KUATNANA, www.sinodegmit.or.id, Majelis Sinode (MS) Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) mendesak Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) agar intensif melakukan tugas pengawasan praktik penyiaran agama. Desakan itu dilatarbelakangi peristiwa syahadat massal terhadap 19 warga Kristen di Amanuban Timur-TTS, oleh Ketua Pembina Dakwah Nasional, KH. Achmad Annuri pada 22-23 Juli 2018 yang lalu.
“Kita bisa belajar dari daerah lain di mana ada semacam peraturan bupati atau Perda tentang toleransi sehingga ada alat kontrol. Kalau tidak, orang yang sudah dibaptis, disyahadatkan, lalu yang sudah syahadat pun disyahadatkan lagi. Kalau ini hanya soal di lingkup GMIT kami bisa urus, tapi kalau sudah dengan agama lain kami minta keterlibatan pemerintah. Ini bukan berarti karena kita besar di sini, jadi GMIT minta pemerintah. Tidak. Tapi negara mesti hadir dalam urusan-urusan seperti ini,” kata Pdt. Mery pada pertemuan dengan pemda TTS di Jemaat GMIT Imanuel Kuatnana, Senin, (20/8).
Seperti diberitakan media ini sebelumnya, dari 19 warga Kristen yang disyahadatkan, 14 orang adalah anak-anak usia 8 hingga 15 tahun sehingga diperlukan pendalaman hukum apakah ada indikasi pelanggaran Undang-Undang (UU) Perlindungan Anak, UU Penyiaran Agama dan SKB Dua Menteri. (baca di:http://sinodegmit.or.id/19-warga-kristen-mualaf-di-amanuban-timur-dan-sikap-ms-gmit/)
Menanggapi hal tersebut, Ketua DPRD Kab. TTS, Jean Neonufa berjanji akan berkoordinasi dengan bupati untuk melakukan langkah-langkah antisipasi agar peristiwa semacam itu tidak terulang. Sesuai tupoksi DPRD, pihaknya juga akan menyiapkan anggaran untuk mendorong peningkatan kesejahteraan warga Amanuban Timur sehingga tidak mudah pindah agama karena diiming-imingi materi.
“Kita berbagi tugas, kami di DPRD akan mengusulkan anggaran untuk membantu warga di Amanuban Timur. Gereja bantu kami dengan data supaya kita bisa menentukan prioritas kebutuhan warga,” ungkap Neonufa.
Ketua Majelis Klasis Amanuban Timur, Pdt. Saneb Blegur pada kesempatan ini mengemukakan bahwa saat ini kebutuhan paling mendesak adalah mencarikan orang tua asuh bagi anak-anak yang telah dikembalikan ke gereja asalnya serta anak-anak rentan lainnya. Kebutuhan lainnya adalah pembenahan mutu pendidikan sekolah-sekolah GMIT dan pemberdayaan ekonomi. ***