap, kata-kata dan perbuatan. Bahkan teladan dalam seluruh karakter dan kepribadian kita. Sebab dengan keteladanan inilah nama baik kita akan terjaga dalam jangka waktu yang lama.

Sekaya raya apapun seseorang, kepemilikan terhadap kekayaan itu akan berakhir ketika orang yang memilikinya mati. Tetapi orang yang memiliki integritas dan reputasi yang baik, namanya akan tetap harum sampai kapan pun. Tidak saja ketika orang itu masih hidup. Bahkan setelah matinya pun namanya akan tetap harum. Karena itu marilah kita menjalani kehidupan sedemikian rupa agar nama kita tetap harum dan selalu dikenang sampai kapan pun. Tuhan Yesus menolong dan memberkati kita semua. Amin.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *