KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Mengawali perkuliahan tahun ajaran baru 2018/2019, Program Pasca Sarjana Jurusan Teologi, Universitas Kristen Artha Wacana (PPs UKAW) Kupang, mengadakan ibadah bersama mahasiswa baru dan para dosen. Ibadah dipimpin Pdt. Hendriana Taka Logo, Rabu, (5/9) pukul 16.00.
Selain ibadah bersama juga digelar orasi ilmiah oleh Dr. Ira D. Mangililo berjudul “Imago Dei: Sebuah Upaya Membaca Alkitab Sebagai Perempuan Indonesia Dalam Konteks Perdagangan Orang di Nusa Tenggara Timur”.
Terkait konsep Imago Dei (manusia sebagai gambar dan rupa Allah), Ira mengutip Morschauser bahwa posisi manusia laki-laki dan perempuan dalam rencana penciptaan Allah, tidak kurang dan tidak lebih sebagai “hamba yang setia” di mana kehidupan mereka terikat, dibatasi dan ditentukan oleh perkataan Allah semata. Keduanya memiliki jenis kelamin berbeda namun setara untuk mengusahakan dan mengelola dunia ciptaan Allah.
Akan tetapi tak dapat dipungkiri bahwa budaya patriarkhi secara perlahan mengsubordinasi kaum perempuan. Hal itu tergambar jelas dalam banyak teks baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang gilirannya membuat status perempuan menjadi kian tidak pasti bahkan hingga masa sekarang. Salah satu contoh dalam sejarah gereja kata Ira, disebutkan oleh Kim Power dalam bukunya “Veiled Desire: Augustine’ Writing on Women”.
Buku itu mengisahkan bahwa pernah dalam Sidang Dewan Gerejawi Macon dibahas topik apakah perempuan itu manusia atau tidak. Persoalan ini diangkat oleh karena adanya pendapat bahwa perempuan tidak dapat dikategorikan dalam istilah “man” (manusia). Setelah melalui perdebatan panjang, pertemuan itu akhirnya menyepakati bahwa perempuan juga manusia. Syukurlah!
Sebagai salah satu dosen pasca sarjana teologi, Ira mengajak para mahasiswa baru yang rata-rata adalah pendeta agar sebagai penafsir kitab suci mereka dapat membangun jembatan penafsiran antara teks kitab suci dan konteks kekinian di mana studi tersebut dilakukan. Hal itu dimaksudkan agar kajian-kajian kitab suci yang dihasilkan tidak tersimpan di ruang-ruang akademis melainkan berjalan bersama-sama gereja dalam memperjuangkan nasib kaum marjinal khususnya dalam konteks NTT yang bergumul dengan persoalan perdagangan orang.
Direktur PPs UKAW, Pdt. Dr. Fredrik Doeka, dalam sambutannya berharap 15 orang mahasiswa yang kebanyakan mendapat beasiswa dari Majelis Sinode GMIT, sungguh-sungguh menjalani dan memanfaatkan waktu studi dengan baik.
“Saya sangat berharap bahwa jumlah diawal yang banyak ini, outputnya juga banyak. Karena itu tidak ada cara lain selain baca buku. Ini saya bilang karena dalam catatan kami ada 15 orang pendeta yang belum selesai baik hutang mata kuliah atau thesisnya. Kalau rasa tidak mampu atau sibuk pelayanan bilang dari awal-awal supaya ganti orang lain dan GMIT tidak bayar bangku-bangku kosong,” tegas Pdt. Doeka.
Pdt. Jolly Ledo, M.Th, mewakili rektor UKAW dalam sambutannya membuka kegiatan ini juga berharap para mahasiswa tidak hanya terlibat aktif dalam perkuliahan tetapi juga dalam penelitian dan pengabdian masyarakat. ***