Pdt. DR. ANDREAS YEWANGOE: REFORMASI TIDAK SAMA DENGAN PROGRES

Kupang, www.sinodegmit.or.id, “Kalau, mimbar masih baik lalu bikin baru, pagar masih baik lantas ganti pagar baru, lampu masih baik tapi lagi dengan lampu kristal, itu belum tentu reformasi. Tapi itu gereja yang mengarah pada diri sendiri. Ini bahaya.”

Demikian pernyataan Pdt. Em. Dr. Andreas Yewangoe, pada seminar memperingati 500 tahun Gereja Reformasi dan HUT 70 GMIT, bertema “Ecclesia Reformata Semper Reformanda Secundum Verbum Dei”,  Sabtu, 28/10-2017, di jemaat GMIT Koinonia Kuanino-Kupang.

Menurut Pdt. Yewangoe, banyak kali orang mencampuradukan antara progres (kemajuan) dan reformasi. Padahal, kedua hal itu berbeda.

“Jangan mengacaukan  antara reformasi dan progres. Reformasi dalam gereja adalah kemampuan untuk terus-menerus memberi diri untuk diperbaharui. Seringkali progres dalam gereja dianggap reformasi. Belum tentu. Saya ambil contoh: di Indonesia sekarang ada gereja yang sangat bangga karena merasa go internasional. Artinya, kalau tadinya  dia di sini, sekarang dia di sana. Apakah itu reformasi? Belum tentu.  Atau ada gereja yang menargetkan pendapatan jemaatnya 1 triliun, apa itu reformasi? Belum tentu. Kalau gereja misalnya memperoleh uang begitu banyak dan dia simpan di bank, dan dia hanya hidup dari bunga, apa itu reformasi? Belum tentu. Mungkin itu progres, kemajuan saja. Kemajuan bunga bank,” tandas Yewangoe disambut tepuk tangan hadirin.

Bagi teolog Asia ini, gereja yang hanya mengurusi hal-hal fisik seperti ganti mimbar, pagar halaman, lampu-lampu, dan seterusnya adalah gereja yang hanya mengarah pada dirinya sendiri dan tidak membarui dirinya. Artinya dia tidak mendengarkan suara dari Roh Kudus yang berbicara melalui pemberitaan Firman Tuhan.

Terkait semboyan “Ecclesia Reformata Semper Reformanda Est”(Gereja reformasi mestilah senantiasa meperbaharui dirinya), Yewangoe melontarkan sebuah pertanyaan kritis: Benarkah gereja-gereja reformasi setia membaharui dirinya? Bagi mantan ketua PGI yang juga anggota Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) ini, bisa jadi terjadi arus balik, di mana gereja-gereja reformasi mengalami stagnasi dan tidak lagi memperbarui dirinya dan sebaliknya gereja yang dulu dianggap tidak memperbarui dirinya  justru sedang giat membaharui diri.

Selain Yewangoe, dua pemateri lainnya adalah, Pdt. Dr. Mery Kolimon dan Romo Gerardus Duka, Pr. Seminar yang dimoderatori oleh Pdt. Maria Ratu-Pada, M.Th, ini dihadiri 200-an peserta yang berasal dari para presbiter, pemuda, mahasiswa dan akademisi.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *