PENDAHULUAN
www.sinodegmit.or.id, Jemaat Kupang atau yang sekarang dikenal sebagai Jemaat GMIT Kota Kupang adalah jemaat Protestan tertua di Nusa Tenggara Timur. Sejarah jemaat ini bisa ditelusuri hingga masa-masa awal Portugis di Nusantara (tahun 1500-an). Sebagai salah satu jemaat tua di NTT, tentu GMIT Kota Kupang kaya akan ihwal-ihwal historis yang darinya dapat kita pelajari.
Akhir-akhir ini Jemaat GMIT Kota Kupang sedang berada pada masa-masa yang bisa disebut sebagai pra-perayaan ulang tahun. Berbagai acara, lomba, serta kegiatan dilaksanakan untuk memperingati ulang tahun jemaat yang katanya mencapai usia 408 tahun pada Agustus mendatang. Akan tetapi benarkah bahwa usia Jemaat GMIT Kota Kupang pada tahun 2022 mencapai 408 tahun? Dan benarkah ulang tahunnya jatuh pada bulan Agusuts?
Dalam seminar pertama dan kedua terkait penulisan buku sejarah GMIT Kota Kupang disepakati bahwa ulang tahun jemaat ini jatuh pada tanggal 13 Agustus. Pemilihan tanggal ini dilandaskan pada surat dari Crijn Raembruch, seorang oppercoopman di Solor tertanggal 13 Agusutus 1614, yang katanya dalam surat tersebut dinyatakan bahwa Matthias van den Broeck – pendeta Protestan pertama di NTT – sudah berbicara dengan Ama Pono I, yang pada waktu itu menjabat sebagai Raja Kupang, mengenai perpindahannya menjadi penganut agama Kristen (Protestan). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilihan ulang tahun jemaat GMIT Kota Kupang pada tanggal 13 Agustus didasarkan pada bukti mengenai adanya kemauan sang Raja Kupang menjadi Kristen (Protestan).
Berdasarkan bukti sejarah, penentuan tanggal 13 Agustus menjadi hari lahir Jemaat Kota Kupang tidaklah memiliki dasar yang kuat bahkan bisa dikatakan keliru. Alasan utamanya adalah bahwa dalam surat Crijn Raembruch tertanggal 13 Agustus 1614 sama sekali tidak menyebutkan adanya percakapan antara Matthias van den Broeck. Bahkan dalam surat tersebut kata “Timor” hanya disebutkan sebanyak tiga kali, sementara itu kata “Kupang” dan “Matthisj/Matthias van den Broeck” tidak sebutkan sama sekali.[1]
Sejumlah tulisan – yang nantinya dikutip oleh tim penyusun sejarah gereja GMIT Kota Kupang – menyebutkan bahwa pada tanggal 13 Agustus terdapat surat dari Crijn Raembruch yang menyatakan bahwa Matthias van den Broeck sudah berbicara dengan raja Kupang mengenai perpindahannya ke agama Kristen. Tulisan pertama terdapat dalam catatan kaki nomor 1 pada buku Archief voor de Geschiedenis der Oude Hollandsche Zending (halaman 38). Yang perlu diingat adalah bahwa buku Archief voor de Geschiedenis der Oude Hollandsche Zending (Arsip Sejarah Kuno Misi Belanda) merupakan kumpulan kutipan-kutipan surat pada sejak masa VOC. Dalam kutipan surat-surat tersebut para editor kemudian menambahkan berbagai macam informasi yang tertuang dalam catatan kaki. Catatan kaki yang saya sebutkan di atas merupakan tambahan dari editor dan karena itu merupakan sumber sekunder.[2] Hal yang sama juga berlaku bagi tulisan W.F. Breijer dalam majalah De Timor Bode. Breijer tidak merujuk pada sumber primer ketika menyebutkan bahwa pada Agustus 1614 Matthias van den Broeck telah berbicara dengan Raja Kupang.[3]
Apa yang mau saya perlihatkan di sini adalah bahwa informasi terkait percakapan Matthias van den Broeck dan Raja Kupang sebagaima terdapat dalam kedua tulisan tersebut adalah hal yang keliru dan karena itu tidak bisa dijadikan acuan. Bisa jadi kedua penulis sebelumnya tidak melakukan penelusuran lebih jauh hingga kepada sumber asli dan hanya menerima apa yang telah ada. Dalam salinan utuh surat Crijn Raembruch tertanggal 13 Agusustus 1614 sama sekali tidak terdapat informasi mengenai percakapan antara van den Broeck dengan Raja Kupang. Bahkan dalam surat yang panjang tersebut kata “Timor” disebutkan hanya tiga kali, sedangkan kata “Kupang” atau “Matthijs/Matthias van den Broeck” tidak disebutkan sama sekali.
Jika demikian, maka kapan tepatnya hari ulang tahun Jemaat GMIT Kota Kupang? Pertanyaan inilah yang coba saya jawab dalam tulisan ini. Tulisan ini dibuat untuk memberikan penjelasan, klarifikasi, serta tawaran mengenai kapan sebaiknya ulang tahun Jemaat GMIT Kota Kupang dirayakan. Dalam tulisan ini, saya akan menawarkan beberapa opsi yang dapat dipilih oleh Majelis Jemaat Kota Kupang. Tentu saja setiap opsi memiliki dasar dan dapat dipertanggungjawabkan. Saya pun memiliki pilihan saya sendiri dan akan juga disampaikan di bagian akhir tulisan ini.
BEBERAPA INDIKATOR PENENTUAN HARI LAHIR/BERDIRINYA GEREJA
Dalam disiplin ilmu sejarah gereja, terdapat beberapa peristiwa penting yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan hari lahirnya suatu jemaat lokal atau gereja secara sinodal. Ada jemaat yang menjadikan peristiwa kebaktian pertama sebagai hari ulang tahunnya dan ada juga yang menjadikan peristiwa pembaptisan pertama sebagai hari ulang tahunnya. Setiap gereja, baik pada tingkatan lokal maupun sinodal, tentu memiliki pendasarannya masing-masing mengapa mereka mau memilih suatu tanggal sebagai hari ulang tahun ketimbang tanggal yang lain.
Ivan R. B. Kauanang, dalam makalahnya “Menulis Sejarah Jemaat/Gereja”, menyebutkan sejumlah peristiwa penting yang dapat digunakan sebagai acuan penentuan hari lahirnya gereja adalah: (1) Kapan Injil pertama kali diberitakan, (2) kapan berlangsungnya pembaptisan pertama, (3) kapan berlangsungnya kebaktian pertama, dan (4) kapan majelis jemaat pertama kali terbentuk. Sejalan dengan itu, dalam tulisannya The availability of archives for church history in Indonesia, Yusak Soleiman menyebutkan setidaknya ada tiga peristiwa yakni (1) kapan pembaptisan pertama kali terjadi, (2) kapan kebaktian pertama kali berlangsung, dan (3) kapan suatu gereja melembaga (menjadi insitusi) secara resmi.[4]
Berdasarkan penjelasan kedua sejarawan tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa setidaknya terdapat lima peristiwa penting yang dapat dijadikan sebagai acuan atau penanda lahirnya suatu gereja (lokal ataupun sinodal). Kelima peristiwa tersebut adalah (1) Kapan Injil pertama kali diberitakan, (2) kapan kebaktian pertama berlangsung, (3) kapan baptisan pertama terjadi, (4) kapan majelis jemaat pertama terbentuk, (5) kapan jemaat melembaga. Sekarang marilah kita coba untuk menentukan ulang tahun Jemaat GMIT Kota Kupang berdasarkan lima peristiwa di atas.
Injil pertama kali diberitakan
Apabila penentuan ulang tahun atau hari lahirnya jemaat GMIT Kota Kupang dihitung sejak kapan Injil pertama kali diberitakan, maka sudah pasti hari ulang tahun GMIT Kota Kupang jatuh sebelum tahun 1613. Pasalnya, Injil sudah mulai diberitakan oleh para misionaris Katolik di wilayah Timor (termasuk Kupang) jauh sebelum tahun 1613. Catatan yang diberikan oleh Adolf Heuken SJ menyebutkan bahwa pada tahun 1560-an Uskup Malaka, Jorge de S. Luzia OP, sudah mulai mengupayakan supaya jalannya misi katolik di wilayah Timor dan Solor lebih terorganisir. Menegaskan pengakuan Jorge de Luzia sebagaimana dikutip oleh Adolf Heuken, Appollonius Scotte – komandan VOC yang merebut benteng Solor – menyebutkan bahwa ketika VOC pertama kali tiba di Kupang pada 1613, sudah terdapat orang-orang Kristen (Katolik) berkulit putih (orang Portugis) dan orang-orang Kristen berkulit hitam. Raja Kupang pun bahkan sudah memiliki sedikit pengetahuan tentang agama Kristen. Pengetahuan ini ia peroleh dari misionaris Katolik.[5]
Kedua informasi tersebut menegaskan bahwa pekabaran Injil di Kupang sudah berlangsung sebelum tahun 1613 (tahun kedatangan VOC di Kupang). Oleh karena itu, apabila Majelis Jemaat GMIT Kota Kupang ingin mengacu pada kapan pertama kali Injil diberitakan sebagai dasar penetapan ulang tahun jemaat, maka perlu dilakukan lagi sebuah studi yang lebih mendalam. Sebab, informasi tentang kapan tepatnya Injil diberitakan di Kupang pada masa Portugis juga tidak begitu jelas. Adapun bila menggunakan pendekatan ini maka artinya sejarah Jemaat GMIT Kota Kupang tidak hanya dilihat sebagai sejarah gereja Protestan, namun juga sejarah gereja Katolik.
Kebaktian pertama kali berlangsung
Sudah disebutkan bahwa kekristenan yang pertama kali tiba di Kupang adalah Kristen Katolik. Oleh karena pekabaran Injil sudah berlangsung, maka dapat disimpulkan pula bahwa kebaktian pertama (menurut tata cara gereja Katolik) juga sudah berlangsung. Akan tetapi, bagaimana jika yang ingin dipakai sebagai acuan adalah kebaktian pertama menurut tata cara gereja Protestan? Apabila kebaktian pertama yang dimaksud adalah sesuai dengan tata cara gereja Protestan, maka hal tersebut juga menimbulkan kendala, sebab hingga saat ini tidak terdapat informasi yang jelas dan mendetail mengenai bilamanakah kebaktian menurut tata cara gereja Protestan berlangsung di Kupang. Sejauh ini kita hanya memiliki informasi bahwa Matthias van den Broeck – pendeta Protestan pertama – tiba di Kupang pada bulan Mei atau setelah bulan Mei 1614.[6] Itu pun tidak disertai informasi yang jauh lebih rinci. Jika ingin agar penetapan hari ulang tahun Jemaat GMIT Kota Kupang berdasarkan kapan pertama kali kebaktian berlangsung, maka sekali lagi sebuah studi mendalam perlu dilakukan. Dalam pandangan saya, kecil kemungkinan bahwa surat-surat dari masa VOC akan memberikan informasi terperinci terkait kapan kebaktian pertama dilangsungkan dan karenanya ini tidak bisa dijadikan acuan hari ulang tahun jemaat. Walau demikian, sebuah upaya penggalian mendalam tidak salah juga untuk dilakukan.
Baptisan pertama kali dilayankan
Tentu yang dimaksud dengan baptisan di sini adalah baptisan berdasarkan tradisi gereja Protestan. Jika demikian, maka pertanyaannya adalah kapankah baptisan – yang dilakukan dalam lingkungan gereja Protestan – terjadi? Sudah disebutkan bahwa Matthias van den Broeck merupakan pendeta Protestan pertama yang melayani di Jemaat Kupang (sekarang GMIT Kota Kupang). Sayang sekali, informasi mengenai pelayanannya hingga saat ini sangat sulit diakses sehingga tidak diketahui secara pasti pula apakah Matthias van den Broeck sempat melakukan baptisan di Kupang atau tidak. Memang benar jika dilihat dari lamanya waktu melayani, yakni dari tahun 1614 hingga 1615, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa selama di Kupang van den Broeck juga melayankan sakramen baptisan. Akan tetapi sekali lagi perlu diingat bahwa itu hanya bersifat kemungkinan. Ketiadaan data yang memadai membuat kita hanya dapat sampai pada kemungkinan. Kemungkinan bahwa van den Broeck melakukan baptisan sama besarnya dengan kemungkinan ia tidak melakukannya. Oleh karena itu, kita harus mengabaikan periode pelayanan van den Broeck sampai bukti baru ditemukan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kita harus melihat karya-karya pelayanan para pendeta setelah van den Broeck untuk mengetahui kapan baptisan pertama atau setidak-tidaknya baptisan pertama yang terdokumentasikan, berlangsung. Untuk yang satu ini kita sangat ditolong oleh informasi dalam Surat Majelis Jemaat Batavia tertanggal 31 Januari 1674. Dalam surat ini disebutkan bahwa ketika Cornelis Keijzerskind ditempatkan di Kupang sebagai pendeta tetap pada tahun 1670, ia menemukan bahwa di Kupang sudah terdapat sepuluh anggota sidi. Di Kupang juga ia tercatat menahbiskan lagi sembilan anggota sidi serta membaptis empat puluh orang. Delapan belas di antaranya adalah anak-anak sedangkan sisanya merupakan orang dewasa. Satu hal yang pasti adalah bahwa kesepuluh anggota sidi tersebut tidak mungkin menjadi anggota sidi tanpa terlebih dahulu dibaptis. Karena itu, dengan mengetahui rincian informasi pembaptisan mereka, maka kita bisa mendapat informasi tentang baptisan pertama.[7]
Pertanyaan yang sekarang muncul adalah: bagaimanakah di Kupang bisa terdapat sepuluh anggota sidi ketika kedatangan Cornelis Keijzerskind? Apakah mereka merupakan buah dari pelayanan van den Broeck? Tampaknya itu tidak mungkin. Van den Broeck meninggalkan Kupang pada tahun 1615 dan rentan waktu antara kepergiannya hingga kedatangan Keijzerskind adalah 55 tahun. Jika mereka benar bahwa kesepuluh anggota sidi tersebut merupakan buah dari pelayanan van den Broeck, maka tentu ketika ditahbiskan menjadi anggota sidi mereka sudah mencapai umur remaja atau dewasa sebab tidak mungkin tahbisan sidi berlangsung terhadap anak-anak. Atas dasar pemikiran itu, maka kita dapat mengandaikan – tentu dengan bertanggung jawab – bahwa usia mereka ketika ditahbiskan menjadi anggota sidi adalah berkisar antara 15 – 17 tahun. Jika usia tersebut ditambahkan dengan 55 tahun (rentan kepergian van den Broeck dan kedatangan Keijzerskind), maka rata-rata usia dari kesepuluh orang tersebut adalah 70 hingga 72 tahun. Kemungkinan ini tampaknya cukup jauh dari kenyataan.
Jika demikan, maka bilamanakah sudah terdapat 10 orang anggota sidi pada tahun 1670? Untuk mengetahui jawabannya kita ditolong oleh keterangan yang diberikan C. A. L. van Troostenburg de Bruijn dalam bukunya Biographisch Woordenboek van Oost-Indische Predikanten. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa dua tahun sebelum kedatangan Cornelis Keijzerskind (atau tahun 1668), VOC terlebih dahulu mengutus seorang pendeta pengunjung ke Timor. Dia adalah Gerardus Sem. Gerardus Sem pertama kali tiba di Batavia pada 24 September 1668 dan dari sana ia pertama kali langsung mengunjungi Timor (Kupang). Jika demikian, maka kunjungan Gerardus Sem ke Kupang terjadi antara Oktober hingga Desember 1668.[8]
Persoalan sekali lagi muncul di sini sebab sekalipun kita sudah mengetahui bahwa Gerardus Sem yang membaptis mereka – dan juga menahbiskan sebagai anggota sidi – namun informasi secara detail tentang pembaptisan tersebut tidak tersedia. Tanggal berapa baptisan berlangsung? Di mana baptisan berlangsung? Bagaimana baptisan berlangsung? Terhadap semua pertanyaan itu kita tidak memiliki informasi yang jelas. Oleh karena itu, menurut saya untuk saat ini penetapan ulang tahun jemaat GMIT Kota Kupang tidak bisa mengacu pada tanggal pembaptisan pertama. Kalau pun memang Majelis Jemaat Kota Kupang menghendakinya, maka studi lanjutan sangat perlu dilakukan.
Majelis Jemaat Pertama Kali Terbentuk
Tidak diketahui dengan pasti kapan Majelis Jemaat Kupang terbentuk. Informasi sejauh ini yang bisa ditemukan terdapat dalam surat Majelis Jemaat Batavia (Kerkeraad te Batavia) tertanggal 27 November 1702 sebagaimana dimuat kembali dalam Arsip Sejarah Misi Belanda Kuno (Archief voor de Geschiedenis der Oude Hollandsche Zending) pada tahun 1884. Dalam dokumen ini memang tidak disebutkan secara resmi soal pembentukan majelis jemaat, tetapi di situ tertulis bahwa di Kupang sudah terdapat satu penatua dan dua orang diaken. Sejauh ini, dokumen tersebut menjadi dokumen tertua yang menginformasikan adanya majelis jemaat di Kupang yang ditandai dengan adanya penatua dan diaken.
Informasi-informasi yang lebih tua tentang sejarah Jemaat Kota Kupang tidak menyebutkan adanya penatua ataupun diaken. Karena itu, bisa disimpulkan bahwa Majelis Jemaat Kupang terbentuk sekitar tahun 1702. Persoalan lain adalah kapan tepatnya kemajelisan tersebut dibentuk? Sekali lagi mengetahui hal tersebut perlu dilakukan kajian lebih jauh. Meski demikian kita ditolong dengan adanya fakta bahwa pada tahun-tahun tersebut yang melayani di Jemaat Kupang adalah Paulus Coupang (guru jemaat) dan Gijsbert Treffiers (penghibur orang sakit). Oleh karena itu, untuk mengetahui kapan tepatnya Majelis Jemaat Kupang dibentuk, maka Majelis Jemaat GMIT Kota Kupang harus membaca surat-surat atau laporan-laporan yang ditulis oleh kedua orang tersebut.
Jemaat Melembaga
Acuan ini merupakan yang paling mudah untuk ditelusuri sebab Jemaat Kota Kupang ikut melembaga secara otomatis ketika GMIT juga melembaga pada tahun 1947.
MENCARI ALTERNATIF LAIN
Sudah diperlihatkan di atas bahwa ulang tahun Jemaat Kota Kupang belum bisa mengacu pada peristiwa-peristiwa penting tersebut. Persoalannya terletak pada kurangnya data yang tersedia hingga hari ini. Lantas apakah memang harus terpaku kepada lima peristiwa tersebut atau bisakah kita mencari aternatif lain. Menurut saya, kita bisa mencari alternatif lain (peristiwa penting lainnya selain kelima peristiwa di atas) yang dengannya menjadi acuan ulang tahun Jemaat GMIT Kota Kupang. Kita bisa mencari alternatif peristiwa penting lainnya yang dengannya bisa dijadikan acuan perayaan hari ulang tahun Jemaat GMIT Kota Kupang. Sebelum masuk kepada pembahasan terkait alternatif peristiwa penting lainnya, saya terlebih dahulu ingin memberikan beberapa catatan.
Patut diingat bahwa sejarah Jemaat GMIT Kota Kupang bukanlah hanya sebuah sejarah jemaat lokal, melainkan juga bagian dari sejarah yang lebih luas, yakni sejarah gereja Protestan di Keresidenan Timor. Setiap orang yang ingin membahas sejarah gereja Protestan di Keresidenan Timor, haruslah membahas juga sejarah Jemaat GMIT Kota Kupang. Dengan menempatkan sejarah GMIT Kota Kupang dalam konteks yang lebih besar, maka ini akan memudahkan kita untuk melihat adanya alternatif lain terkait penetapan ulang tahun jemaat tersebut.
Menarik untuk diperhatikan bahwa banyak sejarawan yang membedakan (tanpa memisahkan) antara sejarah Gereja Katolik dan sejarah Gereja Protestan. Sejarah Gereja Protestan memang berakar juga dalam sejarah Gereja Katolik (tidak terpisah), namun sejarah Gereja Protestan tidaklah sama dengan sejarah Gereja Katolik (berbeda). Dalam konteks Indonesia, banyak Gereja-Gereja Protestan yang mengakui bahwa sejarahnya memang berakar hingga masa pekabaran Injil yang dilakukan misionaris-misionaris Katolik (tidak terpisah). Kendati demikian, ada juga yang memang secara sengaja membatasi sejarah mereka hanya sejak VOC – yang membawa Gereja Protestan – tiba diwilayahnya. Sejumlah penulis yang membahas tentang sejarah Gereja-Gereja Protestan tertentu di Indonesia juga memperlihatkan ini. Dalam tulisanya, mereka mengakui bahwa sejarah gereja Protestan memiliki akar hingga masa Portugis – Katolik (tidak terpisah), kendati demikian bobot penulisan lebih banyak difokuskan sejak awal kedatangan VOC. Kalau pun mereka membahas kehidupan hingga sejarah gereja Katolik, maka pembahasan tersebut juga ditampilkan secara umum (tidak mendetail).[9] Sejumlah penulis bahkan secara tegas tidak menyinggung sama sekali sejarah Gereja Katolik yang nantinya juga menjadi bagian dari sejarah Gereja Protestan. Ini memperlihatkan bahwa mereka juga melakukan pembedaan antara sejarah Gereja Katolik dan sejarah Protestan di Indonesia.[10]
Apa yang coba saya perlihatkan dan kemukakan di sini adalah bahwa penetapan ulang tahun suatu jemaat/gereja Protestan bisa juga dihitung sejak pertama kali gereja tersebut diperkenalkan di suatu wilayah. Oleh karena itu, ulang tahun Jemaat GMIT Kota Kupang sesungguhnya bisa dihitung sejak kapan pertama kali gereja Protestan diperkenalkan di Kupang.
Kalau begitu sekarang pertanyaan kuncinya adalah “kapan Gereja Protestan pertama kali diperkenalkan di Kupang?”. Dalam suratnya tertanggal 5 Juli 1613, Appollonius Scotte menyebutkan bahwa pada bulan Maret 1613 Armada VOC tiba di Timor untuk pertama kalinya. Pada waktu itu Willem Jacobs ditugaskan oleh Appollonius Scotte untuk memimpin armada ini. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk merebut Kupang dari Portugis serta mengusir mereka dari wilayah tersebut. Penting untuk dicatat bahwa selama berada di Kupang, Willem Jacobs beserta sejumlah pegawai VOC lainnya tidak hanya menjalankan tugas yang diberikan dengan baik, namun juga menjadi pihak yang untuk pertama kalinya memperkenalkan gereja Protestan kepada penduduk Kupang. Ama Pono I, Raja Kupang pada waktu itu bahkan menyatakan kesediaannya untuk menjadi anggota gereja Protestan. Ia juga menjanjikan VOC sebidang tanah yang dapat digunakan untuk membangun sebuah benteng.[11] Berikut adalah kutipan asli dari surat Appollonius Scotte serta terjemahan bebas yang telah saya buat.
Op Tymor sijn verscheyden Coningen; met eenige van dien heeft ons volck gesproecken… Onder anderen eenen coninck van Coupan, presenteert sijn landt om een fort te maecken, ende is ghewillich om met alle sijn volck Christen te worden, gelijck hij bij onse compste aen de Portegijsen belooft hadde.[12]
Di Timor ada beberapa Raja yang dengan mereka beberapa dari orang-orang kami telah berbicara… Raja Kupang mempersembahkan tanahnya untuk dibangun benteng serta bersedia menjadi Kristen (Protestan) beserta seluruh rakyatnya seperti yang dia janjikan dahulu kepada Portugis.
Berdasarkan kutipan tersebut terlihat jelas bahwa perkenalan Gereja Protestan kepada raja Kupang sudah dilakukan oleh William Jacobs dan rekan-rekannya. Itulah sebabnya mengapa raja Kupang mau menjadi anggota Gereja Protestan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tahun 1613 merupakan tahun lahirnya Jemaat GMIT Kota Kupang sebab pada tahun tersebutlah Gereja Protestan pertama kali diperkenalkan di Kupang. Lalu kemudian bagaimana dengan penanggalan? Tanggal berapa tepatnya Willem Jacobs serta rekan-rekannya memperkenalkan Gereja Protestan. Sayang sekali, informasi ini tidak tersedia. Appollonius Scotte yang menulis selang beberapa bulan sejak peristiwa tersebut pun tidak memberikan informasi yang detail. Kendati demikian, saya memiliki sebuah usulan. Usul saya adalah bahwa perayaan hari ulang tahun Jemaat GMIT Kota Kupang jatuh pada tanggal 5 Juli. Mengapa tanggal 5 Juli, sebab informasi tertua mengenai pertama kali diperkenalkannya gereja Protestan di Kupang terdapat dalam surat Appollonius Scotte tertanggal 5 Juli 1613. Karena itu tanggal 5 Juli merupakan tanggal yang cocok. Walau begitu tetap harus menjadi catatan bahwa kunjungan Willem Jacobs terjadi pada bulan Maret 1613.
Satu catatan tambahan
Saya menemukan kesan yang kuat bahwa pemilihan tahun 1614 sebagai tahun lahirnya Jemaat GMIT Kota Kupang didasarkan pada fakta bahwa pendeta pertama (Matthias van den Broeck) mulai melayani pada tahun tersebut. Pandangan seperti ini tampaknya juga patut dikritisi sebab sejarah suatu jemaat seakan-akan hanya dimulai ketika seorang pendeta mulai melayani. Akibatnya, sejarah jemaat akhirnya hanya terpusat pada pendeta atau misionaris saja (pendeta atau misionaris sentris). Padahal dalam kenyataannya, banyak jemaat yang justru terbentuk dengan tiada bimbingan dari pendeta. Di Rote dan Sabu, sejarah gereja Protestan tidak dimulai dari kehadiran seorang pendeta. Hal yang sama juga terjadi di Baumata. Jemaat yang sekarang dikenal sebagai GMIT Imanuel Baumata lahir sebagai akibat dari pelayanan seorang guru lokal bernama Paulus Molle.[13]
PENUTUP
Jemaat GMIT Kota Kupang memiliki akar sejarah yang sangat panjang. Sebagai Gereja Protestan tertua di NTT yang masih terus hidup hingga hari ini, pengajian historis perlu selalu dilakukan. Kita telah melihat bahwa terdapat enam opsi yang ditawarkan untuk menjadi acuan penetapan ulang tahun Jemaat GMIT Kota Kupang. Saya sendiri memilih opsi yang terakhir. Walau demikian, Majelis Jemaat Kota Kupang dapat mengambil kebijakan yang berbeda tetapi tetap dengan mengedepankan analisis serta pertimbangan-pertimbangan ilmiah dan logis.
Selamat merayakan cinta kasih Allah selama 409 tahun kepada Jemaat Kota Kupang.
DAFTAR PUSATAKA
Adriaan van de Velde Brief’s van 1 Mei 1614 dalam P. A. Tiele, De Opkomst van Het Nederlandsch Gezag in Oost-Indie. ‘S Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1886.
Appollonius Scotte Brief’s van 5 Juli 1613 dalam P. A. Tiele, De Opkomst van Het Nederlandsch Gezag in Oost-Indie. ‘S Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1886.
Archief voor de Geschiedenis der Oude Hollandsche Zending: V. De Molluken 1603-1624.Utrecht, C. Van Bentum, 1890.
Breijer, “Satu dua hal mengenai sejarah zending di Timor” dalam Kupang Punya Carita. penyunting dan penerjemah Ebenhazer Nuban Timor. Salatiga: Satya Wacana Press, 2017.
Crijn Raembruch brief’s van 13 August 1614 dalam P. A. Tiele, De Opkomst van Het Nederlandsch Gezag in Oost-Indie. ‘S Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1886.
de Bruijn, C. A. L. van Troostenburg. Biographisch Woordenboek van Oost-Indische Predikanten. Nijmegen: P. J. Milborn, 1893.
Djara Wellem, Frederiek. Sejarah Gereja Masehi Injili di Timor. Jakarta: Permata Aksara, 2011.
Heuken, SJ, Adolf., “The Solor-Timor Mission, 1562–1800” dalam A History of Christianity in Indonesia (ed) Jan Sihar Aritonang and Karel Steenbrink. Leiden: Brill, 2008.
Kaunang, Ivan R. B. Menulis Sejarah Jemaat/Gereja: Pengantar pelatihan penulisan sejarah Jemaat di lingkungan GMIM, h. 4. Makalah ini dipresentasikan dalam Workshop Penulisan Sejarah Jemaat dan Kearsipan Gereja yang berlangsug sejak 10-14 Februari 2020.
Kerkeraad te Batavia Brief’s van 31 Januarij 1674 dalam Archief voor de Geschiedenis der Oude Hollandsche Zending: Aanteekeningen uit de Acta der Provinciale Synoden van Noord-Holland. Utrecht: C. Van Bentum, 1884.
Locher, G. P. H. Tata Gereja Protestan di Indonesia: suatu sumbangan pikiran mengenai sejarah dan asas-asasnya.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Nederlandsch Zendeling-Genootschap, Maanberigten voorgelezen op de maandelijksche bedestonden van het Nederlansch Zendeling-Genootschap 1891.Rotterdam: M. Wijt & Zonen, 1891.
Soleiman,Yusak. The availability of Archives for Church History in Indonesia. Utrecht: Tidak dipublikasikan, 2010.
[1] Crijn Raembruch brief’s van 13 August 1614 dalam P. A. Tiele, De Opkomst van Het Nederlandsch Gezag in Oost-Indie (‘S Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1886), h. 97-101. Perlu untuk diingat bahwa dalam buku ini P. A. Tiele menyajikan isi surat-surat dari awal tahun 1613 hingga 1615 secara keseluruhan tanpa melakukan perubahan. Bahkan tulisannya masih menggunakan bahasa Belanda kuno. Karena itu, apa yang tertera dalam buku P. A. Tiele sama dengan apa yang ada pada surat Crijn Raembruch tertanggal 13 Agustus 1614
[2] Archief voor de Geschiedenis der Oude Hollandsche Zending: V. De Molluken 1603-1624(Utrecht, C. Van Bentum, 1890), h. 38.
[3] Breijer, “Satu dua hal mengenai sejarah zending di Timor” dalam Kupang Punya Carita. penyunting dan penerjemah Ebenhazer Nuban Timor (Salatiga: Satya Wacana Press, 2017), h. 15
[4] Ivan R. B. Kaunang, Menulis Sejarah Jemaat/Gereja: Pengantar pelatihan penulisan sejarah Jemaat di lingkungan GMIM, h. 4. Makalah ini dipresentasikan dalam Workshop Penulisan Sejarah Jemaat dan Kearsipan Gereja yang berlangsug sejak 10-14 Februari 2020; Yusak Soleiman, The availability of Archives for Church History in Indonesia (Utrecht: Tidak dipublikasikan, 2010), h. 1.
[5] Adolf Heuken, SJ., “The Solor-Timor Mission, 1562–1800” dalam A History of Christianity in Indonesia (ed) Jan Sihar Aritonang and Karel Steenbrink (Leiden: Brill, 2008), h. 74; Appollonius Scotte Brief’s van 5 Juli 1613 dalam P. A. Tiele, De Opkomst van Het Nederlandsch Gezag in Oost-Indie (‘S Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1886), h. 17; Adriaan van de Velde Brief’s van 1 Mei 1614 dalam P. A. Tiele, De Opkomst van Het Nederlandsch Gezag in Oost-Indie (‘S Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1886), h. 93.
[6] Dalam suratnya tertanggal 1 Mei 1614, Adriaan van der Velde menginformasikan bahwa Matthias van den Broeck masih berada di Solor dan ia sudah direncanakan untuk dipindahkan ke Kupang. Lihat Van der Velde Brief’s van 1 Mei 1614, h. 93;
[7] Kerkeraad te Batavia Brief’s van 31 Januarij 1674 dalam Archief voor de Geschiedenis der Oude Hollandsche Zending: Aanteekeningen uit de Acta der Provinciale Synoden van Noord-Holland (Utrecht: C. Van Bentum, 1884), h. 78-79.
[8] C. A. L. van Troostenburg de Bruijn, Biographisch Woordenboek van Oost-Indische Predikanten (Nijmegen: P. J. Milborn, 1893), h. 393
[9] Untuk contoh model penulisan seperti ini silahkan lihat Frederiek Djara Wellem, Sejarah Gereja Masehi Injili di Timor (Jakarta: Permata Aksara, 2011).
[10] Untuk contoh model penulisan seperti ini silahkan lihat G. P. H. Locher, Tata Gereja Protestan di Indonesia: suatu sumbangan pikiran mengenai sejarah dan asas-asasnya(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995).
[11] Scotte Brief’s van 5 Juli 1613, h. 17.
[12] Scotte Brief’s van 5 Juli 1613, h. 17.
[13] Nederlandsch Zendeling-Genootschap, Maanberigten voorgelezen op de maandelijksche bedestonden van het Nederlansch Zendeling-Genootschap 1891(Rotterdam: M. Wijt & Zonen, 1891), h. 86.