Bertolaklah Melewati Batas-Batasmu – Lukas 5:1-11

Nats Pembimbing : Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. (Lukas 5:7a)

  1. Bertolaklah Melewati Batas-Batasmu Kelompok

Ikan yang didapat Simon cs, terlalu banyak. Mereka butuh orang lain. Mereka segera memanggil teman-teman di perahu yang lain untuk menolong mereka. Setelah itu tentu ikan hasil tangkapan akan dibagi-bagi untuk semuanya. Simon cs yang dari awal berkomunikasi dengan Yesus, sekarang tidak lagi sendiri menikmatinya. Mereka harus melibatkan orang lain. Mereka tidak boleh senang sendiri. Kalau senang harus senang bersama-sama. Ini pertada mereka melangkah melewati batas kelompok pada perahu mereka.

Saudara-i, sebenarnya kita semua dipanggil untuk hal ini. Dipanggil untuk mengenal Allah dan menikmati kasih Allah. Dari situ kita kemudian menjadi berkat bagi orang lain dan bagi dunia. Ini bukan hal yang mudah karena beberapa orang memelihara sifat egoisnya. Beberapa orang bekerja bagi dirinya dan kelompoknya saja, sambil berusaha menghancurkan orang lain dan kelompok lain. Kejatuhan orang lain menjadi bahan tertawaan. Kalaupun kasihan namun hanya ungkapan di bibir saja. Beberapa orang menunggu kejatuhan orang lain sambil berharap berkat besar dan kekokohan terus berpihak padanya.

Ada juga kasus di mana kemiskinan menjadi bahan ejekan dan hujatan. Sekalipun rasa kasihan ada namun segera diikuti dengan pertanyaan, “mengapa dia miskin?” Jawabanpun diambil berpatokan pada prasangka yakni karena dia banyak dosa sehingga Allah tidak berkenan memberkati dia. Akhirnya orang sudah miskin, dapat pula penilaian bahwa ia orang berdosa yang tidak layak bagi Allah. Inilah yang membuat orang enggan membantu sebab berasumsi bahwa kalau Allah sendiri tidak mau memberkati lalu kenapa kita memberkatinya?

Panggilan kita adalah melakukan yang lebih yakni bertolaklah lebih ke dalam. Bertolaklah dengan cara bertindak lebih dari pada sikap kasihan. Mengomentari masalah dan penderitaan orang lain dengan ungkapan ‘kasihan’ tidak pernah cukup. Kita terpanggil untuk melakukan lebih. Simon Petrus cs pada saat itu bukanlah satu-satunya nelayan yang tidak mendapatkan ikan. Maka ketika Petrus mendapatkan ikan yang banyak, ia tidak menikmatinya sendiri. Ia memanggil perahu lain untuk membantu dan konsekwensinya hasil penangkapan dibagi rata.

Pengalaman Yesus dan Simon cs ini memanggil kita melewati batas-batas pribadi, batas kelompok, batas agama, batas etnik dan semua yang membuat kita sulit menerima perbedaan. Adalah sukacita besar bila manusia berkumpul dan makan bersama dengan sukacita dan penuh ucapan syukur karena pemeliharaan Tuhan. Sebaliknya akan menjadi kegersangan hidup bagi mereka yang berkelimpahan dan berusaha menghabiskannya sendiri. Ah alangkah bahagianya orang hidup bersaudara dengan rukun karena ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat. Ini hanya bisa terjadi kalau tembok-tembok pembatas diruntuhkan maka tentunya akan ada damai sejahtera, karena untuk itulah kita diutus.

  1. Bertolaklah Melewati Batas Logika

Malah tidak logis kalau Simon cs harus kembali masuk ke danau untuk menangkap ikan lagi. Sepanjang malam mereka menebar jala untuk menangkap ikan tapi hasilnya nihil. Tenaga mereka sudah tinggal sedikit untuk membereskan perahu lalu pulang dan tidur. Tapi itulah yang diminta Yesus. Sekiranya Simon cs tidak mengindahkan permintaan itu maka mereka tidak mungkin menikmati mujizat yang luar biasa ini.

Simon cs punya sekian banyak alasan logis untuk mengatakan “tidak” pada permintaan Yesus. Dan Yesus tahu bahwa saat di mana Simon tidak mendapat apa-apa, tentu ada keputusasaan di sana. Mereka sudah berusaha dengan menggunakan keahlian mereka untuk menangkap ikan tapi sia-sia belaka. Saat putus asa atas kegagalan, tidak mungkin lagi mereka bersandar pada keahlian mereka.

Perintah Tuhan Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan tebarkan jala, memberi kesan bahwa masih ada cara lain untuk mendapat ikan. Cara itu adalah melakukan apa yang Yesus minta sekalipun mereka telah membuktikan bahwa mereka gagal. Itu adalah realitas yang telah mereka dapatkan. Itulah sebabnya Simon cs kembali ke darat dan bersiap untuk pulang. Akan tetapi karena Yesus meminta maka mereka melakukannya. Akhirnya ketaatan mereka menghasilkan pengalaman yang luar biasa.

Pengalaman Simon dan teman-temannya membuktikan bahwa mujizat itu nyata. Mujizat berlaku melebihi logika yang paling masuk akal sekalipun. Mujizat melampaui kegagalan yang telah dihadapi. Untuk menikmati mujizat, sikap yang menjadi kunci kesuksesan Simon cs adalah ketaatan kepada apa yang Yesus minta. Sekalipun pengalaman membuktikan kegagalan baru saja terjadi namun sikap taat memungkinkan kesuksesan diraih secara ajaib.

Sahabat Kristus, sering kali kita dihambat oleh logika. Apalagi logika itu dibangun dari pengalaman kegagalan yang nyata. Kita lupa bahwa kalau kita mau melangkah lebih jauh dalam ketaatan maka memungkinkan mujizat terjadi.

Tidak sedikit orang yang meninggalkan Kristus karena berpatokan pada alasan logisnya, bukan pada apa yang Tuhan bisa kerjakan bagi kita. Kita punya alasan logis untuk membiarkan banyak orang susah di depan mata kita. Kita  punya banyak alasan logis untuk tidak kembali pada jalan yang benar. Kita sementara terpenjara dengan tembok-tembok logika yang kita bangun sendiri. Kalau hal-hal ini sementara terjadi pada kita maka sesungguhnya kita sementara menutup pintu yang memungkinkan campur tangan Tuhan dalam pergumulan hidup kita. Sama halnya dengan kita mengabaikan jalan-jalan menuju mujisat. Yang Tuhan mau dari kita adalah berkata seperti Simon, ”karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”

  1. Bertolaklah Melewati Batas Kebiasaan

Simon cs sebagai nelayan pada zaman itu belum menggunakan perlengkapan modern seperti sakarang. Perahu mereka tanpa mesin, jala mereka tidak mungkin menangkap ikan di tempat yang dalam. Dengan peralatan seadanya mereka biasa menangkap ikan di tempat yang tidak terlalu dalam.

Yang menarik adalah Yesus meminta mereka untuk masuk ke tempat yang dalam. Permintaan yang lebih beresiko. Ini hal yang tidak biasa bagi mereka. Akan tetapi karena Yesus meminta maka Simon dan teman-temannya melakukannya juga. Hasilnya adalah sebuah mujisat. Tidak banyak pertanyaan, pernyataan dan komentar dari Simon untuk hal ini. Sepertinya mereka sudah sangat siap melakukan apa yang di minta Yesus minta sekalipun itu tidak biasa mereka lakukan. Ini sudah tidak sekedar hobyatau kesukaan. Ini sebuah keputusan untuk masuk dalam amanah. Ada konsekuensi, tapi itu tidak dijadikan alasan untuk berkata tidak kepada Tuhan Yesus. Sekilas nampak bahwa kebiasaan mereka ini harus dibubuhi lagi dengan iman dan keberanian untuk selalu memulai sesuatu yang baru di dalam Tuhan.

Pada saat melakukan sesuatu mengikuti kehendak Yesus, sekalipun itu melewati batas kebiasaan mereka namun menghasilkan cerita luar biasa sekaligus berkat bagi mereka. Pertanyaannya adalah batas kebiasaan apa yang harus kita lewati? Tentu kebiasaan yang baik, bukan kebiasaan buruk, karena Yesus selalu meminta yang baik.

Sahabat Kristus, banyak orang mungkin sudah puas dengan rajin berbakti di setiap ibadah, Yesus meminta untuk melewati batas itu dan bisa berbagi dengan kaum susah. Ibadah mesti dilanjutkan dengan sikap hidup yang selaras. Banyak orang yang merasa puas dan mencukupkan dirinya dengan berdoa bagi sesamanya setiap hari tapi Yesus meminta untuk bertolak melewati batas itu dan mau melanjutkan doa dengan aksi kasih yang nyata.

Banyak orang sudah puas dengan menjadi pengkhotbah. Yesus meminta untuk melewati batas itu dan melakukan seperti apa yang dikhotbahkan. Banyak orang mungkin sudah puas dengan rasa prihatin dan membuat banyak tulisan tentang kemiskinan. Yesus meminta untuk melewati batas itu dan bergumul bersama si miskin. Banyak  orang mungkin sering berkata, “berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah”, Yesus meminta untuk melewati batas itu dengan memberi makanan dan  pakaian kepada mereka. Dan masih banyak lagi.

Kebiasaan yang baik tetaplah jadikan baik, tapi akan menjadi lebih baik kalau masuk ke tahapan lebih dari kebiasaan baik itu. Pada saat melewati setiap batas kebiasaan baik yang sedang kita jalani, itu memungkinkan kita menemukan keajaiban dan mujizat Tuhan. Lagi pula Tuhan telah memberikan segala sesuatu bagi kita. Selalu terselib bonus dari sorga bagi mereka yang bertolak lebih ke dalam dari kebiasaan baiknya.

 

  1. Bertolaklah Melewati Batas Kapasitas

Sedikit aneh memang ketika sejenak kita menoleh ke belakang melihat latar belakang hidup Yesus yang jauh dari pengalaman menjala ikan. Yesus hanyalah anak seorang tukang kayu yang lebih akrab dengan gergaji, skaf, pahat dan alat-alat pertukangan lainnya. Sangat berbeda dengan Simon cs yang pekerjaan sehari-harinya adalah menjala ikan.

Di kesempatan ini Simon cs memberi telinga mereka untuk mendengar dan mengarahkan kaki dan tangan mereka untuk berjalan dan bekerja mengikuti usulan Yesus. Mereka tidak peduli dengan latar belakang Yesus. Kepercayaan penuh kepada kata-kata Yesus telah membuat Simon cs taat.

Bisa saja mereka berpikir, soal menangkap ikan itu bukan kapasitas Yesus. Alasan profesionalitas itu sangat masuk akal. Harusnya Yesus yang mendengarkan Simon cs dalam hal menjala ikan. Simon cs lebih professional dari Yesus sebab itu pekerjaan mereka sehari-hari. Akan tetapi bukan itu yang menjadi perhatian Simon cs. Mereka tidak memperhitungkan latar belakang Yesus. Simon cs lebih tahu soal menangkap ikan. Sementara Yesus anak seorang tukang kayu yang sehari-hari membantu ayahnya. Yesus tidak berada pada kapasitas untuk mengajari Simon cs soal menangkap ikan, menyuruh mereka bertolak ke dalam untuk menangkap ikan lagi. Menghadapi soal ini, Simon cs memilih untuk tidak berdebat dengan Yesus. Mereka menurut begitu saja karena Yesus meminta mereka melakukannya.

Sahabat Kristus, setelah mendengar Yesus mengajar orang banyak dengan duduk di perahu mereka, Simon cs memiliki penilaian yang menuntut pada ketaatan kepada Yesus. Mereka menemukan kuasa dan hikmat sorgawi di dalam sosok Yesus. Maka mereka mau melakukan apa yang dikatakannya tanpa komentar dan analisa karena ada kuasa di sana.

Memilih untuk percaya bahwa di dalam Dia ada kuasa dan kejaiban memungkinkan kita menemukan keajaiban. Berhentilah mengukur kemampuan Allah dengan memakai ukuran kemampuan kita. Orang seperti ini pada saat menghadapi hal yang sama seperti Simon cs akan berkata, “Tak mungkin kita dapat ikan lagi karena Tuhan tahu toh kalau tadi kita sudah coba. Saya lebih tahu.” Kalau sudah begitu maka kita menutup kemungkinan untuk menemukan berkat di balik ketaatan.

Hal yang perlu kita lakukan adalah menjadi taat kepada Tuhan. Ia tahu apa yang harus dilakukannya bagi kita. Pada saat kita melangkah melewati batas kapasitas kita dan mempercayai Allah, pada saat itu ada banyak keajaiban yang kita temukan, bahkan yang dapat kita kerjakan. Sesungguhnya tidak ada orang yang hebat tapi kita memiliki Allah yang hebat. Kita lakukan segala sesuatu dengan memberikan yang terbaik, bukan hanya yang baik lalu jadilah taat dan Tuhan akan membuka pintu kemungkinan dan berkat bagi kita. (Pdt. Joseph Manobe, S.Th)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *