Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Matius 26:42)
Saat melakukan advokasi dan pendampingan kepada korban perkosaan, pertanyaan yang sering saya dengar adalah, ”Tuhan ada di mana? Aduh Tuhan e kenapa sonde tolong?” Lebih banyak saya kehilangan kata-kata untuk menjawab saat keluarga ataupun korban berpaling kepada saya dan menanyakan pertanyaan tentang kehadiran Tuhan saat dia diperkosa atau anaknya yang masih kecil diperkosa.
Pertanyaan tentang kehadiran Tuhan dalam kisah duka kita, seringkali kita ungkapkan. Kala dirudung masalah yang berat, doa-doa dinaikkan dengan penuh harapan agar Tuhan segera tolong. Juga agar Tuhan segera lepaskan dari beban masalah yang berat. Tapi terkadang Tuhan terasa jauh dan diam. Rasanya seperti sendirian harus menanggung beban yang tak sanggup dipikul. Sebab bagaimana mungkin kita dapat dengan kesadaran penuh dan keiklasan menerima duka, sakit, diperkosa, dianiaya dan berbagai perlakukan buruk lainnya. Manusia normal tidak akan pernah mau mengalami semua itu.
Tuhan menjadi sandaran untuk menolong kita dari berbagai kemungkinan yang buruk. Untuk itu kita berdoa kepada Tuhan agar dijauhkan segala hal yang buruk, yang dapat menimpa kita. Tapi pada akhirnya yang namanya sakit, dukacita, masalah, penderitaan tak dapat dihindari. Semua itu dapat menimpa manusia tanpa menimbang manusia itu orang yang takut Tuhan ataukah tidak.
Tuhan Yesus pernah mengalami hal itu. Yang membedakan peristiwa Yesus dan kita adalah Yesus tahu persis bentuk derita yang akan dialaminya. Sementara kita tidak tahu apa-apa. Adalah jauh lebih baik kita tidak tahu bahwa besok kita akan kehilangan, atau besok kita akan ditimpa kemalangan, sebab hal itu pasti sangat menggelisahkan kita. Tapi Tuhan Yesus tahu derita yang akan ditanggung-Nya. Maka dengan segala harap, Ia memohon, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku,….” (Matius 26:39). Mendengar permohonan Anak Tunggal-Nya, Allah memilih diam.
Sahabat Kristus, Allah diam, bukan karena Allah tidak mendengar. Allah diam bukan karena Allah tidak perduli. Bukan juga karena Allah senang melihat anak-anak-Nya menderita sendirian. Bukan begitu. Allah diam karena pilihan jalan derita harus dilalui Tuhan Yesus, supaya manusia bisa selamat. Allah diam kala derita menimpa umat-Nya karena itu juga jalan yang harus kita lalui. Tapi di dalam diamnya Allah, Ia adalah Allah yang mau turut menanggung derita kita. Ia adalah Bapa yang juga menangis saat Yesus menangis di Getsemani. Ia adalah Bapa yang mengasihi kita.
Wise Words : Aku percaya matahari ada, sekalipun aku tak melihatnya karena tertutup awan pekat. Aku percaya Allah ada sekalipun Ia diam dan tak terlihat.