Pdt. Dr. Mery Kolimon didampingi bupati Alor Drs. Amon Djobo menandatangan prasasti penahbisan gedung kebaktian jemaat GMIT Gloria Likara Iyagadi, Klasis Alor Timur Laut
TARAMANA-ALOR,www.sinodegmit.or.id, Setelah bekerja keras selama 15 tahun, jemaat GMIT Gloria Likara Iyagadi, Klasis Alor Timur Laut, akhirnya menempati gedung kebaktian baru. Ibadah penahbisan dihadiri Ketua Majelis Sinode (MS) GMIT Pdt. Mery Kolimon dan Bupati Alor Drs. Amon Djobo para pendeta serta seribuan jemaat, Senin, (9/7) pukul 10:00 wita.
Ketua MS GMIT Dalam suara gembala menyampaikan terima kasih kepada pemerintah kabupaten, para donatur, panitia pembangunan, warga jemaat dan semua pihak yang telah mempersembahkan yang terbaik bagi gereja dan kemuliaan Tuhan. Ia berharap melalui gedung baru ini persekutuan dalam jemaat semakin kuat.
“Setelah gedung kebaktian jemaat dibangun saatnya untuk membangun iman jemaat. Jangan sampai gedung kebaktian su bagus, jemaat tidak datang gereja,” ujar Pdt. Mery.
Selanjutnya ia juga mengingatkan para pendeta untuk melayani sungguh-sungguh sebagai wujud penghargaan atas pengorbanan jemaat.
“Kepada pendeta-pendeta saya minta berilah harga yang pantas atas persembahan hidup dan kesungguhan jemaat. Jangan sampai gedung gereja su bagus, pastori su bagus tapi jemaat cari pendeta, pendeta sonde ada di jemaat,” pesan Pdt. Mery.
Gedung kebaktian Jemaat GMIT Gloria Likara Iyagadi
Dalam khotbahnya, ia mengajak jemaat untuk belajar dari perjalanan pelayanan Tuhan Yesus dari desa-ke desa menjumpai orang-orang yang menderita, menyembuhkan dan mengajar mereka tentang Kerajaan Allah. Teladan Yesus itu harus dilanjutkan oleh Gereja. Gereja tidak boleh berhenti hanya pada pembangunan fisik tetapi juga pembangunan manusia seutuhnya.
“Tuhan menghendaki kita berjalan bersama-sama, pertama dengan Tuhan, dan satu dengan yang lain; dari satu tempat ke tempat yang lain, menjadi misionaris-misionaris, menjadi utusan-utusan Kristus: mengajar, memberitakan Kerajaan Allah, dan menyembuhkan. Jadilah gereja yang aktif, yang bekerja untuk perdamaian dan rekonsiliasi, untuk keadilan dan kebenaran, untuk kabar baik bagi segenap makhluk.”
Sementara itu Bupati Alor dalam sambutannya mengapresiasi semangat jemaat dalam membangun gedung kebaktian sebagai tempat persekutuan.
“Ini jemaat-jemaat GMIT di Alor luar biasa. Jangankan semen harga mahal, di tempat yang sulit dapat air pun, mereka bangun gereja yang indah untuk kemuliaan Tuhan. Gempa datang bikin rata mereka punya rumah tapi yang dibangun pertama bukan mereka punya rumah tinggal, tapi rumah gereja yang mereka bangun pertama-tama. Hebat betul ini manusia Alor. Makanya menurut saya, kalau kiamat nanti yang masuk sorga pertama-tama pastilah orang Alor,” tutur bupati disambut tawa dan tepuk tangan jemaat.
“Sekarang gedung gereja su bagus dan megah, saya mau pesan kalau lonceng gereja berbunyi jangan ada yang tidur di rumah. Jangan ambil pancing masuk laut. Jangan ada yang ambil anjing masuk hutan. Masuk gereja dulu baru kerja yang lain,” sambungnya.
Gedung kebaktian mata jemaat Gloria Likara Iyagadi tampak indah karena didirikan di kaki bukit Pimang dan Kapolomang. Likara adalah nama klen di Alor Timur yang dulunya merupakan bagian dari kerajaan Kolana. Iyagadi berarti air mata sukacita. Menurut cerita warga, nama ini muncul sehubungan dengan perjalanan panjang leluhur mereka mencari tempat yang layak dihuni.
Dikelilingi perbukitan dan hutan, wilayah ini banyak dihuni rusa. Pdt. Emr. Marthen Malaikosa, ketua panitia kegiatan ini, menuturkan salah satu sumber pendapatan jemaat Likara bersumber dari perburuan rusa.
Mata jemaat Gloria Likara Iyagadi adalah bagian dari jemaat Wolima. Wolima adalah singkatan nama tiga kampung yakni, Womang, Likara dan Maremang. Jemaat Wolima saat ini dilayani oleh Pdt. Novni Sakan.***