KUPANG, www.sinodegmit.or.id, “Menjadi gembala bagi para gembala dibutuhkan satu keterampilan yang lain; kebesaran hati, kesediaan mendengar dan kemampuan untuk merangkul yang berbeda,” demikian suara gembala Ketua Majelis Sinode GMIT pada kebaktian pembukaan Persidangan Istimewa Klasis Kupang Tengah, Rabu, (15/1).
Pesan Ketua MS GMIT ini penting mengingat tidak jarang moment-moment suksesi kepemimpinan di lingkup jemaat, klasis dan sinode diwarnai dinamika dan ketegangan.
Oleh karena itu menurut Pdt. Mery, dibutuhkan kedewasaan dan kesediaan untuk saling mendengar dan menerima perbedaan pendapat antar sesama rekan sekerja, sebab sikap yang demikian itu menandakan pula kesediaan untuk mendengar suara Tuhan dan kehendak-Nya bagi gereja.
Sidang Istimewa Klasis Kupang Tengah yang bertujuan memilih Majelis Klasis Kupang Tengah periode 2020-2023, kata Pdt. Mery, diharapkan menjadi wadah belajar bersama bukan momentum bagi-bagi kuasa. Sebab, struktur yang mau diisi melalui pemilihan ini pada gilirannya harus melayani fungsi, yakni menjadi gereja yang berdampak di tengah masyarakat.
Sementara itu Gubernur NTT, Viktor Laiskodat dalam sambutannya memberi apresiasi kepada GMIT dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang pendidikan dan pelestarian alam. Ia berjanji mendukung kemitraan pemerintah dan gereja untuk mendorong terwujudnya
“Sebagai Gubernur, saya serius betul dengan pendidikan di NTT. Ibu Mery sudah memulai, dan kita bisa kolaborasi untuk pendidikan Kristen,” ujar Laiskodat.
Usai kebaktian, Panitia Persidangan didampingi Ketua Majelis Jemaat GMIT Betel Pdt. Lory Foeh, mengajak gubernur meninjau kebun organik di sekitar halaman gereja yang direncanakan akan dijadikan salah satu agrowisata di Kota Kupang. ***