HAMBA TUHAN YANG MENDERITA
Yesaya 52:13-53:12
(Pdt. Emmy Sahertian)
PENGANTAR
Kitab Yesaya merupakan salah satu “towering figures”(J.Bright)[1] atau salah satu figure menonjol dalam jajaran kitab para nabi Perjanjian Lama. Mengisahkan tentang sejarah perjuangan iman dan politik Israel sekitar tahun 783 SM- 687 SM dalam pemerintahan 4 raja Yehuda: Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia yang memimpin Yehuda. Dalam rentang pemerintahan keempat raja ini sekitar 742 SM akhir pemerintahan raja Uzia (Yes.6), Yesaya tampil bernubuat tentang carut marut peribadahan Israel akibat dari perpecahan, persengkokolan dan konspirasi politik menghadapi infasi bangsa bangsa asing yang kuat seperti Mesir, Asur, Babel dan Persia. Situasi ini merupakan dampak lanjutan dari kondisi politik Israel paska kejayaan Salomo ketika Israel mengalami perpecahan menjadi 2 kerajaan yakni Israel Utara dan Yehuda. Sejak itu mereka hidup dalam ancaman bangsa bangsa Asing. Situasi ini dinubuatkan Yesaya sebagai cara Tuhan Allah menghukum umatNya karena melanggar Hukum Tuhan sebagai bagian dari upaya untuk memperbaiki ketaatan iman Israel kepadaNya.
Pada saat itu, bangsa ini meragukan kuasa Allah dalam menghadapi gempuran kekuatan bangsa bangsa tersebut. Mereka terlibat dalam konspirasi politik yang sangat mempengaruhi cara beribadah dan penyembahan kepada YAHWE, mereka menyembah berhala dan mencampur aduk keimanan mereka dengan keimanan bangsa bangsa asing itu. Yesaya mulai menyorot tajam ketika kemegahan Bait Suci dan Istana di pertontonkan kepada penguasa Babel ketika mengunjungi Yerusalem. Memamerkan kemegahan dalam kesombongan ini justru menjadi jerat terkejam bagi Israel karena di masa depan kemudian mereka di tawan dan dibuang ke Babel. Peribadahan yang rusak akibat politik konspiratif dengan bangsa asing telah melahirkan bangsa yang hidup dalam penindasan dan ketidak adilan sosial. Hukuman itu ditafsir sebagai cara YHWH melebur mereka menjadi “Israel yang berkualitas” dalam pasal 10:22f di sebut sebagai “sisa Israel” yang kembali ke Yehuda dari tanah pembuangan Babel.
TAFSIRAN
Yesaya 52:13-53:12 adalah salah satu syair atau nyanyian Hamba Tuhan dalam penggalan kedua dari kitab Yesaya (Yes.40-55). Dalam penggalan kedua ini terdapat 4 syair atau nyanyian tentang Hamba Tuhan yang di sebut “ebed YHVH” yang dilukiskan secara bervariasi sesuai dengan kondisi Israel di pembuangan. Nyanyian pengharapan tentang proses pemulihan ketaatan Israel yang sungguh menyakitkan:
1.Yesaya 42:1-4. Hamba Tuhan yang dilukiskan sebagai “ebed Yahveh” yang dipanggil dan diurapi. Banyak pandangan para akhli yang menunjuk bahwa Hamba Tuhan dalam konteks ini adalah individu yang diurapi tetapi yang melakukan perintah Allah untuk menerangi kehidupan umatNya. Hamba Tuhan dalam konteks ini menjadi representasi kesetiaan Allah untuk tetap setia terhadap janjiNya tentang pemulihan Israel.
2.49:1-7. Ebed Yahveh sebagai Hamba Tuhan yang menjadi terang bagi bangsa bangsa dihubungkan dengan Yakub yang adalah Israel di mana ide tentang penebusan dan perjanjian Allah menjadi dasar dari keberadaan hamba Tuhan.Melaluinya YHWH menebus Israel yang hina itu menjadi terang bagi bangsa bangsa. Nyanyian ini menunjuk kepada konteks Mesias yang menjadi penebus bagi Israel yang tertawan dan akan menjadi terang bagi bangsa bangsa lain. Hamba Tuhan yang menderita bersama umatNya.
3.50:4-9. Ebed Yahveh yang dilukiskan sebagai murid yang melalui mulutnya Allah memberi semangat bagi umatNya, tetapi sekaligus yang merelakan diriNya untuk menanggung segala penderitaan umatNya.
4.52:13-53:12. Hamba Tuhan yang menjadi konteks PA kita adalah Ebed Yahveh yang mengalami “Vicarious Suffering” atau menjadi martir pengganti, yang ganti menderita dan disiksa, dihina, direndahkan, yang buruk rupa, namun dalam kerendahan ini justru mengalami pemuliaan karena dia menanggung dosa dan kesalahan orang lain. Hamba Tuhan yang berdiri antara Allah dan umatNya untuk membela umatNya tetapi juga yang menghubungkan umatNya dengan Allah untuk sebuah kebangkitan Israel. Ide tentang Hamba Tuhan yang menderita ganti umatNya menunjuk kepada personifikasi kesetiaan Allah yang menderita bersama umatNya. Allah yang tidak lagi berjarak dalam pengalaman pahit umatNya. Melalui penderitaan Hamba Tuhan ini Allah merekatkan kembali kehancuran Israel, memulihkan pertobatan dan kebangkitan kembali. Ide yang agak mirip dengan Yehezkiel 37 tentang kebangkitan Israel, dan sisa Israel yang pulang dari Babilonia ke Yehuda.
Pertanyaan Penuntun:
- Apa yang kita pelajari tentang YHWH atau Allah dalam perikop ini
- Apa yang kita pelajari Hamba Tuhan dalam konteks Yesaya
- Bagaimana ide” vicarious suffering” dalam konteks bergerja/GMIT, dan masyarakat di NTT.
[1] J.Bright, ISAIAH —1, Peake’s Commentary on The Bible,Hong Kong, 1976