KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Ketua Majelis Sinode (MS) GMIT, Pdt. Mery Kolimon mengajak semua anak dan remaja GMIT menonaktifkan gadget dalam durasi waktu tertentu terutama selama mengikuti Jambore. Pasalnya, di samping dampak positif, penggunaan gadget tanpa batas dapat menggerus kehidupan anak.
“Perkembangan teknologi membawa banyak kemajuan, namun pada saat yang sama menggerus juga kehidupan yang berkualitas. Waktu anak yang seharusnya untuk membaca dan berdoa dihabiskan untuk bermain game on line dan nonton TV. Banyak anak menggunakan handphone untuk mengakses informasi pendidikan yang baik dan kreatif tapi banyak juga yang menggunakannya untuk hal-hal yang tidak baik termasuk mengakses video-video yang merusak akhlak bahkan untuk mengejek dan membully di media sosial,” ujar Pdt. Mery saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Jambore PAR V Sinode GMIT, Rabu, (4/7) di jemaat Alfa Omega Labat-Kupang.
Kepada para guru/pendamping dan panitia penyelenggara Ketua MS GMIT meminta agar anak-anak diajak menonaktifkan gadget pada jam-jam tertentu selama kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar mengendalikan diri bukan sebaliknya dikendalikan oleh gadget.
“Kami minta para pendamping agar selama Pekan Iman Anak dan remaja berlangsung ada waktu dimana seluruh HP disimpan. Bisa ko anak-anak?” Tanya Pdt. Mery.
“Bisaaaaa!” seru anak-anak serempak.
Senada dengan ajakan Ketua MS GMIT, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Prof. Yohana Yembise, juga menegaskan hal tersebut. Ia mengajak para orang tua belajar dari pendiri microsoft, Bill Gates, yang melarang ketiga anaknya menggunakan gadget sebelum berumur 14 tahun.
“Bill Gate melarang anak-anaknya memegang ponsel sebelum berumur 14 tahun. Dia sangat keras padahal dia yang menciptakan teknologi. Pendiri Google juga melarang anak-anaknya. Terus kenapa kita membiarkan anak-anak kita,” kata Yohana.
Menurut menteri perempuan pertama asal Papua ini, penggunaan gadget tanpa pengawasan dan batasan di usia anak-anak dapat merusak syaraf otak dan anak cenderung bersikap individualis bahkan terbuka kemungkinan menjadi korban dan pelaku kekerasan.
Jambore PAR V sinode GMIT di bawah tema “Anak GMIT Citra Kristus” berlangsung selama satu minggu, dihadiri sekitar 1.500 peserta dari 40 klasis. ***