Kalau kepada kita disodorkan pertanyaan, “Perasaan apa yang paling saudara tidak sukai?” Mungkin jawaban orang berbeda-beda. Bisa jadi gelisah menempati rangking pertama dari jawaban. Gelisah adalah perasaan yang sangat tidak enak. Apapun yang dilakukan tapi kalau gelisah maka sangat tidak enak. Upaya mencari penyebab dapat membuat gelisah bertambah. Dan kalau ditanyai apa penyebab gelisah, kadang tidak bisa dirumuskan dengan benar jawabannya.
Yang bisa dilakukan saat menghadapi gelisah adalah meminta Tuhan untuk menghapus kegelisahan. Sehubungan dengan Persidangan yang akan dilangsungkan, jangan menambah kegelisahan dengan persidangan.
Mendengarkan Yohanes 20:19, ada 4 ungkapan yang tercantum di sana, Pertama,ketika hari sudah malam. Kedua, berkumoul di suatu tempat. Ketiga, pintu-pintu terkunci. Keempat, mereka takut.
Pertama, ketika hari sudah malam. Ungkapan ini persis dengan Yohanes 13:30. Bagi kebanyakan umat Israel, 90 persen bekerja sebagai petani dan peternak, jadi malam menghentikan aktivitas. Kalau ada peternak yang membawa domba pada jam 12 malam maka itu aneh dan tidak benar. Atau tengah malah ada petani yang keluar dan pacul kebun maka dia tidak benar. Malam menghentikan aktivitas.
Bahkan sampai titik tertentu malam sama dengan kematian, tidak ada kehidupan. Kalau boleh jangan ada malam dalam hidup. Tanpa ada malam pun manusia tetap dapat beristirahat. Aktivitas, pekerjaan yang Tuhan percayakan, kalau boleh jangan ada waktu untuk berhenti. Ada siang dan malam akan tiba. Kalau kematian digambarkan sebagai malam yang tiba maka itu dapat terjadi kapan saja tanpa dapat diduga. Harapannya adalah hari-hari kita dipenuhi keceriaan dan kebahagiaan.
Kedua, berkumpul suatu tempat. Pernyataan ini seolah-olah murid-murid sedang menutupi sesuatu. Mereka sedang berkumpul tapi di suatu tempat. Sesuatu yang rahasia. Contoh kalau Majelis Sinode mau membuat sidang lalu waktu tidak diberitahuakan maka kesannya adalah ada sesuatu yang ditutup-tutupi. Hal itu dapat membuat orang curiga bahkan marah. Apapun yang dilakukan seharusnya jangan ada yang ditutup-tutupi.
Dalam persidangan jangan ada hal yang ditutup-tutupi. Dan apapun yang dipercayakan untuk dikerjakan dalam pelayanan maka tugas yang lain adalah mendorong. Persidangan dapat menjadi tempat membuka hati untuk saling berbagi dan tidak ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
Ketiga, pintu-pintu terkunci. Kickergard membuat pernyataan bahwa Kristus datang melalui pintu-pintu terkunci. Orang Kupang bilang pintu terkunci dengan terselot. Artinya tidak akan ada perubahan. Kalau bilang katak di bawah tempurung maka itu terlalu kasar. Terutama kalau mengunci pintu hati maka tidak akan perubahan. Saat membuka hati maka akan ada sahabat yang membantu kita. Membuka pintu-pintu yang tertutup bisa melalui persidangan.
Keempat, karena mereka takut. Sudah malam, tempat tidak dikasih tahu, pintu terkunci menimbulkan ketakutan. Ketakutan murid-murid, menurut Matius 28:11, para pemimpin Yahudi melakukan money politic di mana para pemimpin memberi tentara uang supaya tentara membuat pernyataan bahwa jenazah Yesus dicuri murid-murid. Itu tentara yang bodoh karena mana bisa mereka dikalahkan nelayan. Kesannya bagaimana mungkin tentara dapat dikalahkan nelayan?
Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri. Yohanes perlu mengatkan bahwa Yesus berdiri dan bukan tidur, bukan duduk di kursi. Berdiri menunjukkan bahwa Ia kuat dan pernyataan kepada siapa saja bahwa Yesus bangkit dan kuat. Maka kepada KMK berdirilah, bekerjalah bagi Tuhan, kuatlah. Jangan tidur, pemalas dan lainnya. Juga Majelis Sinode Harian diberikan seruan ini.
Berdiri adalah pernyataan yang luar biasa. Yohanes dapat mengatakan bahwa Ia, Yesus, datang. Tapi Yohanes memakai kata berdiri adalah pernyataan untuk jangan malas tapi kuatlah. Terimalah panggilanmu sebagai suatu sukacita dan bukan tugas saja. Bersama Kristus yang bangkit seharusnya kita berdiri di tengah persoalan dan pergumulan. Tak kala Yesus berdiri, ia berkata, “Damai sejahtera bagi kamu”. Pas dengan tema pelayaan GMIT. Damai sejahtera yang Ia bagikan bagi dunia. Kita disebut berbahagia apabila kita membagi damai sejahtera. Setiap pelayan mesti menjadi pembawa damai sejahtera dan jangan sebaliknya. Eirene Humin, Damai Sejahterai Bagi Kamu. Amin.
(Disampaikan oleh Pdt. Emr. Yance Nayoan, S.Th pada pembukaan Persidangan Majelis Sinode GMIT XXXVII tahap I pada 23 April 2014 di Lantai 3 Kantor Sinode GMIT)