Empat puluh tahun lamanya Aku memimpin kamu berjalan melalui padang gurun; pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu (UlanganĀ 29:5).
Sekarang zaman instan. Segala sesuatu maunya cepat. Makanan maunya yang cepat saji. Usaha apa saja maunya cepat dapat untung dan cepat kaya. Permohanan apa saja maunya cepat direalisasikan kalau tidak maka akan ngambek. Bagus juga karena akan terjadi penghematan waktu. Padahal yang namanya cepat dan instan belum tentu baik bagi kesehatan. Makanan fast food atau makanan instan dikategorikan sebagai makanan sampah, karena tidak bagus bagi tubuh dan dapat menyebabkan banyak penyakit.
Manusia sendiri sadar bahwa yang instan tidak baik dan tidak akan bertahan lama tapi manusia lebih menyukainya. Penghematan waktu dan tenaga membuat manusia mengira akan lebih memungkinkan pencapaian yang lebih tinggi. Berbeda dengan Allah.
Penemuan-penemuan terbaru dalam bidang transportasi membuktikan betapa manusia mau serba cepat. Iklan mobil atau motor pamer kecepatan. Kabarnya mau diluncurkan mobil terbang diakibatkan ketidakpuasan manusia akan kemacetan di jalan yang tidak memungkinkan mobil melaju dengan cepat. Dengan mobil terbang maka begitu macet, mobil bisa langsung terbang sehingga bisa cepat sampai tujuan. Kembali kondisi yang berbeda dengan Allah.
Cara Allah menuntun Israel dari Mesir ke Kanaan akan terasa janggal bila dibanding keinginan manusia untuk serba cepat dan instan. Sebenarnya jarak antara Mesir dan Kanaan kalau mengikuti jalur yang biasa dilewati manusia maka cukup makan waktu hanya 2 minggu saja. Akan tetapi Allah sengaja menuntun bangsa itu melewati padang gurun selama 40 tahun. Rentan waktu yang sangat lama. Bagi manusia sepertinya terjadi pemborosan waktu yang luar biasa sebab jarak antara 2 minggu dan 40 tahun secara logika tidak efisien waktu tapi Allah tahu apa yang terbaik bagi umat-Nya.
40 tahun di padang gurun memungkinkan bangsa Israel bertemu dengan Tuhan dan belajar untuk taat dan setia sepenuhnya. 40 tahun memungkinkan umat Allah masuk dalam pembentukan Tuhan. Dalam kurun waktu 40 tahun, mereka tidak saja menerima hukum Allah tapi belajar dari pengalaman dan teladan tentang ketaatan dan ketidaktaatan, tentang hukuman dan kasih. 40 tahun perjalanan dipimpin dan dituntun Allah membuat Israel menjadi bangsa yang tetap berpegang teguh pada hukum yang diterima di padang gurun.
Saudaraku, yang Allah inginkan dari kita adalah memberi diri untuk dituntun oleh Allah. Cara Allah menuntun mungkin akan sama persis seperti apa yang Allah lakukan pada orang Israel. Sahabat akan belajar dari segala sesuatu yang sulit dan berat. Allah tidak akan memberi yang instan bagimu. Jadi jangan kira dengan berdoa memohon maka langsung jadi begitu saja. Mereka yang dituntun Allah akan merasakan sulitnya perjalanan sesulit perjalanan Israel di padang gurun. Butuh waktu yang lama, butuh kesabaran dan penyerahan diri total untuk dibentuk Allah tapi hasilnya adalah hidup yang terbukti dan iman yang bertumbuh. Allah akan menuntun melewati kesukaran, derita, dan tantangan, tapi yang pasti, ditengah kesukaran dan derita, sama seperti Israel, di padang gurun mereka dimungkinkan bertemu Allah maka kitapun begitu.
Wise Words : Slowly but sure. Di dalam lambat, hal tercepat yang bisa dipelajari adalah sabar. I love sabar.