Boti-TTS, www.sinodegmit.or.id, Bertepatan dengan momen camp Pemuda, sebanyak 150 pemuda dari 14 Jemaat di Klasis Amanuban Timur Selatan (anti setan) memanfaatkan kesempatan ini untuk memilih pengurus pemuda lingkup Klasis yang dilaksanakan pada Sabtu, 15/07-2017.
Sidang pemilihan yang berlangsung pada hari ketiga kegiatan camp dipandu oleh Sekretaris Bidang Informasi dan Jaringan Pengurus Pemuda (PP) Sinode GMIT, Dody Kudji Lede. Pemilihan yang dilakukan dengan mekanisme voting tertutup ini berhasil memilih Onisius Sila sebagai ketua dan Thomas Manu sebagai Sekretaris.
Personalia pengurus akan dibahas bersama antara pengurus terpilih dan para ketua majelis jemaat dari klasis setempat yang ditunjuk secara aklamasi sebagai tim formatur. Tim formatur diharapkan sudah dapat menentukan pengurus lengkap paling lambat 30 hari sejak pemilihan Pengurus Pemuda.
Camp Pemuda Klasis Amanuban Timur Selatan berlangsung selama empat hari sejak 13–16/07-2017 bertempat di Jemaat GMIT Ebenhaezer Boti. Selama pelaksanaan camp diiisi dengan pelatihan membuat pupuk organik, pentas seni, dan lintas alam.
Selain pemuda dari lingkup klasis, kegiatan camp ini juga dihadiri oleh Pemuda Klasis TTU dan juga dari klasis Mollo Utara.
Turut hadir dalam kegiatan ini antara lain Ketua PP Sinode David Natun, Anggota DPD RI I. A. Medah, juga anggota DPRD TTS Marthen Tualaka. David Natun dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada semua pihak di klasis anti setan yang telah berupaya keras sehingga camp pemuda klasis yang ketiga kali ini bisa berjalan.
Lebih jauh, David mengatakan bahwa, “Saat ini pemuda GMIT dihadapkan bukan hanya pada persoalan yang terjadi di luar gereja, tetapi juga persoalan internal gereja. Karena itu Pemuda GMIT dituntut untuk menjadi otak dan hati dari gereja agar bersama-sama semua komponen dapat memikirkan jalan keluar dari setiap permasalahan serta menciptakan kreatifitas-kreatifitas yang dapat mendukung kegiatan kepemudaan.”
Pdt. Nensy He-Maakh dalam khotbah pada acara penutupan menyerukan agar Pemuda GMIT harus mampu menjadi Samuel yang selalu siap ketika dipanggil Tuhan. “Pada waktu Samuel menjawab ‘berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar’ menggambarkan bahwa Samuel telah menyiapkan dirinya untuk melayani Tuhan.” (Dohan)***