Kejadian 50:15-21 – Pdt. Leny Mansopu

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia  29:11)

Konsekwensi dari hidup menyerah kepada Tuhan adalah membiarkan Tuhan menata dan membentuk hidupmu dalam rencana dan rancangan-Nya. Bisa jadi rencana itu tidak saudara duga sama sekali namun yang pasti rancangan itu adalah rancangan yang baik. Hal buruk pun Tuhan tempatkan untuk terjadi pada hidupmu tapi dalam hal ini pun semata-mata untuk kebaikanmu. Bisa jadi saat hal buruk yang terjadi padamu, Tuhan sedang melaksanakan rencana penyelamatan yang besar. Bukan saja untuk menolong kita melainkan Tuhan punya rencana besar untuk menolong banyak orang. Dalam konsep iman ini, kita telah melakukan panggilan untuk menjadi berkat bagi banyak orang.

Yusuf mengalaminya. Saat saudara-saudaranya yang melihat bahwa Yakub, ayah mereka, telah mati, mereka berpikir dalam hati bahwa boleh jadi Yusuf akan mendendam dan membalaskan apa yang telah mereka lakukan kepadanya. Langkah lanjutan dari pemikiran itu adalah mereka menyuruh orang untuk menyampaikan pesan kepada Yusuf supaya Yusuf mau mengampuni mereka. Di dalam pesan itu terkandung rasa takut dan rasa sesal atas kejahatan yang telah mereka lakukan terhadap Yusuf. Bagaimanapun Yusuf pantas untuk marah kepada mereka karena mereka telah membuat Yusuf sangat menderita. Mereka menyadari bahwa tindakan merencanakan pembunuhan terhadap Yusuf, kemudian menjualnya sebagai upaya menghilangkan dia untuk selama-lamanya adalah tindakan yang semata-mata jahat dan kejam.

Pada pihak lain, saat menghadapi saudara-saudaranya yang menyesal dan takut, Yusuf menangis. Saudara-saudaranya datang memberi diri sebagai budak dan sujud menyembahnya, akan tetapi bukannya Yusuf memakai kesempatan itu untuk melampiaskan kemarahan tapi ia malah menghibur dan menguatkan hati mereka. Sama sekali Yusuf tidak berkata kasar kepada mereka. Yusuf mengakui apa yang dilakukan saudara-saudaranya adalah jahat tapi ia menemukan bahwa di dalam perbuatan jahat saudara-saudaranya itu, Allah bekerja melaluinya untuk mendatangkan kebaikan. “Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kejadian 50:20).

Yusuf menerima dalam iman bahwa rasa sakit, marah dan merasa terbuang, yang bisa saja dirasakan oleh Yusuf atas apa yang dilakukan saudara-saudaranya, sebagai bagian dari rencana Allah yang baik dan agung sehingga Yusuf tidak sekedar mengampuni kejahatan mereka. Ia melihat semua kejadian itu sebagai hal yang semata-mata baik, tidak saja bagi dirinya tapi bagi semua saudara dan bangsanya. Maka yang dilakukan Yusuf kemudian adalah ia mau menanggung kehidupan saudara-saudaranya. Ia menghibur mereka dan menenangkan hati mereka. Dalam hal ini Yusuf percaya bahwa hidupnya ada dalam rencana Allah yang semata-mata baik, sekalipun ia harus mengalami penderitaan yang luar biasa.

Saudara, kalau Allah telah berjanji bahwa rancangannya adalah rancangan damai sejahtera yang mendatangkan kebaikan semata bagi orang yang percaya kepada-Nya maka apapun yang terjadi dalam hidupmu, sekalipun itu kejadian yang membuat saudara terluka dan menderita, namun Allah melakukan semuanya itu untuk kebaikanmu dan kebaikan banyak orang. Dalam hal ini lihatlah melalui persepektif Tuhan.

Pernah saat memimpin ibadah, saya menunjukkan kepada jemaat sebuah kertas putih yang telah saya beri titik hitam kecil. Saya lalu bertanya kepada jemaat hadir, apa yang mereka lihat dari kertas tersebut. Sampai tiga kali saya bertanya dan jawaban tetap sama yakni titik hitam. Aneh karena kertas putih tidak mereka lihat tapi hanya titik hitam kecil yang dilihat.

Ini membuktikan bahwa kecenderungan manusia adalah melihat segala sesuatu dari sudut pandang negatif. Titik hitam walau kecil namun seluruh arah pandang akan condong melihatnya dan bahkan hanya melihatnya. Ini menjadi tanda awas bahwa oleh karena dosa maka manusia punya kecenderungan begitu.

Orang percaya yang mengimani bahwa hidupnya ada di dalam tangan Tuhan, seharusnya selalu melihat segala sesuatu dari sudut pandang atau perspektif Tuhan. Bahwa Tuhan selalu punya rencana yang baik bagi manusia yang dikasihi-Nya. Ia rela berkorban menderita dan mati maka Ia akan rela melakukan apapun untuk kebaikan manusia.

Yusuf meletakkan arah pandangnya hanya pada perspektif Tuhan. Itu yang menyebabkannya sama sekali tidak melihat penderitaan yang ia jalani selama bertahun-tahun sebagai hal yang jahat. Ia melihat bahwa sejak awal, Tuhan telah menunjukkan jalan hidupnya melalui mimpi, yang dapat ditafsir bahwa ia akan menjadi penguasa atas saudara-saudaranya. (Kej. 37:5-11). Artinya sejak awal Allah sudah punya rencana yang besar dan indah bagi Yusuf. Rencana itu berjalan melalui kebencian dan sikap jahat saudara-saudaranya.

Saudara, membangun perspektif Tuhan, seperti yang dilakukan oleh Yusuf, dan menahan diri dari segala kemungkinan pembalasan, yang kebanyakan manusia mudah tergoda untuk melampiaskan, dapat dilakukan bila memiliki karakter Tuhan di dalam diri. Yusuf memiliki karakter Tuhan di dalam dirinya. Itu yang membuatnya dapat menangani dan mengelola perspektif sesuai perspektif Tuhan dan menggunakan kekuatannya untuk memberkati saudara-saudaranya dan tidak melakukan pembalasan.

Pembentukan karakter Tuhan terjadi dalam krisis yang diperkenankan Tuhan terjadi dalam hidup orang yang menyerah kepada Tuhan. Hal yang perlu diperhatikan adalah kepekaan untuk memaknai jalan hidupnya yang sulit dan penuh penderitaan sebagai tanda kasih Tuhan.

Berilah diri untuk dibentuk Tuhan. Dalam hal ini, apapun yang terjadi, tetaplah punya praduga yang baik tentang Tuhan dan lihatlah setiap detail dari kesusahan dan derita untuk menemukan kehendak Tuhan.

Memang Yusuf sejak awal sudah diberi tahu dalam mimpi namun ia belum memahami apa maksud dari mimpi itu. Pada akhirnya setiap jalan sulit yang ia lewati hingga membawanya menjadi penguasa di Mesir membuat ia mengerti makna mimpi-mimpinya. Potongan demi potongan peristiwa hidup yang dilalui Yusuf kalau tidak dihubungkan maka akan menimbulkan perspektif yang salah. Hanya saat Yusuf melihat dari sudut pandang Allah maka Yusuf melihat segala sesuatu ada dalam rancangan Tuhan yang baik. Ia harus dibenci saudara-saudaranya supaya mereka menjual Yusuf ke Mesir. Kalau ia dikasihi saudara-saudaranya maka tidak mungkin ia sampai ke Mesir. Kalau ia tidak dimasukkan Potifar ke penjara maka tidak mungkin ia mengenal juru minum dan juru roti Firaun lalu punya kesempatan menafsirkan mimpi mereka. Sebab dari potongan-potongan peristiwa itu membawa Yusuf punya kesempatan memenuhi rencana besar Tuhan atas umat pilihan Allah.

Hal yang sama juga Tuhan lakukan kepada semua umatnya. Yusuf mampu karena ia memperhatikan segala sesuatu dengan seksama dan ia tetap memilih ada dalam rencana dan janji Tuhan dengan setia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *