KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Pernah menjadi primadona di masanya, sumbangsih sekolah-sekolah milik Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) di NTT, tercatat dalam sejarah.
Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, bahkan mengaku sebagai saksi mata dari kejayaan sekolah GMIT di masa kecilnya.
“Kita pernah punya kebanggan tentang pendidikan GMIT. Saya pernah mengalami bagaimana hebatnya sekolah-sekolah ini di Semau. Saya dulu sekolah di SD Negeri Otan, di Semau. Kalau kami bertemu sekolah dari Yupenkris, (Yayasan Pendidikan Kristen, red.) dipastikan sekolah negeri kalah. Karena begitu hebatnya pendeta-pendeta mengajar. Tetapi itu (kisah masa lalu, red.)di Semau tahun itu,” ungkap Laiskodat saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Konsultasi Gereja, Pendidikan dan Konven Kepala Sekolah GMIT yang diselenggarakan Majelis Sinode (MS) GMIT, Minggu, (24/2) di Jemaat GMIT Paulus Kupang.
Melalui fakta sejarah itu, menurut Gubernur NTT, GMIT harus bangkit dan serius membenahi sekolah-sekolah GMIT.
“Sebagai Gubernur saya ingin melihat karakter-karakter Kristus yang tumbuh dalam GMIT melalui pendidikan dari TK, SD, SMP dan SMA. Soal berapa uang, itu jangan ditanya. Saya pastikan kalau kita duduk bersama, berapa potensi GMIT, para pendeta, bupati TTS, Rote-Ndao, Sabu-Raijua, Alor, Kupang, dan Kota Kupang, dan saya sebagai gubernur. Jadi mari kita membangun, kalau GMIT bertumbuh maka pemerintah bertumbuh,” kata Laiskodat.
Sebagai bukti komitmennya, ia mengatakan telah mengutus dua orang professor yakni Prof. Willi Toisuta, Ph.D dan Prof. Daniel Kameo, Ph.D, membantu menyusun grand design pendidikan GMIT.
“Saya sudah minta Prof. Willi dan Prof. Daniel Kameo untuk mendesain grand desain pendidikan GMIT. Saya hanya minta satu Mama Mery, (Pdt. Dr. Mery Kolimon, red.) setelah grand desain selesai, tunjukan kepada gubernur, siapa orang yang akan memberikan dirinya, hatinya dan hartanya untuk pendidikan GMIT. Saya minta satu saja. Tidak usah banyak,” tantang Gubernur.
Ketua MS GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon pada kesempatan yang sama menyampaikan terima kasih kepada Ketua Panitia Drs. Alex Ena, pemerintah daerah, dan semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan ini.
Ia juga menegaskan bahwa kunci utama membuka keterpurukan NTT menuju NTT sejahtera adalah melalui pendidikan.
“Kami punya keyakinan kalau hari ini tingkat kelulusan terendah ada di NTT, isu stunting, kematian ibu dan anak, korban perdagangan orang tertinggi, maka menurut kami, pintu pertama yang harus dibuka adalah pendidikan. NTT akan lebih baik kalau kita serius dengan pendidikan.”
Oleh karena itu, kata Pdt. Mery, konven kepala sekolah yang pertama kali diadakan ini, akan menjadi momentum bersejarah bagi GMIT. Kendati langkah pembenahan tersebut tidak mudah namun ia sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan Yesus yang bangkit sanggup menggulingkan beban yang maha berat itu.
“Saya berdoa kepada Tuhan, seperti para murid dan perempuan-perempuan yang pergi ke kubur Yesus pagi-pagi buta dan bertanya, “Tuhan siapakah yang akan menggulingkan batu itu, siapkah yang akan menggulingkan batu itu bagi NTT? Bukan kekuatan kita, melainkan Allah sendiri akan menggulingkan batu itu. Allah memanggil kita untuk menggulingkan batu itu agar kita berjumpa Yesus yang bangkit, yang membangkitkan kita semua, membangkitkan sekolah-sekolah kita,” ujar Pdt. Mery berefleksi.
Konven berlangsung selama empat hari bertempat di Gedung Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi NTT. Ketua MS GMIT berharap para peserta sungguh-sungguh memberi pikiran dan mencari hikmat Tuhan demi perbaikan pendidikan GMIT. Pada acara pembukaan ini, MS GMIT juga meluncurkan data base pendidikan GMIT.
Kebaktian pembukaan kegiatan Konsultasi-Gereja dan Konven Kepala Sekolah GMIT dipimpin Pdt. Dr. Wilfrid Ruku, Dosen Fakultas Teologi-UKAW Kupang. (Khotbah kebaktian pembukaan baca di http://sinodegmit.or.id/khotbah-minggu-24-februari-2019/)