Yeremia 15:10-21 – Pdt. Ayub Tarully

LATAR BELAKANG TEKS

Yeremia terpanggil sebagai nabi pada masa pemerintahan mulai dari raja Hosea, Yoas, Yoyakhim, Yoyakhin dan Zedekia. Di tengah situasi bangsa Yehuda harus menghadapi ancaman dari Babel, Yeremia tampil menyuarakan penghukuman dari Allah bangsa itu. Itulah sebabnya para pemimpin negara dan agama menuduh Yeremia sebagai provokator dan penghilang semangat bangsa Yehuda sehinggga ia dianiaya dan dipenjarakan. Tentang akhir hidupnya, ada kemungkinan Yeremia mati di Mesir saat kelompok Yahudi yang memilih melarikan diri Mesir, pergi dengan memaksa Yeremia mengikuti mereka.

Kehidupan kenabian Yeremia berisi drama tragis tentang kejatuhan bangsa Yehuda ke tangan Babel namun tidak hanya itu. Drama hidup Yeremia dan pergumulan kenabiannya juga tragis. Drama itu terletak dalam seluruh kepribadiannya. Yeremia sendiri adalah pribadi yang berjiwa halus dan hatinya penuh kasih namun ia diutus Allah untuk mencabut dan merobohkan, meruntuhkan dan membinasakan dan mencelakakan (Yer.31:28). Ia suka damai namun ia harus berhadapan dengan saudara sebangsanya, baik raja, imam, nabi palsu, terutama nabi istana untuk menyatakan nubuatan Allah tentang keruntuhan bangsa itu. Tentu saja tugas yang diembannya menusuk hatinya namun nabi yang lemah lebut ini tidak bisa tinggal diam menghadapai fenomena bangsanya yang penuh kemelut. Di tengah pergumulan kenabiannya, Yeremia mengadakan pembicaraan dengan Tuhan perihal pergulatan pribadinya. Pembicaraan ini penuh jeritan dan sengsara hingga ia mengutuk hari dimana ia dilahirkan (Yer.15:10, 20:14).

 

KRITIK TEKS

Yeremia 15:10-21 adalah sebuah dialog antara nabi Yeremia dengan Tuhan. Nabi mengalami kemelut batiniah yang sangat hebat di tengah karya kenabiannya. Sama seperti dalam Yeremia pasal 12. Di pihak lain menghadapi keluhan Yeremia, Tuhan tidak meringankan deritanya malahan ia dicap hina dan Tuhan menuntutnya bertobat. Pertobatan itu kemudian menggiring pada ia kembali diteguhkan Tuhan dengan mengulang janji yang pernah Tuhan berikan kepada Yeremia pada waktu ia pertama kali dipanggil Tuhan. Sama seperti Hosea, penderitaan dan pengalaman nabi Yeremia merupakan simbol dan gambaran hukuman Allah terhadap kelemahan umat Israel. Sama seperti Yesus, Yeremia tersiksa dan menderita bukan karena kesalahannya tapi karena kesalahan umat manusia.

Perikop ini merupakan representasi dari seluruh pengalaman kenabian Yeremia dan dapat dibagi menjadi 4 bagian yakni :

  1. Keluhan Yeremia (Ayat 10-11)
  2. Ganjaran Tuhan atas umat pembangkang (Ayat 12-14)
  3. Permohonan dan keluh kesah nabi (Ayat 15-18
  4. Jawaban dan jaminan Tuhan kepada nabi (Ayat 19-21)

 

PESAN TEKS

  1. Umat Kristen kini berada pada masa raya minggu sengsara Kristus. Karena itu bagikanlah pengalaman kita dalam kaitan dengan sengsara Kristus!
  2. Sebagai pelayan dan hamba Tuhan seperti Yeremia, kita sering diperhadapkan dengan berbagai tantangan pelayanan yang dapat membuat kita stres, depresi dan galau batin serta mengeluh kepada Tuhan. Bagikan pengalaman itu sebagai kesaksian tentang sikap dan cara mengatasinya!
  3. Saat menghadapi tantangan pelayanan dan penderitaan batin, adakah jamiman penyertaan dan kekuatan yang kita terima dari Tuhan yang memanggil dan mengutus?

REFLEKSI

  1. Dialog kehidupan dengan Tuhan

Ada dialog yang cukup seru antara Yeremia dan Allah. Yeremia memprotes Tuhan sebab ia merasa sudah sungguh-sungguh bekerja dan ia juga telah diberi janji oleh Tuhan. Pada pasal 1 Tuhan sendiri yang menyatakan panggilan terhadap Yeremia sejak Yeremia ada dalam perut ibunya dan Tuhan berjanji memperlengkapinya maka Yeremia marah dan mempersalahkan proses kelahirannya. Yang menarik dalam dialog ini adalah ratapan dan gugatan Yeremia terhadap Tuhan tapi ini bukan tanda keputusasaan. Ratapan dan gugatan Yeremia adalah bagian dari iman sebab Yeremia tidak melepaskan imannya. Yeremia tetap mengimani bahwa Allah yang ia imani sungguh ada bersamanya di tengah pergulatan panggilan kenabiannya. Sama seperti Yesus di salib yang berteriak ‘Eloi..eloi lama sabathani’. Teriakan Yesus bukan tanda keputusasaan iman tapi tanda beriman kepada Allah. Kadang orang meratap kita melarangnya padaha itu adalah tanda iman dan diterima oleh Tuhan maka saat menghadapi ada sahabat kita yang meratap dan menggugat dalam iman, kita diingatkan tentang peran kita sebagai sahabat. Pernah ada seorang mahasiswa teologi yang menemukan adiknya meninggal di kamat dan ia pun marah kepada Tuhan. Ia langsung ditegur untuk jangan melakukan hal itu padahal Tuhan memberi ruang kepada kita untuk bercakap dengannya. Justru dalam situasi ada sahabat yang mengalami pergumulan seperti ini karena kepahitan hidupnya, ingatlah bahwa ia tidak membutuhkan nasehat dan khotbah tapi kehadiran kita bersamanya.

  1. Keluh kesah Yeremia dalam melaksanakan panggilan kenabian.

Ini adalah adegan kehidupan Yeremia yang meratap sambil mempertanyakan atau menggugat janji penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Ia merasa sudah berbuat yang terbaik tapi kemudian ia ada dalam krisis penderitaan karena tugas kenabiannya. Jaminan Tuhan yang telah Tuhan berikan mengawali panggilan Yeremia dalam Yeremia 1:18 yakni Allah akan menjadi tiang besi dan tembok tembaga, yang terkait dengan keperkasaan dan kemahakuasaan Tuhan, terasa tidak nyata sehingga Yeremia tidak lagi sanggup berdiri kokoh di tengah ancaman. Yeremiapun mempertanyakan jaminan Tuhan. Dalam krisis kehidupan karena beratnya tantangan, nabi mempertanyakan janji dan jaminan penyertaan Tuhan. Bahkan Yeremia berpikir Tuhan tidak adil. Kondisi ini kadang menjadi pergumulan kita. Di tengah krisis kehidupan yang dihayati, karena penderitaan, sering kita juga mempertanyakan kemahakuasaan dan keadilan Tuhan dalam hidup.

  1. Tuhan Selalu Meneguhkan

Ketika Yeremia berada dalam situasi seperti itu, Tuhan berbicara dan meneguhkan janji-Nya. Tuhan hadir dengan sebuah perspektif yang baru bahwa Tuhan akan tetap bersama. Sekali lagi simbol besi dan tembaga diperdengarkan kembali pada Yeremia 15:20-21 bahwa kemahakuasaan Tuhan akan dinyatakan.

  1. Kebaikan Manusia Bukan Alasan Menuntut Pada Tuhan

Kesetiaan kita pada situasi krisis kehidupan adalah bagian yang berjalan seiring dengan ketaatan kita dalam melaksanakan panggilan pelayanan dan kebaikan kita bukan hutang untuk meminta Tuhan membalas kebaikan kita. Yeremia berkata bahwa ia sudah berbuat baik tapi kemudian ia harus mengalami situasi kritis hidup karena pelayanannya.

  1. Janji Allah kekal

Janji dan penyertaan Allah dalam panggilan kenabian seseorang dan pelayanan seseorang bersifat kekal adanya. Sekalipun kita ada dalam pergumulan pelayanan namun Ia adalah Allah yang selalu bersama kita dan bertindak menyelamatkan kita untuk menolong kita.

  1. Berdoa dan menyampaikan keluhan

Siapapun manusia pasti pernah mengalami pengalaman hidup yang pahit. Berbuat baik seperti bangun sekolah juga bisa direduksi sebagai permainan busuk. Saat melakukan yang baik namun dianggap salah, langkah yang dapat diambil selain menangis di kaki mimbar gereja, kita juga dapat menghadapi  persoalan itu dengan memberi penjelasan yang tepat. Pendekatan pastoral mesti dilaksanakan ketika berhadapan dengan persoalan pelayanan. Pastoral yang penuh kasih memungkinkan terbukanya ruang untuk membagi keluhan dan persoalan pelayanan. Dan pada akhirnya yang benar tetap akan benar. Kadang kita sudah pindah baru terlihat hasilnya. Memang sesuatu yang baik dan benar mungkin tidak kita alami dalam waktu yang singkat tapi dalam proses perjalanan waktu, Tuhan akan menguhkan janjiNya bahwa kebenaran dan kebaikan kita lakukan dapat dinikmati banyak orang.

  1. Perlu Pertobatan Terus-Menerus

Tidak ada manusia yang tidak berdosa. Kita mesti belajar bahwa kadang sebagai nabi kita mengira ia tidak berdosa lagi padahal seorang nabi tetap perlu melakukan auto kritik. Menjadi penyambung lidah Allah menempatkan diri setiap orang untuk terus-menerus melakukan koreksi dan kritik pada dirinya sendiri apakah ia sudah menjadi penyambung lidah yang benar atau belum sebab setiap orang tidak pernah 100 % benar maka setiap kita perlu kritis terhadap diri. Sang nabi dituntut Tuhan agar setiap saat ia ada dalam proses pertobatan. Hanya dengan begitu kita bisa menjaga kekudusan dan kemurnian pelayanan serta menerima janji-Nya. Semua kebenaran kita terbatas dan harus selalu terbuka untuk dikritik

Hasil PA di Kantor Sinode GMIT pada Sabtu, 19 Maret 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *