Berjalan di Mil Kedua (Matius 5:38 – 42)-Pdt. Yulian Widodo

Shalom…Bagaimana liburannya? Ada sukacita? Saya mengawali hotbah hari ini dengan beberapa pantun:

Duduk ngopi di café rindang…

Sambil makan si pisang goreng

Di tahun baru bertemu lagi

Semangat kita baru kembali

Ini pola AB

Baju baru warnanya putih

Celana hitam benangnya merah

Jika ada tutur yang salah

Mohon hati tak pendam marah

Pola AA

Di lantai 3 kita beribadah

Membuka hari dengan menyembah

Perjalanan kita masihlah jauh

Mari berbagi semangat dan kasih

Pola AA

Tema kita : Berjalan di Mil Kedua. Tema ini mengandaikan adanya perjalanan di Mil Pertama. Ya benar, tentu tema ini berhubungan erat dengan tanggapan yang lebih dari sekadar apa yang harus kita berikan. Namun perlu kita tahu bahwa satuan mil pada masa romawi berbeda dengan mil pada zaman modern ini. Mil Romawi = sekitar 1,48 kilometer atau 0,92 mil modern Mil Modern =  1,609 kilometer. Jadi dalam konteks Matius 5:41 ketika seseorang dipaksa berjalan “satu mil”, itu berarti ia harus berjalan sekitar 1,48 kilometer. Dan ketika Yesus mengatakan untuk berjalan “dua mil”, itu berarti ia harus berjalan sekitar 2,96 kilometer.

Percakapan tentang perjalanan 1 mil ini berhubungan dengan apa yang disebut sebagai lex talionis (tertulis dalam Perjanjian Lama  (Keluaran 21 : 24 – 25 mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak). Secara umum Israel memiliki dua jenis hukum, yaitu: hukum absolut (Dasa Titah), yang dikenal dengan hukum apodiktif, dan hukum kasuistik (macam2 ketetapan dan peraturan yang mengatur tentang kehidupan setiap hari dalam interaksi dengan orang lain dan bagaimana hidup sebagai umat Allah (Ulangan 12-26). Di antara kedua hukum inilah hukum lex talionisada.

Pada satu sisi hukum apodiktif  harus diberlakukan secara mutlak sebagai wujud dari ketundukan Israel kepada Allah, dan pada sisi yang lain ketika Israel melakukan pelanggaran maka Israel akan menjalani hukum maksimal sebagai konsekuensi dari kesalahannya (sesuai kasus). Jadi dalam hukum Lex Talionis maka hukuman yang diberikan bukanlah didasarkan pada rencana balas dendam tetapi bertujuan untuk membatasi upaya melampiaskan rasa dendam sehingga  semua orang merasa puas. Dengan demikian hukum ini menjamin nilai dan martabat hidup manusia.  (Khususnya terhadap peristiwa pembunuhan yang dilakukan secara tidak sengaja)

Jadi pada dasarnya hukum lex talionis bertujuan mencegah pembalasan yang berlebihan apalagi keinginan untuk balas dendam. Dengan demikian maka ketika Yesus bicara tentang hukum tersebut, IA memberi perspektif yang melampaui tujuan hukum lex talionis ditetapkan. Sebagai anak-anak Tuhan, maka setiap pengikutNya dituntut untuk melakukan lebih daripada yang biasa dilakukan orang lain. Kalau membalas orang yang tampar kita dengan balas menampar orang tersebut itu merupakan keadilan menurut hukum Taurat maka Tuhan Yesus minta kita untuk berbuat lebih dari pada itu. Tampar pipi kiri -> Kasi tamba pipi kanan. Yesus berpesan : “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu…” Termasuk kepada mereka yang menyuruhmu untuk berjalan sejauh satu mil… Orang Yahudi sangat membenci prilaku tentara Romawi (yang karena aturan memperbolehkan mereka)  memaksa membawa beban mereka sejauh satu mil. Bagi mereka ini merupakan bentuk penindasan. Namun Tuhan Yesus berkata : “Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” Tuhan Yesus mau mengubah situasi “pemaksaan” menjadi tindakan sukarela dengan memberi lebih dari yang diminta.

Perubahan paradigma ini melawan kecenderungan manusia yang selalu ingin memberontak dan membalas semua perlakuan jahat orang lain kepada kita. Namun Tuhan Yesus mau kita berbuat melampaui apa yang dapat dilakukan oleh manusia dengan memperlihatkan kebaikan Allah kepada siapa saja termasuk kepada orang-orang yang jahat (ay. 39 – 42) bahkan mendoakan/memberkati mereka (ay. 44). Mengapa kita diminta bukan hanya mengampuni tetapi juga memberkati ? Karena itulah nilai yang membedakan kita dengan orang-orang lain juga yang bisa mengampuni ? Mengampuni dan memberkati orang yang berbuat jahat kepada kita menunjukan kesadaran akan besarnya kasih pengampunan Bapa atas dosa-dosa kita, bahkan Ia memberkati kita dengan berlimpah2. Agak aneh kalau ada orang yang sanggup menyimpan dendam dan amarah apalagi sampai tujuh turunan namun setiap hari memberitakan  kasih dan pengampunan Allah bagi manusia.

Jika prinsip dunia adalah mengalahkan dan menguasai maka prinsip anak2 Tuhan adalah mengampuni dan menjadi berkat bagi orang lain. Karena itu, berjalan di Mil Kedua mengandaikan perolehan kedamaian dan penghiburan yang paling besar ketika seseorang mau meneladani Kristus dengan memberi melampaui apa yang bisa diberikan dan mengubah keterpaksaan menjadi kesempatan melayani dengan lebih sungguh lagi.

Aplikasi

Hari ini kita kembali bekerja di tahun 2025. Orang bilang tahun ini Indonesia tidak baik-baik saja namun dalam semangat Berjalan di Mil Keduakita terpanggil untuk tetap memberikan pelayanan yang terbaik lebih dari yang diharapkan. Motto Hospitality is Priority tetaplah harus menjadi pegangan kita sehingga kehadiran kita mengubah situasi negatif menjadi suasana yang positif. Kita bertekad untuk lebih responsif terhadap apapun yang diminta oleh pimpinan maupun dalam kerja-kerja kolaboratif.

Berjalan di Mil Keduamerupakan kesediaan bekerja bukan dengan keterpaksaan dan bertindak proaktif bukan profokatif.

Selamat menjalani pelayanan di rumah bersama ini dalam semangat kegembiraan dan sukacita. Selamat Berjalan di Mil Kedua. Amin

Pantun Penutup untuk memberi semangat bagi kita:

Baca alkitab dari Kejadian

Kalau kita jadian berarti jodoh

Mari berjalan bergandengan tangan

Hingga mencapai kehendak Almasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *